Contoh Makalah Persalinan

 MAKALAH PERSALINAN


KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT lantaran atas rahmat dan hidayah  yang telah di berikan, kami sanggup menyusun dan menuntaskan makalah ini secara ringkas dan jelas.

           Makalah ini berisikan wacana Proses Persalinan Kala 3 dan 4 beserta penyakit yang di sanggup dari proses persalinan.

    Materi yang kami susun ini merupakan ringkasan dari banyak sekali sumber yang kami cari, baik dari Literatur, Media Internet. Dari sekumpulan ini kami meringkasnya menjadi satu makalah yang juga akan menjadi hasil dari kerjasama kami untuk jadwal studi Keperawatan khususnya dalam Mata kuliah Keperawatan Maternitas.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya oleh lantaran itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.


                                                                                                                BauBau,  02 April 2012


                                                                                                                       Kelompok 2
                           


DAFTAR ISI

Kata Pengantar        1
Daftar Isi        2
BAB 1 PENDAHULUAN        3
a. Latar Belakang        3
b. Tujuan        3
BAB II PEMBAHASAN        5
a. Persalinan Kala III        5
    1. Pengertian Kala III        5
    2. Fisiologi Persalinan Kala III        5
    3. Manajemen Aktif Kala III……………………………………………………        6
    4. Atonia Uteri……………………………………………………………………    6         
b. Persalinan Kala IV     ……………………………………………………………….       14
c. Komplikasi, Kelainan penyakit dalam masa persalinan     ………………………….      25
BAB III PENUTUP    ………………………………………………………………….    27    
DAFTAR PUSTAKA       
        
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

     Kala tiga persalinan tersebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga dan kala empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu ( kala pembukaan ) dan kala kedua (pengeluaaran bayi )persalinan . Dengan demikian , banyak sekali aspek yang akan dihadapi pada kala tiga dan empat,sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.

     Dewasa ini banyak sekali hal-hal atau kejadian-kejadian yang membahayakan ibu berwsalin menyerupai pendrahan misalnya. Oleh lantaran itu diwajibkan kepada bidan – dokter atau pembantu persalinan mengetahui keadaan atau tanda-tanda yang harus diobserfasi setelah plasenta lahir lengkap (pada kala 4) sehingga bidan, doktrer ataupun pembantu persalinan tidak meninggalkan ibunya begitu sajahal ini diharapkan kecelakaan-kecelakaan lantaran pendarahan post partum sanggup dikurangi.

Adapun tanda-tanda yang bharus diketahui antara lain:

1.    Kontraksi uterus harus baik
2.    Tidak ada pendarahan dari vagina atau pendarahan-pendarahan dalam alat genetalia lainnya
3.    Plasenta dan selaput ketuban harus terlahir lengkap
4.    Kandung kencing harus kosong
5.    Luka-luka pada perenium terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6.    Bayi dalam keadaan baik
7.    Ibu dalam keadaan baik

jika perawat, bidan, maupun dokter yang membantu proses persalinan memperhatikan ketujuh hal tersebut sebelum meninggalkan ibu postpartum diharapkan kecelakaan-kecelakaan lantaran perdarahan sanggup berkurang.

    B. Tujuan
1.    Menambah pengetahuan dalam proses persalinan terutama pada proses persalinan kala III dan IV
2.    Meningkatkan motivasi bagi penolong persalinan biar mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan sebelum meninggalkan ibu postpartum sehingga penolong persalinan lebih berhati-hati

BAB II
PEMBAHASAN
KALA III DAN IV PERSALINAN


A.    PERSALINAN KALA III

1.    PENGERTIAN

Kala 3 dan 4 persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu (Kala pembukaan) dan kala dua (Kala pengeluaran bayi)  persalinan.

Persalinan kala 3 dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

2.    FISIOLOGI PERSALINAN KALA III

Pada kala 3 persalinan, otot uterus (Miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini memuyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke cuilan bawah uterus atau ke dalam vagina.

Tanda – tanda lepasnya Plasenta, Yaitu :

1.    Perubahan bentuk dan tinggi Fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bundar penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau menyerupai buah pir atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali memgarah ke sisi kanan)

2.    Tali Pusat Memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (Tanda ahfeld)

3.    Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (Retroplascental pooling). Dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasental melebihi kapasitas tampungnya mak darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang keluar.

