Makalah Imunisasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Imunisasi ialah dukungan kekebalan badan terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam badan biar badan tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memperlihatkan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diharapkan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada belum dewasa lantaran sistem kekebalan badan mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara sedikit demi sedikit dan lengkap terhadap banyak sekali penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi ialah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan.
Teknik atau cara dukungan imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau kuman penyebab penyakit kemudian diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam badan kita maka badan akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam badan orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
    Tehnik pengumpulan urin ialah tehnik yang dilakukan sebelum pengambilan urine.

Hasil investigasi urine tidak hanya sanggup memperlihatkan informasi perihal ginjal dan susukan kemih, tetapi juga mengenai faal banyak sekali organ badan menyerupai hati, susukan empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil investigasi yang akurat, diharapkan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan hingga dengan investigasi harus dilakukan dengan mekanisme yang benar.

1.2.Rumusan Masalah
•    Sasaran Imunisasi
•     Pembagian Imunisasi
•    Jenis-Jenis Imunisasi
•    Tehnik, waktu Pemberian serta kontraindikasi dari jenis-jenis imunisasi
•    Jenis urine
•    Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Sasaran Imunisasi

a.    Pada bayi
Bayi berumur 0-11 bulan untuk mendapatkan vaksinasi BCG,DPT,POLIO,CAMPAK,dan HEPATITIS
b.    Pada anak-anak
Anak yang meliputi seluruh SD kelas 1-6 untuk mendapatkan vaksinasi DT. Untuk murid SD kelas 6 khususnya putrid mendapatkan imunisasi TT.
c.    Ibu hamil
Untuk mendapatkan imunisasi TT untuk mencegah terjadinya infeksi. Selama masa kehamilan mendapatkan 2 kali imunisasi TT.
Adapula imunisasi TT seumur hidup dilakukan sebanyak 5 kali dengan jangka waktu tiap bulan.
d.    Calon pengantin
Pada calon pengantin perempuan di berikan imunisasi TT
Pembagian imunisasi
Berdasarkan sifatnya imunisasi terbagi atas 2,yaitu :
1.imunisasi aktif (vaksinasi)
Imunisasi aktiv ialah imunisasi yang menghasilkan antibody sehingga orang kebal terhadap penyakit infeksi, dimana kekebalan yang timbul merupakan hasil kegiatan imunologik itu sendiri.
a.    Kekebalan aktif  alami yaitu kekebalan yang di peroleh melalui nanah klinis dan subklinis.
b.    Kekebalan aktif buatan yaitu kekebalan yang diperoleh melalui imunisasi

2.Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif ialah dukungan serum imun yang mengandung anti bodi dibentuk secara aktif oleh hewan, yang berarti : bahwa penerima mendapatkan sejumlah anti bodi yang telah siap pakai.
Kekebalan pasif sanggup di bagi 2 yaitu :
a.    Kekebalan pasif alami yaitu kekebalan yang diperoleh secara alami. Bayi telah mempunyai kekebalan, lantaran anti bodi ibunya sanggup lolos melewati plasenta dan masuk kedalam peredaran darah atau diperoleh melalui colostrums pada ketika bayi menyusu.
b.    Imunisasi pasif buatan yaitu kekebalan yang didapat dari dukungan anti bodi atau serum imun pada seseorang yang telah mempunyai kekebalan misalnya: SAT(serum anti tetanus) dan SAR (serum anti rabies).
Perbedaan Imunisasi aktif dan pasif (buatan) :
Imunisasi aktif :
a.    Yang diberikan berupa vaksin antigen yaitu suatu substansi bila memasuki badan bisa merangsang system imunologik untuk menghasilkan respon imunitas, berupa pembentukan anti bodi
b.    Anti merangsang sistim imunologi yang secara aktif melalui anti bodi
c.    Pemberian berulang kali tidak berbahaya
d.    Ditujukan kepada orang sehat dengan tujuan menciptakan kebal terhadap penyakit nanah tertentu.
e.    Karena di buat oleh badan sendiri, anti bodi bertahan usang dalam tubuh.
Imunisasi buatan
Yang diberikan ialah serum imun : antigen
a.    Pemberian berulang kali sangat berbahaya
b.    Menerima anti bodi sudah siap pakai/sudah jadi
c.    Di berikan pada orang sakit/di duga sedang dalam tahap permulaan perkembangan penyakit
d.    Karena di buat binatang spesies,antibody dengan cepat rusak, sehingga kekebalan yang diperoleh melalui serum hanya bertahan singkat.

