Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F Dengan Post Partum Primipara Hari Ke Ii Di Ruang Nifas Perjan Rs. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

 F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS Asuhan keperawatan pada klien Ny. F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga baik sehat maupun sakit.
Sesuai dengan falsafah keperawatan tersebut maka salah satu tujuan keperawatan yaitu untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat memperoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Perawat sebagai tenaga profesional, diharapkan bisa melaksanakan tugasnya dalam menangani banyak sekali duduk kasus yang dihadapi masyarakat. Masalah kesehatan ibu dan anak, dan bisa mengenal dan menangani kehamilan, persalinan, dan nifas serta bisa memperlihatkan pertolongan yang diharapkan pada kasus kebidanan.
Angka maut ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26 – 27 menit. Penyebab maut ibu yaitu perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5 %, gestosis 17,5 %, dan anestesia 2,0 %.(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998,  Hal 5)
Tinggi rendahnya angka maut maternal dan bayi tergantung dari kondisi perawatan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan yang baik dan perawatan di masa nifas.
Berdasarkan data dari catatan medik Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, jumlah penderita yang dirawat di ruang perawatan nifas dengan kasus obstetri sebanyak 503 orang dengan kasus primipara partus biasa sebanyak 132 orang (26, 24 %).
Dengan adanya hal tersebut diatas, maka penulis menentukan judul karya tulis “Asuhan keperawatan pada klien Ny. F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

B.    Batasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi duduk kasus hanya pada satu kasus dengan post partum hari ke II di Ruang Nifas Lontara IV RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang dirawat dari tanggal 31 Maret s.d 1 April 2003.

C.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mendapatkan citra faktual perihal pelaksanaan asuhan keperawatan pada post partum (masa nifas) di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan pendekatan proses keperawatan.
2.    Tujuan Khusus
4.    Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap ibu post partum primipara hari ke II.

5.    Dapat menyusun planning keperawatan terhadap ibu post partum primipara hari ke II.
6.    Dapat melaksanakan tindakan keperawatan terhadap ibu post partum primipara hari ke II.
7.    Dapat menyusun penilaian keperawatan terhadap ibu post partum primipara hari ke II.

D.    Manfaat Penulisan
1.    Sebagai masukan bagi tempat praktek dalam rangka meningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit.
2.    Sebagai materi bacaan mahasiswa

E.    Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penulisan ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1.    Interview
Mengadakan wawancara kepada pihak – pihak yang terlibat menyerupai pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang diperlukan.
2.    Study Kepustakaan.
Dalam study kepustakaan ini penulis memperoleh informasi dari beberapa buku yang berkaitan dengan duduk kasus yang dibahas sebagai dasar teoritis yang dipakai dalam penyusunan makalah.

3.    Study Kasus.
Melalui pendekatan proses keperawatan dengan beberapa tahapan sebagai berikut : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi. Dalam mencapai tahapan tersebut di atas, dalam pengumpulan data, penulis menggunakan cara yaitu : obsevasi, wawancara, dan study dokumenter.
4.    Metode Diskusi
Melaksanakan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing akademik, pembimbing klinik, perawat ruangan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk memperoleh data dalam rangka penulisan makalah ini.