3.    MANAJEMEN AKTIF KALA III

Tujuan administrasi aktif kala 3 yaitu untuk memghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga sanggup mempertsingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala 3. Persalinan kalau di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan maut Ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang bahwasanya sanggup dicegah dengan melaksanakan administrasi aktif kala 3

Keuntungan administrasi aktif kala III
•    Kala III persalinan lebih singkat
•    Mengurangi jumlah kehilangan darah
•    Mengurangi insiden retensio plasenta

Manajemen aktif kala III

Terdiri dari :
•    pemberian oksitosin
•    Melakukan DTT
•    Message fundus uteri

4.    ATONIA UTERI

Pada kehamilan cukup bulan pedoman darah ke uterus yaitu 500-800 cc/menit dan kalau uterus tidak segera berkontraksi (Atonia Uteri) setelah plasenta lahir, maka ibu sanggup kehilangan darah 350-500 cc/menit dari bekas tempat implantasi plasenta. Atonia uteri sanggup mengakibatkan ibu meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Lebih dari 90% perdarahan dalam 24 jam pertama pascapersalinan disebabkan oleh atonia uteri.  MAK III yaitu intervensi terbaik untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya atonia uteri:
•    hiperdistensi uterus
Peregangan uterus yang berlebihan lantaran alasannya yaitu sebab, seperi kehamilan ganda , polihidramnion, dan makroomia janin akan menimbulkan uterus tidak bisa berkontraksi segera setelah plasenta lahir

•    polihidramnion
Jumlah air ketuban yang berlebihan

•    hamil kembar atau gemeli
Kehamilan kembar yaitu satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian perempuan itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar sanggup memperlihatkan resiko yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. Oleh lantaran itu, dalam menghadapi kehamilan kemmbar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Frekuensi kehamilan kembar mengikuto rumus dari Herlin, yaitu 1:89-untuk hamil kembar

•    makrosomia
Makrosomia yaitu suatu kondisi dimana janin tidak normal besar.  Bayi dengan makrosomia janin yang lahir dengan berat minimal 8 pound, 13 ons atau lebih.  Berat lahir rata-rata untuk bayi yaitu sekitar 7 kilogram.
Kebanyakan bayi yang lahir dengan makrosomia jangka penuh, tetapi beberapa mungkin lahir sebelum panjang.  Bayi lahir dengan makrosomia lebih mungkin mengalami gula darah rendah, gangguan pernapasan dan penyakit kuning.  Mereka juga mempunyai sebuah risiko meningkat cacat lahir.Makrosomia terjadi di lebih dari 10% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat.  Komplikasi berupa peningkatan risiko kelahiran sesar, kerusakan pada jalan lahir, dan kerusakan pada janin kalau dikirimkan vagina.

•    kala I dan/atau II yang memanjang
Wanita hamil yang terasa mau melahirkan disertai keluarnya lendir darah yang keluar dari jalan lahir. Penatalaksanaannya berupa Vakum ekstraksi yaitu suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi negatif pada kepalanya.

•    partus presipitatus
Partus presipitatus yaitu persalinan berlangsung sangat cepat. Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit yaitu situasi kedaruratan yang menciptakan terjadi peningkatan resiko komplikasi dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin (Doenges, 2001).

•    induksi/augmentasi persalinan dengan tetes oksitosin
Induksi persalinan yaitu pencetusan persalinan buatan. Augmentasi persalinan menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah kontraksi dimulai secara spontan.
Biasanya induksi persalinan hanya dilakukan kalau ibu mempunyai duduk kasus kebidanan atau kalau ibu maupun bayinya mempunyai duduk kasus medis. untuk memilih kematangan janin secara akurat, sebelum dilakukan induksi, bisa dilakukan amniosentesis.
Pada induksi persalinan biasanya dipakai oksitosin, yaitu suatu hormon yang mengakibatkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. hormon ini diberikan melalui infus sehingga jumlah obat yang diberikan sanggup diketahui secara pasti.
selama induksi berlangsung, denyut jantung janin dipantau secara ketat dengan menggunakan alat pemantau elektronik. Jika induksi tidak mengakibatkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan operasi sesar.

