Contoh Askep Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rheumatik yaitu kelainan katup jantung  CONTOH ASKEP PENYAKIT JANTUNG REMATIK
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi   :
Penyakit jantung rheumatik yaitu kelainan katup jantung , bisa berupa penyempitan atau  kebocoran. Biasanya diawali dengan peradangan atau infeksi tenggorokan  oleh basil Streptococcus Beta Hemalyticus group A yang akan menghasilkan eksotoksin yang akan beredar melalui darah dan akan mengakibatkan peradangan katup jantung.

B.  Etiologi  :

•    Kuman penyebab penyakit demam rheumatik yaitu Streptococcus Beta Hemalyticus group A

C.  Patofisiologi  :

Demam Rheumatik  :
•    Demam rheumatik terjadi akhir reaksi imunologis antigen/antibodi dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus  bersifat sebagai antigen.
      Organ-organ yang sering diserang yaitu jantung, sendi-sendi dan otak.
•    Demam rheumatik sanggup menyerang semua lapisan jantung. Endokardium yang terkena bisanya lapisan endokard dari katup-katup dan mengakibatkan pembengkakan daun-daun katup.
•    Pada tepi kawasan pertemuan daun-daun katup terjadi pengumpalan butir-butir endapan yang terdiri dari trombosit dan fibrin (vegetasi). Kadang-kadang vegetasi terjadi juga pada kordo Tendenea. Katup yang sering terbentuk vegetasi yaitu katub mitral. Katub-katub yang jarang terkena vegetasi yaitu katub aorta, trikuspid dan pulmonal.

      Dampak demam Rheumatik terhadap jantung yaitu  :
•    Kelainan yang spesifik akhir penyakit jantung rheumatik pada miokard terdapat pada  daerah-daerah sekeliling jaringan jantung nekrosis. Jaringan-jaringan yang ada pada katub sanggup mengakibatkan  stenosis pada katup yang terkena.
•    Pembentukan jaringan ikat pada daun-daun katup dan kordo tindinea yang pada akibatnya menjadi kontraktur. Perlengketan kawasan komisura mengakibatkan pemendekan kordo sehingga daun katup menyempit dan terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri keventrikel kiri.
•    Tekanan atrium kiri akan meningkat dan seterusnya juga ikut meningkatkan tekanan divena pulmonalis, kapiler paru dan arteri pulmonalis. Ventrikel kanan harus berkontraksi lebih berpengaruh sehingga hipertropi dan delatasi sanggup terjadi pada jantung kanan.
•    Gangguan pada ventrikel kanan ini akan mengakibatkan regurgitasi pada katub trikuspid dan pembesaran atrium kanan. Seterusnya akan terjadi peningkatan beban kerja ventrikel kanan.
•    Di atrium kiri sanggup terjadi trombosis yang mengakibatkan emboli pada sirkulasi sistemik.
D.  Gambaran klinis  :

Untuk menegakkan diagnosa demam rheumatik dipakai kriteria Jones yaitu terdiri dari 
1.    Kriteria mayor  :
•    Karditis  =  peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
•    Poliartritis  =  pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku.
•    Khorea syndenham  =  gerakan yang tidak disengaja/gerakan abnormal, sehingga manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat
•    Eritema marginatum  =  tanda kemerahan pada batang badan dan telapak tangan yang tidak gatal
•    Nodul subkutan = terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut persendian kaki, tidak nyeri dan sanggup bebas digerakan.

2.    Kriteria minor  :
•    Mempunyai riwayat menderita demam rheumatik atau penyakit jantung rheumatik.
•    Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada sendi; pasien kadang kala sulit mengerakkan tungkainya.
•    Demam tidak lebih dari 39 0 C
•    Leukositosis
•    Peningkatan LED
•    C-Reaktif Protein (CRP)  positif.
•    Gambaran EKG : terjadi P-R interval memanjang.
•    Peningkatan pulse/denyut jantung dikala tidur.
     
     Tanda dan gejala  :
•    Gejala yang sering ditemukan yaitu sesak, cepat lelah, batuk, palpitasi, orthopnea dan hemoptisis.
•    Gejala sianotik terjadi jikalau stenosis berat. Fibrilasi atrial sanggup mengakibatkan nadi tidak teratur dan lemah. Akibat fibrilasi trombus di atrium kiri sanggup terlepas dan mengakibatkan infark ginjal, paru, limpa, ekstermitas dan otak.

E.  Penatalaksanaan  :

1.    Tirah baring dan mobiisasi secara sedikit demi sedikit sesuai dengan keadaan jantung
2.    Pemberian antibiotika dan anti inflamasi
3.    Mengurangi rasa sakit; demam.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.  Pengkajian keperawatan  :
    1.  Pengumpulan Data

?    Suhu badan klien diatas normal
?    Klien tampak lemas
?    Ekspresi wajah klien tampak meringis
?    Orang renta klien mangatakan anaknya demam
?    Klien menyampaikan cepat lelah
?    Klien mengeluh sakit pada sendi
2. Klasifikasi Data
 3.  Analisa Data
B.  Diagnosa keperawatan  :

1.    Nyeri akut bekerjasama dengan adanya polyartritis.
2.    Hipertermia bekerjasama dengan proses inflamasi
3.    Intoleransi acara bekerjasama dengan kelemahan fisik

C.  Rencana keperawatan  :

     Nyeri akut  bekerjasama dengan adanya polyartritis.