F.    Sistimatika Penulisan
Dalam penyusunan ini penulis membagi dalam lima bab, dimana setiap potongan diuraikan dalam sub-sub potongan dengan susunan sebagai berikut :
BAB I    PENDAHULUAN
Dalam potongan ini akan diuraikan perihal latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode, dan sistimatika penulisan.
BAB II    TINJAUAN TEORITIS
Dalam potongan ini diuraikan perihal konsep atau teori yang mendasari judul karya tulis ini.
Pembahasannya akan penulis uraikan dalam urutan sebagai berikut :
A.    Konsep Dasar Medis mencakup pengertian, pembagian, perubahan fisiologis masa nifas, adatasi psikologis masa nifas.
B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Nifas mencakup pengkajian keperawatan, perencanaan, serta penilaian keperawatan nifas.
BAB III    TINJAUAN KASUS
Dalam potongan ini diuraikan sebuah kasus post partum aterm presentasi belakang kepala Ny. F dengan uraian berdasarkan proses keperawatan dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV    PEMBAHASAN
Dalam potongan ini akan dibahas kesenjangan antara konsep teori dan praktek keperawatan dengan kenyataan yang didapatkan selama penanganan kasus.
BAB V    PENUTUP
Di dalam potongan ini akan dikemukakan kesimpulan yang ditarik dalam pembahasan di depan dan saran-saran yang sanggup diajukan sebagai masukan yang sanggup bermanfaat bagi dunia keperawatan pada khususnya perihal perawatan nifas.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR MEDIK
1.    Pengertian.
Partus yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau sanggup hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan santunan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, I. B. G, 1998).
Primipara yaitu perempuan yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.
Multipara (pleuripara) yaitu perempuan yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
Grandemultipara yaitu perempuan yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali (Manuaba, I, B, G, 1998).
Masa puerperium atau masa nifas mulai sesudah partus selesai, dan berakhir sesudah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital gres pulih kembali menyerupai sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono Prawirohardjo, 1999).
2.    Waktu nifas
Dalam perumusan masa nifas, dikatakan bahwa masa nifas itu tertentu, jadi bukan berarti bahwa sesudah ibu melahirkan akan selalu disebut dalam masa nifas dengan tidak terbatas, atau terbatas hingga kelahiran anak yang berikutnya. Karena akan terjadi masa nifas yang baru. Yang dimaksud dengan waktu tertentu diatas yaitu waktu untuk memulihkan kesehatan umum dan mengembalikan keadaan organ yang mengalami perubahan. Waktu ini umumnya dibatasi antara enam hingga 12 ahad apabila keadaan normal, dan waktu ini dianggap cukup untuk mengembalikan keadaan menyerupai yang tersebut diatas, tentu saja bila tidak terjadi penyakit atau gangguan yang tidak disangka (Ibrahim, C. S, 1993).
3.    Perubahan fisiologi masa nifas
a.    Involusi
Involusi, yaitu perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan kelahiran sesudah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan menyerupai sebelum hamil.
Perubahan ini terutama terjadi pada kandungan atau rahim, yaitu pada otot – otot rahim dan decidua. Kecuali dari itu ligamentum yang terpengaruh alasannya adanya kehamilan kembali menyerupai biasa, vagina, perineum dan dasar panggul yang mengembang alasannya harus memberi jalan lahirnya anak, juga kembali mendekati keadaan menyerupai semula. Alat – alat ini kembali mendekati keadaan semula, alasannya fungsinya telah selesai yaitu memperlihatkan tempat untuk janin, memberi makan dan melahirkan janin.
Perubahan pada uterus, bahwa uterus ini harus membesar supaya rongga uterus cukup luas untuk memberi tempat pada janin, placenta, dan air ketuban. Makara uterus membesar beradaptasi dengan pertumbuhan janin yang berada didalamnya hingga dikala janin tersebut dilahirkan.
Setelah bayi lahir, tingginya fundus uteri kira – kira 12,5 cm diatas symphisis, setinggi pusat atau satu jari dibawah pusat, sedangkan ukuran uterus kurang lebih 15 cm panjang, lebar 11,4 cm dan tebalnya 8,8 cm, berat 1 kg.
Dalam masa nifas dengan proses involusi ukuran diatas harus kembali pada ukuran yang normal, yaitu ukuran sebelum kehamilan panjang 8 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm, berat 69 gram dan kembali ke tempat semula danam rongga panggul.
Proses involusio terjadi alasannya adanya autolysis, activitas otot – otot dan ischaemia. (Ibrahim, C. S, 1993)
b.    Lochia
Lochia yaitu suatu istilah berasal dari bahasa Yunani Lochos yang artinya kelahiran anak. Yang dimaksud dengan lochia yaitu cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Sifat lochia ini alkalis sehingga memudahkan basil penyakit berkembang biak. Banyaknya lochia yang dikeluarkan tidak sama bagi ibu yang telah melahirkan, tetapi selalu lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir pada waktu menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Lochia dibagi dalam beberapa jenis.
1)    Lochia Rubra.
Sesuai dengan namanya rubra yang berarti merah, warna lochia ini merah alasannya masih banyak mengandung darah, lochia rubra ini dikeluarkan hingga tiga hari sesudah melahirkan, isinya : lepasan decidua, sisa – sisa chorion, liquor amnii, rambut lanugo, vernix caseosa dan kemungkinan pula meconeum.
2)    Lochia serosa
Lochia serosa yaitu pengeluaran lochia pada hari keempat hingga hari kesembilan sesudah persalinan, ini tidak merah lagi tetapi menjadi lebih pucat dan berwarna kecoklatan, berisi banyak serum, selaput lendir, leucocyten dan basil penyakit yang telah mati. Banyaknya lebih kurang dari lochia rubra.
3)    Lochia alba
Pengeluaran cairan dari uterus menyerupai tersebut diatas pada hari kesepuluh hingga pada hari kelimabelas atau lebih. Warna lochia ini putih kekuningan dan berisi selaput lendir, leucocyten dan basil penyakit yang telah mati, banyaknya lebih kurang daripada lochia serosa.
(Ibrahim, C. S, 1993)