•    bisul intrapartum
Korioamnionitis yaitu bisul dari korion ketika intrapartum yang potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi bisul dan mengakibatkan gangguan untuk melaksanakan kontraksi.

•    grandemultipara
Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.

•    hipersensitifitas MgSO4
Magnesium Sulfat dipakai untuk mengendalikan kejang pada pre eklampsia/eklmpsia

•    Penyakit sekunder maternal
Anemia, endometritis, maut janin dan koagulasi intravaskulere diseminata merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang menimbulkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.

Penanganan Atonia Uteri :

Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil (masase) fundus uteri, lakukan perasat berikut:
1.    Kompresi Bimanual Internal (KBI)
Kompresi Bimanual Internal merupakan Pemberian tekanan pada area Internal

    Peralatan
-          Sarung tangan steril
-          Cairan infuse
-          Peralatan infuse
-          Jarum infuse
-          Plester
-          Kateter urin
    Prosedur Tindakan
1.    Pakai sarung tangan steril, dengan lembut masukan secara obstetrik
(menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus dan ke dalam vagina ibu
2.    Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkanuterus tak sanggup berkontraksi secara penuh
3.    Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterioruterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang
4.    Tekan berpengaruh uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memperlihatkan tekanan eksklusif pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga meerangsang miometrium untuk berkontraksi
5.    Evaluasi keberhasilan :
a.    Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakuka KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara menempel selama kala 4
b.    Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulan perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi.Jika demikian, segera lakukan penjahitan untukmenghentikan perdarahan
c.    Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melaksanakan KBE kemudian lakukan langkah – langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.       

2.    Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan perdarahan contohnya akhir atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan hingga uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan sanggup dihentikan.ini sanggup di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong sanggup menganjurkan pada keluarga untuk melaksanakan kompresi bimanual eksterna sambil penolong melaksanakan tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri.
Dalam melaksanakan kompresi bimanual eksterna ini, waktu sangat penting, demikian juga kebersihan. sedapat mungkin ,gantillah sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai tindakan ini.
1.    Peralatan
-          Sarung tangan steril
-          Cairan infuse
-          Peralatan infuse
-          Jarum infuse
-          Plester
-          Kateter urin
2.    Prosuder kompresi bimanual eksterna
1.    Bila mungkin mintalah dukungan seseorang
2.    Cobalah massage ringan biar uterus berkontraksi
3.    Periksa apakah kandung kencing penuh.jika kandung kencing penuh,mintalah ibu untuk buang air kecil.bila tidak berhasil,pasanglah kateter
4.    Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi bimanual eksterna.

3.    Kompresi Aorta Abdominalis
Serangkaian proses yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanika yang dipakai yaitu dengan aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi meometrium (yang untuk sementara waktu tidak sanggup berkontraksi). Kontraksi meometrium dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang- cabang pembuluh darah besar yang berjalan diantaranya.
Prosedur ini dilakukan dari luar (kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam (kompresi bimanual interna), tergantung tahapan upaya mana yang memperlihatkan hasil atau sanggup mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua upaya tersebut belum berhasil, segera lakukan perjuangan lanjutan, yaitu kompresi aorta abdominalis.

Tujuan Kompresi Aorta Abdominal
Kompresi Aorta Abdominal dilakukan untuk menghentikan perdarahan akhir atonia uteri.

Langkah klinik kompresi aorta abdominal
A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan
•         Pasien
1.    Infus dan cairannya, sudah terpasang
2.    Perut bawah, lipat paha dan vulva, sudah dibersihkan dengan air dan sabun
3.    Siapkan ganjal bokong dan kain epilog perut bawah
4.    Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopolmuner

•            Penolong
1. Baju kamar tindakan
                2. Sarung tangan DTT
              3. Tensimeter dan stetoskop

    C. Tindakan
               
1.    Baringkan ibu diatas ranjang, penolong menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada pada ketinggian yang sama dengan pinggul penolong.
2.    Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak menggunakan penopang kaki)    dengan sedikit fleksi pada artikulasio koksae.
3.    Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal yang melalui titik 1 sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi atas simfisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri teraba dengan baik.
4.    Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari titik pulsasi tersebut.
5.    Kepalkan tangan kiri dan tekankan cuilan punggung jari telunjuk, tengah, bagus dan kelingking pada umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
6.    Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai cuilan yang keras di cuilan tengah/ sumbu tubuh ibu dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan) akan berkurang/ terhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta).
7.    Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).
8.    Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi dengan baik.

