Contoh Askep Fraktur

 ASKEP  FRAKTUR


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,…
    Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , lantaran atas petunjuk-Nya jualah sehingga kolompok kami sanggup menuntaskan makalah dengan judul “ASKEP FRAKTUR”.  Mudah-mudahan apa yang di sajikan dalam makalah ini sanggup menawarkan pengetahuan dan informasi  mengenai fraktur dan penanganannya.
    Tentu saja masih banyak kekurangan dan kelemahan yang akan ditemui dalam makalah ini, hal ini tidak terlepas dari masih minimnya pengetahuan dan adanya beberapa hambatan dan keterbatasan kami sebagai kelompok penyusun makalah. Misalnya kekurangan buku – buku panduan atau referensi. Namun demikian dengan adanya semangat dan dukungan budbahasa dari banyak sekali pihak yang turut membantu dalam menyusun, mudah-mudahan  makalah ini sanggup memberi manfaat dan gampang dipahami oleh pembaca  sebagaimana adanya.   Untuk itu tak lupa pula kami sebagai kelompok penyusun makalah, memberikan terima kasih kepada sobat – sobat sekalian.
    Akhirnya, kami sebagai kelompok penyusun berharap penulis semoga makalah ini sanggup bermanfaat terutama bagi pembaca yang berkompoten dalam hal ini … Amin,,,!!

Bau – Bau ,september 2010

                                                           PENYUSUN

DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL
KATA PENGANTAR    i   
DAFTAR ISI    ii   
BAB 1 KONSEP MEDIS   
A.    DEFINISI    1
B.    ETIOLOGI    1
C.    KLASIFIKASI FRAKTUR    2
D.    PATOFISIOLOGI    5
E.    TANDA DAN GEJALA    6
F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG    6
G.    PENATALAKSANAAN    7
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN   
A.    PENGKAJIAN    9
B.    DIAGNOSA    11
C.    INTERVEVSI DAN IMPLEMENTASI    11
D.    EVALUASI    16   
BAB III PENUJTUP    17
A.    KESIMPULAN    17
B.    SARAN    17

DAFTAR PUSTAKA   

BAB I
KONSEP MEDIS

A.    DEFINISI

-    Fraktur yaitu diskontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak ( Bernard Bloch 1986:1 ).
-    Fraktur yaitu suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang (Appley, hebat bahasa Adi Nugroho 1995:278 ).
-    Fraktur yaitu patah tulang yang biasanya di sebabkan oleh syok atau tenaga fisik (Price dan  Wilson, Alih bahasa peter anugrah 1995:1183 ).
-    Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan di tentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres ( tekanan ) yang lebih besar dari yang di absorbsinya ( Smeltzer dan bare, alih bahasa Agung nugroho 2002:2357).

B.    ETIOLOGI

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur sanggup dibagi menjadi tiga yaitu :

1)    Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang sanggup disebabkan oleh :
a)    Cedera eksklusif berarti pukulan eksklusif terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya mengakibatkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b)    Cedera tidak eksklusif berarti pukulan eksklusif berada jauh dari lokasi benturan, contohnya jatuh dengan tangan berjulur dan mengakibatkan fraktur klavikula
c)    Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2)    Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akhir proses penyakit dimana dengan syok minor sanggup menjadikan fraktur sanggup juga terjadi pada banyak sekali keadaan berikut :
a)    Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan gres yang tidak terkendali dan progresif.
b)    Infeksi ibarat osteomielitis : sanggup terjadi sebagai akhir infeksi akut atau sanggup timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c)    Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang kala sanggup disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh lantaran asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

3)    Secara impulsif : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus contohnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

C.    KLASIFIKASI FRAKTUR

1)    Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

2)    Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat kekerabatan antara fragemen tulang     dengan dunia luar lantaran adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
a)    Derajat I
-    luka kurang dari 1 cm
-    kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
-    fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
-    Kontaminasi ringan.
b)    Derajat II
-    Laserasi lebih dari 1 cm
-    Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
-    Fraktur komuniti sedang.
c)    DerajatIII
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas mencakup struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

3)    Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser     dari posisi normal).