c.    Lactasi
Setelah partus, efek menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul efek hormon – hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan tanggapan kelenjar – kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar – kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu gres berlangsung betul pada hari ke 2 – 3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin dan benda – benda kolostrum dengan diameter 0,001 – 0,0025 mm. alasannya mengandung banyak protein dan gampang dicerna, maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain efek hormonal tersebut diatas, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu yaitu dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mamma sendiri. (Sarwono, 1999).
4.    Adaptasi psikologis masa nifas
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap – tiap individu, bahwa insan butuh diakui oleh insan lain, butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan, butuh kekerabatan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat bahwa sesudah melahirkan keadaan psikis mengalami distress, alasannya adanya kelelahan dan kecemasan. kemungkinan kestabilan psikis tidak segera kembali sesudah anak lahir. Oleh alasannya itu untuk memenuhi kebutuhan psikologis ini perawat atau bidan yang merawatnya, semua petugas kesehatan yang berhubungan, keluarga, harus bersikap dan bertindak bijaksana. Harus sanggup memperlihatkan rasa simpati, mengakui, menghargai, menghormati tiap – tiap ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan memberi ucapan selamat, misalnya, akan sanggup memperlihatkan perasaan senang, perilaku yang baik dari bidan, perawat, petugas perawatan akan melahirkan kekerabatan antar insan yang baik, antar petugas dan penderita, antara penderita sendiri. Dengan adanya a good human relationship diharapkan sanggup memenuhi kebutuhan psikologis ibu sesudah melahirkan anak. (Ibrahim, C. S, 1993)
Menurut beberapa peneliti, mendapatkan kiprah sebagai orang bau tanah yaitu suatu proses yang terjadi dalam tiga tahap; (1) ketergantungan, (2) ketergantungan-ketidaktergantungan, dan (3) saling ketergantungan.
a.    Tahap 1 ; ketergantungan. Bagi beberapa ibu gres tahap ini terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 sesudah melahirkan. Rubin (1961) menjelaskan bahwa hari tersebut merupakan fase “taking-in” (menerima), waktu dimana ibu membutuhkan proteksi dan pelayanan. Ia memfokuskan energinya pada bayinya yang baru. Ia mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang, “taking-in” merupakan fakta bagi kiprahnya yang baru. Preokupasi ini mempersempit persepsinya dan mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi pada informasi baru. Perawat mungkin harus mengulang-ulang instruksi yang berikan pada tahap ini.
b.    Tahap 2 ; ketergantungan-ketidaktergantungan. Tahap kedua mulai pada sekitar hari ketiga sesudah melahirkan dan berakhir pada ahad ke-4 hingga ke-5. Rubin menyebutnya sebagai fase “taking hold”. Sampai hari ketiga ibu siap untuk mendapatkan kiprah barunya dan berguru perihal semua hal-hal baru. Namun demikian, tubuhnya mengalami perubahan yang sangat signifikan. Sebagai tanggapan efek hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI. Uterus dan perineum terus dalam proses penyembuhan. Pasien menjadi keletihan. Ketika ia kembali ke rumah, ia mungkin merasakannya lebih jelek lagi.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia sanggup istirahat dengan baik. Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting selama fase ini alasannya post partum blues merupakan hal yang biasa terjadi. Layanan kunjungan rumah oleh perawat sangat dianjurkan, terutama bagi ibu muda.
c.    Tahap tiga ; saling ketergantungan. Dimulai sekitar ahad kelima hingga keenam sesudah kelahiran, sistem keluarga telah beradaptasi dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah kembali, dan kegiatan kekerabatan seksualnya telah dilakukan kembali. Keluarga besar (extended family) dan teman-teman, walaupun sangat membantu sebagai sistem yang memperlihatkan dukungan pada awalnya, tidak lagi turut campur dalam interaksi keluarga, dan kegiatan sehari-hari telah kembali dilakukan. Secara fisik ibu bisa untuk mendapatkan tanggung jawab normal dan tidak lagi mendapatkan kiprah sakit. Tahap saling ketergantungan ini berlanjut terus hingga terganggu oleh periode ketergantungan lain.
(Hammilton, P. M, 1995).