B.    PERSALINAN KALA IV

Pengertian Kala IV

Kala IV yaitu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap. Hal ini dimaksudkan biar doktor, bidan, atau penolong persalinan masih mendampingi perempuan selesai bersalin, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum. Dengan cara ini diharapkan kecelakaan-kecelakaan lantaran pendarahan postpartum sanggup dikurangi atau dihindarkan.

Sebelum Meninggalkan Wanita Postpartum Harus Diperhatikan 7 Pokok Penting

1.    Kontraksi uterus harus baik
2.    Tidak ada pendarahan dari vagina atau pendarahan-pendarahan dalam alat genetalia lainnya
3.    Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
4.    Kandung kencing harus kosong
5.    Luka-luka pada pereneum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6.    Bayi dalam keadaan baik
7.    Ibu dalam keadaan baik

Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekwensi nadi yang menurun dengan volume yang baik yaitu satu tanda-tanda yang baik. Dalam kala IV ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif lantaran pendarahan atonia uteri masih mengancam. Maka dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan.

Tugas seorang perawat atau bidan dalam kala IV adalah:
•    Mengawasi pendarahan postpartum
•    Menjahit roberkan perineum
•    Memeriksa bayi

Jika ada pendarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik maka segera suntikan 0,2 mg methergin melalui IM, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan massage. Seandainya pendarahan belum berhenti juga ditambahkan suntikan methergin lagi tapi kini melalui intravena dan dipasang pitocin melalui drip (10 pitocin dalam 500 cc glukose) selama tindakan ini massage diteruskan. Kalau masih ada pendarahan maka jangan terus terfisasi pada atonia uteri tapi pertimbangkan juga kemungkinan lain seperti:

•    Robekan servik
•    Sisa plasenta atau plasenta pemanis
•    Ruptura uteri
•    Coagulopathi

Maka kalau kemungkinan ini belum dikesampingkan dilakukan investigasi in speculo dan eksplorasi cavum uteri kita harus meragukan adanya coagulopathi dalam kala IV kalau dengan usaha-usaha yang lazim dan setelah dikesampingkan robekan servik dan robekan rahim pendarahan melampaui 100 cc walaupun darah yang keluar dari jalan lahir membeku.

Dalam hal ini kita suntikan trasylol 200.000 secara intravena (proteinase inhibitor) kalau masih ada pendarahan dilaksanakan kompresi Bimanuil secara hamilton: suatu sketsa masuk kedalam vagina dan tangga ini yang dijadikan tinju dengan rotasi merangsang diding depan rahim, sedangkan tanggan luar menekan diding perut diatas fundus, hingga dapt merangsang diding rahim belakang rahim. Dengan demikian uterus ditekan dan dirangsang antara tanggan dalam dan  tanggan luar, perasat ini sekurang-kurangnya dilakukan selama 15 menit. Hingga kalau  kompresi bimanuil tidak berhasil, keadaan pasien masih cukup baik untuk melaksanakan hysteriktomi.

                Pendarahan Karena Robekan Cervik

Setelah persalinan buatan atau kalau ada pendarahan walaupun kontraksi  dan darah yang keluar berwarna merah muda harus dilakukan investigasi dengan speculum. Jika terdapat robekan yang berdarah atau robekan yang lebih besar dari 1 cm, maka robekan tersebut hendaknya dijahit. Untuk memudahkan penjahitan, baiknya fundus uetri ditekan kebawah hingga cervik erat dengan vulva. Kemedian kedua bibir cervik dijepit dengan klem dan ditarik kebawah. Dalam melaksanakan jahitan robekan cervik yang penting bukan jahitan lukanya tapi peningkatan dari cabang-cabang arteria uterina.

                Pendarahan Post Partum Karena Sisa Plasenta

Jika pada investigasi plasenta ternyata jaringan plaseta tidak lengkap maka harus dilakukan eksplorasi dari ovum uteri. Potongan-potongan plasetsa yang tertinggal tanpa diketahui biasanya menimbulkan pendarahan postpartum lambat. Kaku pendarahan banyak hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun ada demam.