4)    Fraktur grenstick
Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.

5)    Fraktur incomplete
   Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

6)    Fraktur patologis
    Fraktur yang terjadi lantaran gangguan pada tulang serta osteoporosis atau tumor.

7)    Fraktur impacted/fratur kompressi
    Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.

8)    Fraktur comminuted
Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan fragmen tulang hancur menjadi beberapa pecahan (remuk).

9)    Fraktur displeced
    Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.

10)    Jenis khusus fraktur
  
a)    Bentuk garis patah
-    Garis patah melintang
-    Garis pata obliq
-    Garis patah spiral
-    Fraktur kompresi
-    Fraktur avulse

b)    Jumlah garis patah
-    Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
-    Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan
-    Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.
c)    Bergeser-tidakbergeser
Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

D PATOFISIOLOGI ( DOWNLOAD )

E.    TANDA DAN GEJALA

1)    Deformitas
Daya tarik kekuatan otot mengakibatkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi ibarat :
-    Rotasi pemendekan tulang
-    Penekanan tulang
2)    Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3)    Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4)    Gerakan abnormal, disebabkan tidak tetapnya tulang lantaran fraktur.
5)    Spasme otot spasme involunters akrab fraktur
6)    Tenderness/keempukan
7)    Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di kawasan yang berdekatan.
8)    Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
9)    Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10)    Krepitasi (Black, 1993 : 199).

F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

1)    Foto Rontgen
-    Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
-    Mengetahui tempat dan type fraktur
-    Biasanya diambil sebelum dan setelah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic

2)     Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : sanggup dipakai mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3)    Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4)    Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada syok multiple)
Peningkatan jumlah SDP yaitu respon stres normal setelah trauma
5)    Profil koagulasi perubahan sanggup terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

G.    PENATALAKSANAAN

1)    Fraktur Reduction

    Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
    Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang jalan masuk penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.

Peralatan traksi :
-    Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
-    Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.

2)    Fraktur Immobilisasi

    Pembalutan (gips)
    Eksternal Fiksasi
    Internal Fiksasi
    Pemilihan Fraksi

3)    Fraksi terbuka

    Pembedahan debridement dan irigrasi
    Imunisasi tetanus
    Terapi antibiotic prophylactic
    Immobilisasi (Smeltzer, 2001).

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1.    Pengkajian primer
a.    Airway 
Adanya sumbatan/obstuksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akhir kelemahan reflek batuk.
b.    Breathing
Kelemahan menelan /batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan atau tidak teratur, bunyi napas terdengar ronchi /aspirasi.
c.    Circulation
TD sanggup normal atau menigkat ,hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahp dini , disritmia ,kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut. 

2.    Pengkajian sekunder
Data demografi: identitas klien: riwayat kesehatan sekarang: bencana yang mengalami cedera: riwayat kesehatan masa lalu: riwayat penyakit DM, TB, arthritis, ostemielitis, dan lain-lain riwayat imunisasi: polio, tetanus.
    Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) mencakup :

a.    Sirkulasi
Gejala : riwayat duduk kasus jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,

b)    contohnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak sanggup istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

c)     Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

d)    Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e)     Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga ihwal hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan sanggup mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f)    Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yaitu suatu penyatuan dari duduk kasus pasien yang nyata maupun potensial menurut data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) mencakup :
1)    Nyeri berafiliasi dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.

2)    Intoleransi kegiatan berafiliasi dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan contoh tidur.

3)     Kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

4)    Hambatan mobilitas fisik berafiliasi dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

5)    Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

C.    INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi yaitu penyusunan planning tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi duduk kasus sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi yaitu pengelolaan dan perwujudan dari planning keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

         Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) mencakup :

1)    Nyeri yaitu pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akhir adanya kerusakan jaringan faktual atau potensial, digambarkan dalam istilah ibarat kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan selesai yang sanggup di antisipasi atau sanggup diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan : nyeri sanggup berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
-    Nyeri berkurang atau hilang
-    Klien tampak tenang.