      Tujuan  :  Klien akan sanggup menawarkan dalam pengontrolan nyeri sesuai tingkat kesanggupan atau nyeri tidak ada.

      Tindakan keperawatan  :
1.    Kaji nyeri dengan skala.
Rasional : tingkatan nyeri sanggup diketahui dengan memakai skala nyeri (pada anak dipakai skala mulut wajah klien )
2.    Berikan terapi hangat dan hambar pada sendi yang sakit.
Rasional  : Dengan terapi hangat dan hambar sanggup menurunkan  atau mengurangi rasa nyeri alasannya menimbulkan imbas dilatasi dan vaso konstriksi pada pembuluh darah.
3.    Lakukan distraksi contohnya Tehnik relaksasi.
Rasional : Dengan relaksasi sanggup mengurangi nyeri yang diakibatkan banyak bergerak.
4.    Reposisi sendi untuk mengurangi stres sendi.
Rasional : Penting untuk merubah – ubah posisi sendi untuk mengurangi kekakuan pada sendi.
5.    Berikan pengobatan sesuai instruksi  :
-    Analgetik.
-    Anti peradangan.
Rasional : Analgetik merupakan agens farmakologi yang dipakai untuk mengurangi / menghilangkan nyeri, Anti inflamasi dipakai untuk mengurangi peradangan yang terjadi.

       Hipertermia bekerjasama dengan proses inflamasi
      Tujuan :  Anak akan menawarkan tanda-tanda vital dalam batas normal
      Intervensi keperawatan  :
1.    Ukur tanda-tanda vital: (suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah)
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan data untuk memilih intervensi lanjutan yang akan dilaksanakan.
2.    Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu.
Rasional : penting bagi keluarga untuk mengetahui cara pengukuran suhu biar sanggup mengetahui tanda-tanda hipertermi.
3.    Lakukan “tepid sponge” (seka) dengan air biasa.
Rasional : tepid sponge dipakai untuk menurunkan suhu/hipertermi
4.    Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Cairan yang adekuat sanggup menurunkan risiko kehilangan cairan tubuh serta sebagai salah satu pengatur suhu dalam tubuh.
5.    Berikan terapi Farmakologi untuk menurunkan suhu
Rasional : terapi dengan memakai agens farmakologi (antipiretik )  sanggup dipakai untuk menurunkan suhu tubuh.

       Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan kelemahan fisik

      Tujuan  :  KLien akan menawarkan perbaikan / pemulihan kondisi fisik yang adekuat

       Tindakan keperawatan  :
1.    Beri istirahat selama  2-6 minggu, bantu segala pemenuhan acara kebutuhan sehari-hari.
Rasional : Istrahat total ”bedrest” sangat dianjurkan pada PJR alasannya dengan istrahat sanggup mengurangi rasa nyeri serta penambahan tekanan pada vena / arteri pulmonalis.
2.    Beri informasi wacana kebutuhan acara secara sedikit demi sedikit yang sesuai dengan pembatasan aktivitas.
Rasional : Kebutuhan acara klien harus diatur sesuai dengan keadaan dan kemampuan klien serta kondisi penyakitnya.
3.    Jelaskan pentingnya istirahat dan menciptakan jadual istirahat dan acara hingga tanda-tanda klinis tidak ada.
Rasional :istrahat sanggup membantu meningkatkan
4.    Berikan support lingkungan yang aman, jangan biarkan pasien tidur di lantai.
Rasional :

DAFTAR PUSTAKA  

•    Bare & Sulmetzer (2001) Kperawatan Medikal-Bedah Bruner & Suddart Edisi 8. Penerbit EGC Jakarta
•    Baughman & Hackley  (2000) Buku Saku Keperawatan Medikaldari Brunner & Suddarth. Penerbit EGC Jakarta
•    Corwin 2001. Buku saku patofisiolog. Penerbit EGC Jakarta
•    Doenges Marilyn E (1999)  Rencana Asuhan keperawatan Penerbit EGC Jakarta
•    Long  Barbara (1985) Keperawatan Medikal-Bedah suatu pendekatan proses keperawatan.Penerbit yayasan  IAPK Pajajaran Bandung
•    Nettima Sandra (2001).  Pedoaman Praktik Keperawatan Penerbit EGC Jakarta.
•    Suriadi dan Rita Yuliani, (2001).  Asuhan Keperawatan pada Anak. Penerbit PT. Fajar Interpratama. Jakarta.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Askep Penyakit Jantung Rematik"

Post a Comment