                Pengawasan Pendarahan Postpartum

Yang harus diawasi ialah: Setelah plasenta lahir, hendaknya plasenta diperiksa dengan teliti apakah lengkap atau tidak Darah yang keluar dari jalan lahir

           Fundus uteri: kadang kala darah dari cavum uetri tidak sanggup mengalir keluar lantaran terhalang oleh bekuan darah. Dari luar tidak tampak pendarahan, tetapi ueterus mengembang lantaran tensi penuh dengan darah, sehingga fundus uteri naik.
    
    
Kontraksi rahim: pendarahan lantaran atonia uteri hanya mungkin kalau konsentrasi rahim lunak. Dan kalau ada pendarahan sedangkan kontraksi rahim baik maka pendarahan disebabkan perlukaan.
   
                Keadaan umum ibu: nadi atau pernapasan dan tensi harus diawasi.
    
Pengobatan pendarahan pospartum ialah:
                   1. Dengan massage rahim
                   2. Suntikan protein dan methergin
                   3. Pemberian infus

                Ruptura Perineum

Robekan perineum dibagi dalam 3 tingkat:
1.    Ruptura perineum tingkat 1 :
Yang robek hanya selaput lendir dan kulit
2.    Ruptura perineum tingkat 2:
Selain selaput lendir dan kulit juga robek otot-otot perineum kecuali sphincter ani

3.    Ruptura perineum tingkat 3: selaput lendir, kulit, otot-otot perineum dan sphincter ani rusak, dinding rectum mungkin ikut robek

Ruptura perineum tingkat 1 dan 2 disebut ruptura perineum incompleta.
Ruptura perineum tingkat 3 disebut juga ruptura perineum completa atau ruptura perineum totalis.

Sebab-sebab ruptura perineum ialah:

1.    Kepala anak terlalu cepat lahir
2.    Anak besar
3.    Persalinan buatan
4.    Arcus pubis sempit
5.    Vagina sempit
6.    Perineum yang kaku
7.    Posisi occipito posterior

Episiotomi

Episiotomi ialah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptura perineum totalis.

Empat macam episiotomi:
1.    Episiotomi medialis yang dibentuk digaris tengah
2.    Episiotomi medioplateralis dari garis tengah kesamping menjauhi anus
3.    Episiotomi rateralis, 1 hingga 2 cm commissura posterior kesamping
4.    Episiotomi sekunder

Maksud episiotomi:
1.    Episiotomi menciptakan luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, sedangkan ruptura perineum yang impulsif bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi.
2.    Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3.    Mempersingkat kala II. 
4.    Episiotomi lateralis dan medio lateralis mengurangi kemungkinan ruptura perineum totalis

Gambar Potongan Episiotomi
Keuntungan Dan Kerugian Masing-Masing Episiotomi

Episiotomi medialis:
1.    Praktis dijahit
2.    Anatomis maupun fungsionalis sembuh dengan baik
3.    Nyeri dalam nifas tak seberapa
4.    Dapat menjadi ruptura perineum totalis

Episiotomi medio lateralis:
1.    Lebih sulit dijahit
2.    Anatomis maupun fungsionalis penyembuhan kurang sempurna
3.    Nyeri pada hari-hari pertama nifas
4.    Jarang menjadi ruptura perineum totalis

                 Cara Menjahit Ruptura Perineum dan Luka Episiotomi

Ruptura perineum yang tiba dari luar masih sanggup dijahit dalam 24 jam pertama setelah persalinan, sehabis itu luka sudah terinfeksi dan tidak ada gunanya, malahan merugikan untuk menjahitnya. Dalam hal ini terpaksa kita tunda reparasi luka hingga 3 bulan postpartum.