          Intervensi dan Implementasi :

a)    Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ kekerabatan yang baik menciptakan klien dan keluarga kooperatif
b)    Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi memperlihatkan skala nyeri
c)    Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ menawarkan klarifikasi akan menambah pengetahuan klien ihwal nyeri.
d)    Observasi gejala vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e)    Melakukan kerja sama dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2)    Intoleransi kegiatan yaitu suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau kegiatan sehari-hari yang diinginkan.
Tujuan : pasien mempunyai cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :
-    sikap menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-    pasien mengungkapkan bisa untuk melaksanakan beberapa kegiatan tanpa dibantu.
-    Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :

a)    Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R/ mengurangi kegiatan yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul sanggup dipakai untuk kegiatan seperlunya secar optimal.
b)    Berikan latihan kegiatan secara bertahap.
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses kegiatan secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c)    Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R/ mengurangi pemakaian energi hingga kekuatan pasien pulih kembali.
d)    Setelah latihan dan kegiatan kaji respons pasien.
R/ menjaga kemungkinan adanya respons aneh dari tubuh sebagai akhir dari latihan.

3)    Kerusakan integritas kulit yaitu keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :
-    tidak ada gejala infeksi ibarat pus.
-    luka higienis tidak lembab dan tidak kotor.
-    Tanda-tanda vital dalam batas normal atau sanggup ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :
a)    Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melaksanakan tindakan yang tepat.
b)    Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c)    Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat sanggup diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
d)    Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
e)    Jika pemulihan tidak terjadi kerja sama tindakan lanjutan, contohnya debridement.
R/ biar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
f)    Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan sanggup diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, biar tidak terjadi infeksi.
g)    Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R / antibiotik berkhasiat untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada kawasan yang berisiko terjadi infeksi.

4)    Hambatan mobilitas fisik yaitu suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan memperlihatkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :
-    penampilan yang seimbang.
-    melaksanakan pergerakkan dan perpindahan.
-    mempertahankan mobilitas optimal yang sanggup di toleransi, dengan karakteristik :
    0 = berdikari penuh
    1 = memerlukan alat Bantu.
    2 = memerlukan proteksi dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan  pengajaran.
    3 = membutuhkan proteksi dari orang lain dan alat Bantu.
    4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :
a)    Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b)    Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melaksanakan aktivitas.
R/ mempengaruhi evaluasi terhadap kemampuan kegiatan apakah lantaran ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c)    Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan kegiatan optimal.
d)    Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e)    Kolaborasi dengan hebat terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai suaatu sumber untuk berbagi perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5)    Kurang pengetahuan ihwal kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman ihwal kondisi, imbas mekanisme dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
-    melaksanakan mekanisme yang diharapkan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
-    memulai perubahan gaya hidup yang diharapkan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi dan Implementasi:
a)    Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga ihwal penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga ihwal penyakitnya.
b)    Berikan klarifikasi pada klien ihwal penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa hening dan mengurangi rasa cemas.
c)    Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet kuliner nya.
R/ diet dan contoh makan yang sempurna membantu proses penyembuhan.Minta klien
d)    dan keluarga mengulangi kembali ihwal materi yang telah diberikan.
R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

D.    EVALUASI 

     Evaluasi yaitu stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur yaitu :
1.    Nyeri sanggup berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2.    Pasien mempunyai cukup energi untuk beraktivitas.
3.    Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
4.    Pasien akan memperlihatkan tingkat mobilitas optimal.
5.    Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
6.    Pasien mengutarakan pemahaman ihwal kondisi, imbas mekanisme dan proses pengobatan.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Fraktur yaitu diskontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak ( Bernard Bloch 1986: ).

Etiologi fraktur sanggup dibagi menjadi 3:
•    Cedera traumatik
•    Faktor patologis
•    Secara impulsif

Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat kekerabatan antara fragemen tulang     dengan dunia luar lantaran adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
a)    Derajat I
d)    Derajat II
e)    DerajatIII
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas mencakup struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

B.    SARAN
Semoga apa yang kami sajikan dalam makalah ASKEP FRAKTUR ini, sanggup dipahami oleh pembaca sekalian, dan bisa di aplikasikan bagi profesinya.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : Philadelpia
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Askep Fraktur"

Post a Comment