2.2    Jenis-jenis vaksin

Jenis vaksin yang di gunakan di Indonesia banyak macamnya, akan tetapi intinya hanya 2 jenis, yaitu :

1.    Vaksin dari kuman hidup yang di lemahkan
a.    Virus campak dalam vaksin campak
b.    Virus polio dalam jenis sabin
c.    Kuman TBC dalam vaksin BCG
2.    Vaksin dari kuman yang di matikan
a.Bakteri pertusis dalam vaksin DPT
Virus polio dalam bentuk sal
a.    Racun kuman menyerupai : toksoid (TT), difteria, DPT
b.    Vaksin yang dibentuk dari protein, contohnya : hepatitis B

2.4    Tehnik, waktu Pemberian serta kontraindikasi dari jenis-jenis imunisasi
a.    Imunisasi BCG
BCG atau Bacillus Cellmete Guerin,  yaitu vaksinasi yang diberikan pada bayi ketika usia 0-2 bulan, fungsi dari vaksin ini ialah untuk menghindari penyakit TBC, tapi sanggup mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Berasal dari kuman hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin.
•    Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di tempat insertio m. deltoid dengan takaran 0,05 ml, sebelah kanan
•     Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera digunakan dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
•    Penyimpanan pada suhu <> 2 bulan.
•     Untuk memperlihatkan apakah pernah kontak dengan TBC
•     Menyuntikkan 0,1 ml PPD di tempat flexor lengan bawah secara intra kutan
•     Pembacaan dilakukan sehabis 48 – 72 jam penyuntikan
•    Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.
Efek samping :

•     Demam ringan
•    Perasaan tidak yummy pada pencernaan
•     Rekasi nyeri pada tempat suntikan.

Tidak ada kontraindikasi

b. Imunisasi Polio

POLIO ialah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus poliovirus dari genus enterovirus, dan mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Cara mencegah penyakit ini ialah sering basuh tangan bila selesai beraktivitas dan juga sebelum makan. Pada bayi imunisasi polio diberikan ketika lahir, usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
•    Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibentuk dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah.
•    Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.
•     Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml).
•     Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
•    Imunisasi ulang biasa dilakukan , 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
•     Anak diare ® gangguan perembesan vaksin.

 Ada 2 jenis vaksin

–  IPV ® salk
–  OPV ® sabin ® IgA local
•    Penyimpanan pada suhu 2-8°C
•    Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun badan penerima vaksin
•     Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen
•     Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin

b.    Imunisasi DPT

DPT atau Dipteri Pentusis Tetanus, ialah sejenis penyakit yang bersumber dari kuman berjulukan Corynebacterium Diphterie, yang hidup dalam selaput lendir hidung pada susukan pernapasan,dan membentuk membran putih sehingga menyumbat pernapasan. Pemberian vaksin untuk menghindari DPT ini pada bayi ketika usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
DPT
Terdiri dari :

– toxoid difteri ® racun yang dilemahkan
– Bordittela pertusis ® kuman yang dilemahkan
– toxoid tetanus ® racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat.
•    Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya.
•    Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh lantaran reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.
•     Dosis 0,5 ml secara intra muskular di kepingan luar paha.
•     Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
•    Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jikalau diberikan sub kutan mengakibatkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

Reaksi pasca imunisasi:

•     Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari ® diberikan anafilatik + antipiretik.
•     Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi ® demam > 40°C, kejang, stress berat ® imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT.

Kontraindikasi :

•    Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang
•     Ada riwayat kejang
•     Penyakit degenerative
•     Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

d. Imunisasi Campak
CAMPAK, ialah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasanya hidup pada susukan pernapasan, dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan. Penyakit ini sangat menular, biasanya lewat udara. Pemberian vaksin ini ketika bayi berusia 9 bulan.
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
•    Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh lantaran masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.
•     Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
•     Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa hingga – 20 derajat Celsius
•     Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C.
•     Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian.

Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam sehabis 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang.

Kontraindikasi:

•    nanah akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, perempuan hamil.
•     Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan.
•     Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan sehabis imunisasi campak

e.Imunisasi HIB
Hib B atau Haemophilus influenza tipe B, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit meningitis, pneumonia (radang paru) dan epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan). Vaksin ini diberikan pada ketika bayi berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
• Untuk mencegah nanah SSP oleh lantaran Haemofilus influenza tipe B
• Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali
• Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.
• Dosis 0,5 ml diberikan IM
• Disimpan pada suhu 2-8°C
• Di Asia belum diberikan secara rutin
• Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.
f. Imunisasi MMR
MMR atau mumps, morbili, rubella, sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus, yang menjadikan penyakit gondongan. Pemberian vaksin ini umumnya diberikan di atas 12 bulan.
Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari:
– Measles strain moraten (campak)
– Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)
– Rubela strain RA (campak jerman)
•    Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun
•     Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan sehabis suntikan imunisasi lain.