Teknik cara menjahit luka perineum majemuk tetapi ada titik persamaan:

1.    Benang yang dipergunakan harus sehalus mungkin
2.    Untuk jahitan dalam dipakai catgut
3.    Luka dangkal dijahit dalam 1 lapisan, luka dalam dijahit dengan 2 lapisan atau lebih
4.    Tiap jahitan harus hingga dasar luka

                       Pemeriksaan Anak

Dalam kala IV cukup waktu untuk menilik bayi, terutama untuk melihat apakah ada kelainan bawaan:
               Kepala            : Anenchephal, hydrocephal, Microchephal.
               Mulut dan bibir     : Cheilo atau Palatoschizis
               Perut            : Tumor atau ascites
              Pusat            : Omphalocele (hernia tali pusat)
               Kemaluan         : Psendo (hermaphroditismus)
               Anus            : Atresia ani (anus tak berlubang)
              Tulang punggung    : Spina bifida
               Keadaan anggota    : Syndactyli dan polydactili.

Untuk pengawasan yang intensif biasanya dibentuk partograf yang secara terus menerus mencatat:
1.    Sifat his
2.    Keadaan ketuban
3.    Persentasi dan posisi atau turunnya cuilan depan
4.    Bunyi jantung anak
5.    Keadaan ibu
6.    Terapi yang diberikan

Memperkirakan kehilangan darah

Satu cara untuk menilai kehilangan darah yaitu dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banmyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi oleh darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan 1L darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, maka ibu telah kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilanngan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.

Upaya yang lebih penting yaitu menilik ibu secara bersiklus dan lebih  kala IV dan menilai kehilangan darah dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah pendarahan lanjutan, dan menilai tonus uterus.

Memeriksa perineum untuk pendarahan aktif

Evaluasi laserasi dan pendarahan aktif pada perineum dan vagina, leserasi diklasifikasikan menurut luasnya robekan :

1.    Derajat 1 :
•    mukosa vagina
•    fourchette posterior
•    kulit perineum
•    Penjahitan tidak diharapkan kalau tidak ada pendarahan dan kalau luka teraposisi secara alamiah
2.    Derajat 2 :   
•    mukosa vagina
•    fourchette posterior
•    kulit perineum
•    otot perineum
3.    Derajat 3 :    
•    mukosa vagina
•    fourchette posterior
•    kulit perineum
•    otot perineum
•    otot sfingterani eksternal

4.    Derajat 4 :    
•    mukosa vagina
•    fourchette posterior
•    kulit perineum
•    otot perineum
•    otot sfingterani eksternal
•    dinding rectum anterior

Sebelum meninggalkan ibu pastikan bahwa ibu bisa berkemih sendiri, ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana cara menilai tonus dan pendarahan uterus. Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan kalau ada tanda-tanda bahaya, menyerupai :
1.    Demam
2.    Pendarahan aktif
3.    Bekuan darah yang banyak
4.    Bau kedaluwarsa dari vagina
5.    Pusing
6.    Lemas luar biasa
7.    Penyulit dalam menyusui
8.    Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa

Pencegahan Infeksi

Setelah persalinan, dekontaminasi ganjal plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian basuh dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan kain higienis supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dekontaminasi linen yang dipakai selama persalinan dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian basuh segera dengan air dan deterjen.

Pemantauan Keadaan Umum Ibu

a.    Selama dua jam pertama pasca persalinan:
•    Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit (jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
•    Masase uterus setiap 15 menit (jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
•    Pantau temperatur tubuh setiap jam (dua jam pertama)
•    Nilai jumlah darah yang keluar setiap 15 menit ( jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
•    Minta ibu/keluarganya memantau perdarahan dan melaksanakan masase uterus.
•    Lanjutkan IMD, bantu ibu mengenakan pakaian bersih, atur posisi ibu biar nyaman, dan lakukan asuhan esensial bagi bayi gres lahir 

b.    Ajarkan pada ibu/keluarga bagaimana mencari pertolongan kalau ada  tanda-tanda ancaman seperti:

•    demam
•    perdarahan aktif
•    keluar banyak bekuan darah
•    amis kedaluwarsa dari vagina
•    pusing
•    lemas luar biasa
•    penyulit dalam menyusukan bayinya
•    nyeri panggul atau abdomen yang lebih ahli dari nyeri kontraksi biasa

Perhatikan penyulit atau komplikasi berikut:
•    Retensio Plasenta
•    Tali pusat putus
•    Atonia uteri
•    Laserasi jalan lahir
•    Dehidrasi
•    Infeksi/Sepsis
•    Preeklampsia Berat/Eklampsia
•    Retensi urin

C.    KOMPLIKASI, KELAINAN, PENYAKIT DALAM MASA PERSALINAN”

 Persalinan Dengan Penyulit Kala III Dan IV

1.    Robekan Jalan Lahir

            Robekan jalan lahir merupakan peyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan sanggup terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh, robekan servik atau vagina.