B.    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS.
Asuhan keperawatan pada ibu bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan, meningkatkan involusi, meningkatkan aktifitas istirahat, meningkatkan asupan masakan dan cairan yang adekuat, meningkatkan pembentukan laktasi, meningkatkan contoh eliminasi normal, kebersihan diri, perawatan perineal dan perawatan payudara. (Hammilton, P. M, 1995)
1.    Pengkajian.
Pada pengkajian ibu post partum, data yang biasa ditemukan berupa ; kulit, adanya  masker kehamilan dan stria, pada payudara ; kolostrum dan ASI, abdomen ; involusi uterus keras, lochia ; warna merah, serosa atau putih, anutan deras atau sedang, perineum ; episiotomi higienis dan utuh, respon psikoemosional sempurna pada kelahiran.(Tucker, S. M, 1998).
2.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sanggup ditemukan pada ibu post partum (Tucker, S. M, 1998) sebagai berikut :
a.    Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan kehilangan aktif berkenaan dengan hemoragi pasca partum.
b.    Nyeri berafiliasi dengan episiotomi, nyeri sesudah melahirkan, dan atau ketidaknyamanan payudara.
c.    Resiko terhadap infeksi berafiliasi dengan adanya insisi dan atau laserasi.
d.    Resiko terhadap retensi perkemihan berafiliasi dengan stress berat dan edema lanjut berkenaan dengan proses melahirkan.
e.    Konstipasi, berafiliasi dengan nyeri episiotomi dan hemoroid sekunder terhadap proses melahirkan.
f.    Resiko terhadap perubahan kiprah orang bau tanah berafiliasi dengan transisi pada masa menjadi orang bau tanah dan perubahan peran.
g.    Situasi harga diri rendah dalam respon terhadap perasaan ketidakadekuatan berkenaan dengan tanggung jawab kiprah orang bau tanah yang berafiliasi dengan pengalaman melahirkan.
h.    Kurang pengetahuan yang berafiliasi dengan kurang informasi perihal perawatan pasca partum.
3.    Perencanaan Keperawatan
a.    Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan kehilangan aktif berkenaan dengan hemoragi pasca partum.
1)    Tujuan :
a)    Pasien tidak menjadi hipovolemik sebagai tanggapan dari kehilangan darah berlebihan.
b)    Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2)    Rencana Tindakan:
a)    Periksa fundus, kondisi episiotomi, lochia dan tingkat kesadaran 15 menit hingga stabil kemudian setiap empat hingga 8 jam.
b)    Bila fundus lunak massase hingga keras.
c)    Ajarkan ibu massase sendiri terhadap fundus uterus.
d)    Ganti pembalut verineal setiap 30 menit.
e)    Pertahan cairan parenteral dengan oksitosin sesuai pesanan.
f)    Ukur masukan dan haluaran selama 24 jam.
b.    Nyeri berafiliasi dengan episiotomi, nyeri sesudah melahirkan, dan atau ketidaknyamanan payudara.
1)    Tujuan :
a)    Nyeri hilang atau minimal.
b)    Fundus uterus keras dan bebas nyeri.
c)    Mampu mendemonstrasikan perawatan payudara tepat.
2)    Rencana Tindakan:
a)    Berikan kantung es pada perineum sesuai pesanan.
b)    Pertahankan selimut hangat.
c)    Antisipasi kebutuhan terhadap penghilang nyeri.
d)    Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan dokumentasi keefektivan.
e)    Anjurkan ibu untuk menggunakan teknik relaksasi yang dipelajari pada persalinan untuk nyeri sesudah melahirkan selama menyusui.
c.    Resiko terhadap infeksi berafiliasi dengan adanya insisi dan atau laserasi.
1)    Tujuan : episiotomi pasien dan atau laserasi sembuh tanpa infeksi dibuktikan dengan tak ada edema dan drainase.
2)    Rencana Tindakan:
a)    Instruksikan pasien pada perawatan perineal.
b)    Ubah permbalut perineal dari depan kebelakang sesudah setiap eliminasi.
c)    Observasi kondisi episiotomi atau laserasi.
d)    Perhatikan terhadap peningkatan suhu atau perubahan tanda vital.
e)    Perhatikan dan laporkan adanya drainase bau busuk.
f)    Berikan antibiotik sesuai pesanan.
d.    Resiko terhadap retensi perkemihan berafiliasi dengan stress berat dan edema lanjut berkenaan dengan proses melahirkan.
1)    Tujuan :
a)    Tidak mengalami distensi kandung kemih.
b)    Berkemih sesudah melahirkan.
2)    Rencana Tindakan:
a)    Hindari distensi kandung kemih.
b)    Anjurkan berkemih 6 hingga 8 jam sesudah melahirkan.
c)    Anjurkan cairan setiap hari hingga 3000 ml.
d)    Berikan tehnik untuk membantu berkemih sesuai kebutuhan
e.    Konstipasi, berafiliasi dengan nyeri episiotomi dan hemoroid sekunder terhadap proses melahirkan.
1)    Tujuan : Pasien defekasi dengan ketidaknyamanan minimal.
2)    Rencana Tindakan:
a)    Jamin masukan cairan adekuat.
b)    Berikan pelunak faeces atau laksativ sesuai pesanan.
c)    Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi.
d)    Pertahankan diet reguler, tingkatkan jumlah buah dan masakan kasar.
e)    Sprei atau salep anastesik diberikan pada tempat perianal.
f.    Resiko terhadap perubahan kiprah orang bau tanah berafiliasi dengan transisi pada masa menjadi orang bau tanah dan perubahan peran.
1)    Tujuan :
a)    Ibu sanggup merawat bayi adekuat
b)    Memberikan lingkungan optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2)    Rencana tindakan:
a)    Tutupi ibu dan bayi pada tempat tidur yang sama di bawah selimut penghangat.
b)    Bantu dalam menggendong dan menginspeksi bayi sesegera mungkin.
c)    Izinkan ibu untuk bersahabat bayi di tepi tempat tidur.
d)    Penuhi kebutuhan ibu selama melewati fase.
e)    Hindari mengintervensi antara ibu dan bayi.
g.    Situasi harga diri rendah dalam respon terhadap perasaan ketidakadekuatan berkenaan dengan tanggung jawab kiprah orang bau tanah yang berafiliasi dengan pengalaman melahirkan.
1)    Tujuan : ibu memperlihatkan penilaian emosi efektif dan harga diri sehat dibuktikan dengan pernyataan positif tntang diri dan perihal kemampuan untuk merawat bayi.
2)    Rencana tindakan:
a)    Anjurkan diskusi duduk kasus faktual dan yang dirasakan.
b)    Bantu ibu memastikan kenyataan persalinannya dan pengalaman melahirkan.
c)    Berikan keyakinan mengenai kemampuannya sebagai ibu.
d)    Bantu pasien mendapatkan luapan dan penurunan emosi dari periode pascapartum dan jelaskan bahwa perasaan ini dan perubahan umum selama waktu ini.
e)    Anjurkan periode istirahat selama sehari.
f)    Berikan ksempatan pada orang bau tanah dan atau orang terdekat dalam interaksi dan merawat bayi.
h    Kurang pengetahuan yang berafiliasi dengan kurang informasi perihal perawatan pasca partum.
1)    Tujuan : Pasien mengungkapkan dan memperlihatkan pemahaman perawatan diri pasca partum dan perawatan bayi.