Kontra indikasi:
wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya menerima transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur.
g. Imunisasi Thypus
Tersedia 2 jenis vaksin :

–  suntikan (typhim) ® >2 tahun
–  oral (vivotif) ® > 6 tahun, 3 dosis
•    Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan takaran 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
•     Disimpan pada suhu 2-8°C
•     Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
•     Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari hingga 3 ahad sehabis imunisasi

Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah.

h. Imunisasi Varicella

VARISELA, ialah imunisasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela. Pemberian vaksin ini pada bayi berusia diatas 1 tahun.
Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8°C

Kontraindikasi:
demam atau nanah akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah.
Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler.
i. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi diberikan pada tempat kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di tempat deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan.
Jenis urine
Jenis sampel urine :
•    Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu ialah urine yang dikeluarkan setiap ketika dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk investigasi rutin tanpa pendapat khusus.
•    Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari sehabis bangkit tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk investigasi sedimen dan investigasi rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
•    Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam ialah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, contohnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi materi pengawet, contohnya toluene.

. 2.5 Cara pengumpulan urine 24 jam ialah :
•    Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
•    Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
•    Keesokan paginya sempurna 24 jam sehabis waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
•    Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
•   
Biakan Urine

Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila terkontaminasi oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum sanggup mengakibatkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak tidak memperlihatkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi sanggup digunakan.

Sampel urine yang dikumpulkan ialah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini sanggup memilih diagnosis secara teliti pada 80% penderita perempuan dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-catch ialah spesimen urin midstream yang dikumpulkan sehabis membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan tempat genital dengan air higienis atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine kepingan tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin berdasarkan volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang arif balig cukup akal dan 5-10 ml untuk anak-anak.

Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam susukan kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan sanggup diperoleh dengan cara melepaskan kekerabatan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase.

Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi nanah dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.

Spesimen yang memperlihatkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap
2.5    Tehnik pengambilan sampel urine clean-catch

pada pasien perempuan :
•    Pasien harus mencuci tangannya dengan menggunakan sabun kemudian mengeringkannya dengan handuk, kain yang higienis atau tissue.
•    Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan
•    Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang
•    Bilas dengan air higienis dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
•    Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh tempat yang telah dibersihkan.
•    Keluarkan urine, fatwa urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum fatwa urine habis. Diusahakan biar urine tidak membasahi kepingan luar wadah.
•    Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Tehnik pengambilan urine clean-catch pada pasien laki-laki :
•    Pasien harus mencuci tangannya dengan menggunakan sabun kemudian mengeringkannya dengan handuk, kain yang higienis atau tissue.
•    Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, fatwa urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum fatwa urine habis. Diusahakan biar urine tidak membasahi kepingan luar wadah.
•    Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium
Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
•    Lakukan desinfeksi kulit di tempat suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70%
•    Aspirasi urine sempurna di titik suprapubik dengan menggunakan spuit
•    Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten)
•    Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat.
•    Segera dikirim ke laboratorium.

BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan

Imunisasi ialah dukungan kekebalan badan terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam badan biar badan tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
 Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memperlihatkan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diharapkan imunisasi lainnya.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi ialah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa mengakibatkan maut pada penderitanya. Beberapa penyakit yang sanggup dihindari dengan imunisasi yaitu menyerupai hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

    Tehnik pengumpulan urine ialah tehnik yang digunakan untuk  mengambil spesimen urine.
 Hasil investigasi urine tidak hanya sanggup memperlihatkan informasi perihal ginjal dan susukan kemih, tetapi juga mengenai faal banyak sekali organ badan menyerupai hati, susukan empedu, pancreas, dsb. Hasil investigasi urine tidak hanya sanggup memperlihatkan informasi perihal ginjal dan susukan kemih, tetapi juga mengenai faal banyak sekali organ badan menyerupai hati, susukan empedu, pancreas, dsb.

3.2. saran

Meskipun seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bukan berarti ia tidak akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih ringan dan tidak terlalu berbahaya. “Dampak dari penyakitnya lebih ringan, kemungkinan meninggal, cacat dan lumpuh juga bisa dihindari,”kata dokter yang juga menjadi Satgas Imunisasi PP IDAI ini.
Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun kiprah orangtua ialah untuk melindungi anaknya,dan imunisasi ialah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati?
   
DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran jilid 1,edisi 3
www.google.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Imunisasi"

Post a Comment