            Periksalah dengan seksama dan perbaiki robekan pada servik, vagina dan perineum, lakukan uji pembekuan darah sederhana bila perdarahan terus berlangsung. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang sanggup pecah dengan gampang membuktikan adanya koagulapati.

Penatalaksanaan

a.    Perbaikan robekan servik :
1.    Tindakan a dan antisepitik pada vagina dan servik
2.    Tindakan a dan antiseptik pada vagina dan servik
3.    Berikan dukungan emosional dan klarifikasi
4.    Pada umumnya tidak diharapkan anastesi. Jika robekan luas atau jauh hingga ke atas, berikan petidin dan diazepam IV pelan-pelan, atau ketamin.
5.    Asisten menahan fundus
6.    Bibir servik di jepit dengan klem ovum, pindahkan bergantian searah jarum jamsehingga semua cuilan servik sanggup diperiksa. Pada cuilan yang terdapat robekan, tinggalkan 2 klem diantara robekan.
7.    Jahit robekan servik dengan cut gut kromik 0 secara jelujur, mulai dari apeks
8.    Jika sulit dicapai dan diikat, apek sanggup dicoba di jepit dengan klem ovum atau klem arteri dan dipertahankan 4 jam
9.    Jika robekan meluas hingga melewati puncak vagina lakukan laparotomi

b.    Perbaikan robekan vagina dan perineum

      Ada 4 tingkat robekan yang sanggup terjadi pada persalinan:
1.     Robekan tingkat I yang mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat
2.    Robekan tingkat II mengenai alat-alat di bawahnya
3.    Robekan tingkat III mengenai m. sfingter ani
4.    Robekan tingkat IV mengenai mukosa rektum

Perbaikan robekan tingkat II

Umumnya robekan tingkat I sanggup sembuh sendiri, tidak perlu dijahit :

1.    Kaji ulang prinsip dasar perawatan
2.    Berikan dukungan emosional
3.    Pastikan tidak ada alergi terhadap liknokain atau obat-obatan sejenis
4.    Periksa vagina, perineum, dan servik
5.    Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan itu tingkat III atau IV:
6.    Masukan jari yang bersarung tangan ke anus
7.    Identifikasi sfingter
8.    Rasakan tonus dari sfingter
9.    Ganti sarung tangan
10.    Jika sfingter kena, lihat reparasi robekan tingkat III atau IV
11.    Jika sfingter utuh, teruskan reparasi
12.    A dan antisepsis di kawasan robekan
13.    Masukan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka   mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
14.    Aspirasikan dan kemudian suntikan sekitar 10 ml lignokain 0,5% di bawah mukosa vagina, dibawah kulit perineum, dan pada otot-otot perineum.
15.    Tunggu hingga 2 menit biar anestesia efektif

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Persalinan merupakan salah satu insiden besar bagi seorang ibu. Diperlukan segenap kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya. Banyak ibu hamil sanggup melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat. Namun banyak pula, persalinan mengakibatkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh banyak sekali hal

Kala III Persalinan atau Kala Uri (Pengeluaran Plasenta) merupakan kelanjutan Kala I dan Kala II Persalinan. Dengan demikian, banyak sekali aspek yang akan dihadapi pada Kala III dan IV (periode 2 jam setelah plasenta lahir), sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan & Panduan, Kala 3 dan 4 persalinan, ASUHAN PERSALINAN NORMAL, Jakarta. 2008

Rhaa chandra.Blog spot. Persalinan dengan penyulit kala 3 dan 4. Available @ http//www. Maternitas.com (Cited on Apryl 01 2012)

www.Bascom.world.com Pedoman Asuhan Persalinan Kala III dan IV
file:MAKALAH ASKEB II KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA, Blog Rahma Windy Hapsari
ObgynSpots.com Kehamilan kembar/gemeli
Sumber Internet


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Makalah Persalinan"

Post a Comment