2)    Intervensi :
a)    Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila ibu menyusui.
b)    Tekankan pentingnya diet nutrisi.
c)    Jelaskan perlunya periode istirahat terencana
d)    Jelaskan perlunya pencucian dengan cermat pada potongan perineal.
e)    Berikan perawatan diri perineal
4.    Pelaksanaan Keperawatan
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari planning keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan planning keperawatan yang sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi tetapi melibatkan pasien dan keluarga dan anggota tim keperawatan dan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kebutuhan.
a.    Rencana keperawatan menjadi landasan untuk implementasi.
b.    Sasaran jangka pendek, menengah, dan jangka panjang dipakai sebagai fokus untuk implementasi dari intervensi keperawatan yang dibuat.
c.    Saat mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat secara berkesinambungan mengkaji pasien dan responsnya terhadap asuhan keperawatan.
d.    Perubahan dibentuk dalam planning perawatan sesuai perubahan kondisi, duduk kasus dan respons pasien dan jikalau dibutuhkan penyusunan ulang prioritas.
(Brunner, dkk, 2001)
5.    Evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap simpulan dari proses keperawatan dan diarahkan untuk menentukan respons pasien terhadap intervensi keperawatan dan sebatas mana tujuan – tujuan sudah tercapai. Rencana keperawatan memperlihatkan landasan bagi evaluasi; diagnosa keperawatan, duduk kasus – duduk kasus kolaboratif, tujuan – tujuan, intervensi keperawatan, dan hasil yang diperkirakan memperlihatkan panduan yang spesifik yang menentukan fokus penilaian (Brunner, dkk, 2001)
Evaluasi pada klien post partum mencakup :
a.    Pasien tidak mengalami hipovolemik sebagai tanggapan dari kehilangan darah berlebihan, tanda vital dalam batas normal.
b.    Pasien menyebutkan nyeri hilang atau minimal, fundus uterus keras dan bebas nyeri, bisa mendemonstrasikan perawatan payudara tepat.
c.    Episiotomi pasien dan/atau laserasi sembuh tanpa bukti infeksi dibuktikan dengan tak ada edema dan drainase.
d.    Pasien tidak mengalami distensi kandung kemih, berkemih sesudah melahirkan.
e.    Pasien defekasi dengan ketidaknyamanan minimal.
f.    Ibu mendemonstrasikan penilaian emosi efektif dan harga diri sehat dibuktikan dengan pernyataan positif perihal diri dan perihal kemampuan untuk merawat bayi.
g.    Pasien mendemonstrasikan dan mengungkapkan pemahaman perawatan diri dan pascapartum dan perawatan bayi.
(Tucker, S. M, 1998)

BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus ini penulis akan menguraikan hasil penerapan asuhan keperawatan pada klien Ny. F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Dalam hal ini penulis mengadakan pendekatan melalui proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan penilaian serta dilanjutkan dengan dokumentasi keperawatan selama 2 hari, lebih lanjut akan dibahas sebagai berikut :
Tgl. MRS    : 30 – 03 – 2003
Tgl. Pengkajian    : 31 – 03 – 2003
No. Register    : 070428
Dx. Medis    : Partus aterm PBK

A.    Pengkajian
I.   Biodata
a.    Identitas klien
Nama    :    Ny. F
Umur    :    24 tahun
Suku/Bangsa    :    Mandar/Indonesia
Agama    :    Islam
Pendidikan terakhir    :    SMA
Pekerjaan    :    -
Status perkawinan    :    Kawin
Perkawinan yang ke    :    Pertama
Lamanya    :    10 bulan
Alamat    :    BTP Blok K Kejayaan Selatan
b.    Identitas suami
Nama    :    Tn. A
Umur    :    24 tahun
Suku/Bangsa    :    Mandar/Indonesia
Agama    :    Islam
Pendidikan    :    Mahasiswa
Pekerjaan    :    -
Status perkawinan    :    Kawin
Perkawinan yang ke    :    Pertama
Lamanya     :    10 bulan
Alamat    :    BTP. Blok K Kejayaan Selatan
II.  Data Fisiologis/Biologis
a.   Keluhan utama    :    Nyeri pada tempat perineum.
b.   Riwayat keluhan utama    :    Nyeri pada tempat perineum dirasakan klien semenjak selesai persalinan tanggal 30 – 03 – 2003 jam 17.00.
-    Sifat nyeri : hilang timbul.
-    Hal yang memperberat : bila ibu bergerak.
-    Hal yang meringankan :  bila klien berbaring di tempat tidur.
c.    Riwayat persalinan
1.)    Tanggal persalinan 30 – 03 – 2003
2.)    Jenis persalinan : partus impulsif PBK.
3.)    Perdarahan selama persalinan : ? 200 cc
4.)    Penyulit persalinan : tidak ada.
5.)    Jenis kelamin bayi : laki-laki.
6.)    BB : 3100 gr  dan PB : 50 cm
d.    Riwayat kehamilan
1.)    G 1  P O  A : O
2.)    HP HT, 19 – 07 – 2003 TP : 26 – 4 – 2003 (menurut Naegle)
3.)    Pemeriksaan kehamilan : 5 – 6 kali.
4.)    Imunisasi TT : 2 x (lengkap), interval 1 bulan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e.    Pola reproduksi
1.) Menarche    :    13 tahun
2.) Siklus haid    :    28 hari
3.) Lamanya    :    5 – 6 hari
4.) Teratur/tidak    :    Teratur
5.) Warna    :    Merah kehitam-hitaman
6.) Bau    :    Amis
7.) Dismenorhoe    :    Tidak ada
8.) Banyaknya darah    :    ± 50 cc/hari
f.    Riwayat kesehatan
1.)    Riwayat kesehatan masa lalu
a)    Penyakit yang pernah dialami : demam tyfoid.
b)    Klien tidak pernah menjalani opname di rumah sakit.
c)    Operasi yang pernah dialami : klien tidak pernah mengalami operasi.
d)    Tidak ada ketergantungan  terhadap obat, rokok, dan minuman keras serta alkohol
2.)    Riwayat kesehatan sekarang
a)    Ibu mengeluh masih sakit pada tempat abdomen.
b)    Ibu masih mengeluh sakit pada anak perineum.
3.)    Riwayat kesehatan keluarga
 F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS Asuhan keperawatan pada klien Ny. F dengan post partum primipara hari ke II di ruang nifas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
III. Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan umum    :    Klien tampak lemah.
b.    Kesadaran    :    Composmentis
c.    Tanda-tanda vital:
Tekanan darah    :    110/80 mmHg
Nadi    :    88 x/menit
Pernafasan    :    20 x/menit
Suhu    :    370 C
d.    BB  :  72 kg  dan TB : 165 cm
e.    Kepala
Inspeksi :
-    Bentuk kepala mesochepal.
-    Rambut bersih, hitam dan tidak berketombe.
-    Penyebaran rambut merata.
-    Tidak tampak adanya benjolan di kepala.
Palpasi :
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak teraba benjolan.
f.    Muka
Inspeksi :
-    Tidak ada kloasma gravidarum.
-    Ekspresi wajah nampak meringis bila bergerak.
Palpasi :
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak ada oedema

g.    Mata
Inspeksi :
-    Nampak simetris kiri dan kanan.
-    Tidak nampak peradangan pada palpebra.
-    Sclera nampak tidak icterus.
-    Conjungtiva nampak tidak anemis.
Palpasi :
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.
h.    Hidung
Inspeksi :
-    Simetris kiri dan kanan.
-    Tidak nampak sekret
-    Tidak nampak deviasi septum.
Palpasi :
-    Tidak ada nyeri tekan pada sinus maxillaris.
-    Tidak ada nyeri tekan pada sinus etmoidalis.
-    Tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis.
-    Tidak teraba benjolan.
i.    Telinga
Inspeksi :
-    Simetris kiri dan kanan.
-    Tidak ada sekret di liang telinga.
-    Tidak menggunakan alat bantu dengar.
-    Dapat mendengar dengan baik.
Palpasi  : 
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak teraba benjolan.
j.    Mulut dan gigi
Inspeksi :
-    Ada caries, bibir bersih, pengecap bersih.
-    Tidak ada bau mulut.
-    Tidak ada luka pada membran mukosa verbal dan lidah.
k.    Leher
Inspeksi :
-    Tidak nampak peningkatan vena jugularis.
-    Tidak nampak pembesaran pada kelenjar tyroid.
-    Tidak nampak pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi :
-    Tidak teraba peningkatan vena jugularis.
-    Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.
-    Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.


l.    Dada
1.)  Payudara
Inspeksi :
-    Nampak simetris kiri dan kanan.
-    Nampak puting menonjol.
-    Nampak hiperpigmentasi pada areola mammae.
-    Kebersihan cukup bersih.
-    Sejak melahirkan ASI keluar sedikit.
-    Colostrum ada.
Palpasi :
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Payudara dan masih lembek.
2.)    Thoraks dan paru
Inspeksi :
-    Pengembangan dada simetris kiri dan kanan.
Palpasi ;
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Fokal fremitus getaran dinding dada seimbang kiri dan kanan.
-    Ekspansi dada : seimbang kiri dan kanan.
Auskultasi ;
-    Suara nafas vesikuler.
-    Tidak ada suara tambahan.
Perkusi :
-    Sonor seluruh lapang paru.
m.    Jantung
Inspeksi :  Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :  -  Ictus cordis teraba pada ICS V midclavicula kiri.
Auskultasi :
-    Bunyi jantung I/II murni.
-    Bising jantung tidak terdengar.
Perkusi :
-    Batas jantung kiri ICS 2 – 3 midclavicula kiri.
-    Batas jantung kanan linea parasternalis kanan sejajar ICS 2 – 3.
-    Batas jantung bawah ICS 5 – 6 midclavicula kiri.
n.    Abdomen
Inspeksi :
-    Nampak kulit sama dengan sekitarnya.
-    Nampak striae livida.
Palpasi :
-    TFU 3 jbpst.
-    Kontraksi uterus baik.
-    Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi  :  Peristaltik usus 5 x/menit (5 – 35 x/menit).

Perkusi :
-    Tympani.
o.    Genitalia.
Inspeksi :
-    Nampak luka perineum grade II HP  L/D jelujur (C)
-    Tidak nampak oedema.
-    Tidak nampak varises.
-    Nampak lochia berwarna merah.
-    Jenis lochia rubra.
-    Bau amis.
-    Jumlah : 2 – 3 x ganti pembalut.
Palpasi :
-    Nyeri tekan sekitar perineum.
p.    Anus
Inspeksi  :  -  Tidak tampak haemoroid dan tidak nampak benjolan.
Palpasi    : 
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak teraba benjolan.
q.    Ekstremitas
1.) Ekstremitas atas
Inspeksi :
-    Tidak tampak oedema.
-    Tidak ada perubahan bentuk.
-    Tidak nampak bekas luka/deformitas.
Palpasi     :  
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak ada pembengkakan.
-    Tonus otot kenyal.
-    Kekuatan otot 5/5
Perkusi :
-    Refleks biceps : fleksi pada ketukan +/+
-    Refleks triceps : ekstensi pada ketukan +/+
2.) Ekstremitas bawah
Inspeksi :
-    Tidak tampak oedema.
-    Tidak ada perubahan bentuk.
-    Tidak nampak bekas luka/deformitas.
Palpasi     :  
-    Tidak ada nyeri tekan.
-    Tidak ada pembengkakan.
-    Tonus otot kenyal.
-    Kekuatan otot 5/5
Perkusi :
-    Refleks KPR : Ekstensi pada ketukan +/+
-    Refleks APR : plantar fleksi pada ketukan +/+
-    Babinsky kiri kanan - / -
Ambulasi :  -  Klien sudah sanggup melaksanakan acara secara perlahan dan bertahap
r.    Data psikologis
1.)    Pola interaksi
-    Klien menyampaikan bahagia mendapatkan kehadiran bayinya.
-    Tanggapan klien dengan pelayanan yang diberikan memadai, alasannyua petugas yang ada bisa dihubungi kapan saja.
-    Kebutuhan pendidikan kesehatan yang diharapkan, cara merawat tali pusat, teknik menyusui, perawatan payudara.
2.)    Pola emosional
-    Klien merasa bahagia mendapatkan bayinya.
-    Klien berharap segera pulang kerumah.
IV. Data sosial
-    Hubungan klien dengan keluarga harmonis.
-    Hubungan klien dengan lingkungan baik.
-    Siapa yang paling besar lengan berkuasa dalam keluarga yaitu suami dan orang tua.
V. Data spiritual
-    Klien selama hamil melaksanakan ibadah sesuai kemampuan.
-    Ibu jarang mengikuti pengajian.
-    Ibu oke perihal KB, tapi sementara masih pikir-pikir untuk ikut KB alasannya anak pertama.
VI.   Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tidak ada.
VII. Perawatan dan pengobatan
a.   Perawatan
-    Vulva hygiene.
-    Vaginal toilet (kompres luka dengan kasa bethadine).
b.   Pengobatan
-    Tiwimox  3 x 500 mg.
-    Mefinal 3 x 500 mg
-    Imbion 1 x 1 tablet.
Penyuluhan perawatan dan pengobatan.
VIII. Pola kegiatan sehari-hari
a.    Nutrisi
1.)    Sebelum melahirkan
-    Jenis makan    : nasi + sayur + lauk-pauk dan kadang buah.
-    Frekuensi    : 3 x sehari
-    Nafsu makan    : baik.
-    Makan pantang    : tidak ada.
-    Makanan kesukaan    : bubur kacang ijo.
2.)    Setelah melahirkan : tidak ada perubahan
b.    Eliminasi
BAB
1.)    Sebelum melahirkan
-    Frekuensi    : 1 x sehari.
-    Warna    : kuning
-    konsistensi    : lembek
2.)    Setelah melahirkan :  belum buang air besar.
BAK
1.)    Kebiasaan
-    Frekuensi    : 3 – 4 x sehari.
-    Warna    : kuning muda
-    Bau    : khas amoniak
2.)    Setelah melahirkan :  tidak ada perubahan.
c.    Istirahat dan tidur
1.)    Sebelum melahirkan
-    Tidur malam jam 22.00 dan berdiri pagi jam 06.00
-    Tidur siang jarang.
2.)    Setelah melahirkan :  -  Tidak ada perubahan.
d.    Kebersihan diri
1.)    Sebelum melahirkan
-    Mandi 2 x sehari.
-    Gosok gigi 2 x sehari.
-    Cuci ramhut 2 x seminggu menggunakan sampo.
-    Ganti pakaian dalam dan luar 1 x sehari.
2.)    Setelah melahirkan : sering ganti pakaian dalam dan ganti softex
e. Olahraga dan rekreasi
-    Klien tidak suka olahraga.
-    Keluarga klien jarang rekreasi.

KLASIFIKASI DATA

Data subyektif :
-    Klien menyampaikan nyeri pada tempat perineum bila bergerak.
-    Klien menyampaikan semenjak melahirkan ASI masih sedikit.
-    Klien menyampaikan payudara masih lembek.

Data obyektif :
-    Nampak hecting pada perineum L/D jelujur  catgut.
-    Ekspresi wajah meringis bila bergerak.
-    Tanda-tanda vital ;
Tensi    :  110/80 mmHg
Nadi    :  88 x/menit
Suhu    :  370 C
Pernafasan    :  20 x/menit
-    Payudara masih lembek.
-    Post partum hari II
-    Colostrum sedikit
ANALISA DATA

PRIORITAS MASALAH

1.    Nyeri berafiliasi dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan :
DS :
-    Klien mengeluh nyeri pada tempat perineum bila bergerak.
DO :
-    Ekspresi wajah meringis bila klien bergerak.
-    Tanda-tanda vital :
T    :  110/80 mmHg
N    :  88 x/menit
S    :  370 C
P    : 20 x/menit
-    Nampak ruptur perineum hecting luar dalam dengan catgut.
2.    Produksi Asi belum efektif berafiliasi dengan hormon prolaktin belum maksimal ditandai dengan :
DS :
-    Klien menyampaikan semenjak melahirkan Asinya masih sedikit keluar.
-    Klien menyampaikan payudaranya masih lembek.
DO :
-    Post partum hari II.
-    Teraba payudara masih lembek.
-    Colostrum masih sedikit.
3.    Resiko infeksi berafiliasi dengan adanya luka perineum ditandai dengan :
DS :  -
DO :
-    Nampak hecting pada perineum L/D : jelujur.
-    Tanda-tanda vital :
T    :  110/80 mmHg
N    :  88 x/menit
S    :  370 C
P    : 20 x/menit


file lengkap

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F Dengan Post Partum Primipara Hari Ke Ii Di Ruang Nifas Perjan Rs. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar"

Post a Comment