Contoh Askep Typhoid

 Typhoid ialah penyakit bisul akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thy contoh askep Typhoid
BAB 1
KONSEP MEDIS

A.    Definisi
Typhoid ialah penyakit bisul akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini ialah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, (Syaifullah Noer, 1998). Typus abdominalis ialah penyakit bisul akut yang biasanya mengenai jalan masuk pencernaan dengan tanda-tanda demam lebih dari 7 hari (Mansjoer, Arif 1999). Typus abdominalis ialah penyakit bisul akut yang biasanya mengenai jalan masuk pencernaan dengan tanda-tanda demam yang lebih dari 1 ahad gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI 1999).

B.    Etiologi

1.    Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora memiliki sekurang – kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen o, antigen H, aantigen V1 dan membrane hialin
2.    Salmonella parathypi A, B, C

C.    Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dan parathypi sanggup ditularkan melalui banyak sekali cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid sanggup menularkan kuman salmonella thypi dan parathypi kepada orang lain. Kuman tersebut sanggup ditularkan melalui mediator lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya ibarat mencuci tangan dan masakan yang terkontaminasi kuman salmonella thypi dan parathypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus penggalan distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, kemudian masuk ke fatwa darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan mengakibatkan bakterimia. Selain itu kuman akan mengeluarkan endotoksin. Endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
 Typhoid ialah penyakit bisul akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thy contoh askep Typhoid
D.    Gejala Klinis

Masa tunas 7-14 hari, selama inkibasi ditemukan tanda-tanda prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit / tanda-tanda yang khas) :
•    Perasaan tidak lezat badan
•    Demam
•    Nyeri kepala
•    Pusing
•    Diare
•    Anoreksia
•    Batuk
•    Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999)

E.    Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
    Pemeriksaan darah tepi : sanggup ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia
    Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam ahad pertama sakit
    Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
    Diperlukan titer anti bodi 4 kali antara masa 1/200 atau peningkatan terhadap antigeno yang bernilai akut dan konvalesene mengarah kepada demam typhoid (Rahmad Juwono, 1996).

F.    Penatalaksanaan

Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.    Perawatan
    Tirah baring adikara hingga minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
    Posisi tubuh harus diubah setiap untuk mencegah dekubitus.
    Mobilisasi sesuai kondisi.

2.    Diet
    Makanan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
    Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
    Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, dihentikan mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun mengakibatkan banyak gas.
3.    Obat
    Antimikroba
    Kloramfenikol
    Tiamfenikol
    Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
    Obat Symptomatik
    Antipiretik

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi sanggup dibagi dalam :
1.    Komplikasi intestinal : Perdarahan usus, Perforasi usus, Ileus paralitik
2.    Komplikasi ekstra intestinal : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dan tromboflebitie, anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik pneumoni, empiema, pleuritis, hipertitis dan kolesistitis, glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis, delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian

1.    Pengumpulan Data
•    Klien menyampaikan ia demam
•    Suhu lebih tinggi dari 37,5 ⁰c per oral atau 38,8 ⁰c per rektal
•    Kulit teraba hangat
•    Klien mengeluh kurang napsu makan
•    Klien menyampaikan rasa pahit waktu makan
•    Konjungtiva pucat
•    Lidah tifoid (kotor)
•    Pasien tadak menghabiskan masakan yang diberikan
•    Pasien mengeluh haus
•    Membran mukosa kering
•    Penurunan turgor kulit
•    Klien mengeluh pusing
•    Klien tampak lemah
•    Klien tampak lelah
•    Klien tampak pucat
•    Muntah

2.    Pengelompokkan Data

Data Subyektif
•    Klien mengetakan ia demam
•    Klien mengeluh kurang napsu makan
•    Klien menyampaikan rasa pahit waktu makan
•    Klien mengeluh haus
•    Klien mengeluh pusing
Data Objektif
•    Suhu lebih tinggi dari 37,5 ⁰c per oral atau 38,8 ⁰c per rektal
•    Kulit teraba hangat
•    Konjungtiva puacat
•    Ladah kotor
•    Klien tidak menghabiskan masakan yang diberikan
•    Membrane mukosa kering
•    Penerunan turgor kulit
•    Muntah
•    Klien tampak lemah
•    Klien tampak lelah
•    Klien tampak pucat

B. Diagnosa Keperawatan
1.Hipertermi bekerjasama dengan bisul basil salmonella thypi dan parathypi
2.Kekurangan volume cairan bekerjasama dengan output yang berlebihan
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan bekerjasama dengan anoreksia
4.Intoleransi kegiatan bekerjasama dengan kelemahan

C. Intervensi       
1.    Hipertermi b/d bisul basil salmonella thypi dan parathypi
Tujuan : Suhu tubuh klien kembali normal/ terkontrol yaitu 36 – 37, 5 ⁰c
Intervensi :
•    Observasi TTV tiap 4 jam sekali
R/  TTV merupakan contoh untuk mengetahui keadaan umum pasien
•    Memberikan kompres dingin
R/ untuk membantu menurunkan suhu tubuh
•    Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
R/ untuk menjaga semoga klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
•    Batasi pengunjung
R/ semoga klien merasa hening dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas
•    Berikan klarifikasi kepada klien dan keluarga wacana peningkatan suhu tubuh
R/ semoga klien dan keluarga mengetahui alasannya dari peningkatan suhu tubuh dan mengurangi kecemasan yang timbul
•    Kolaborasi dengan dokter dalam dukungan antibiotik dan antipiretik
R/ antibiotik untuk mengurangi bisul dan antipiretik untuk mengurangi panas
2.    Kekurangan volume cairan b/d output yang berlebihan
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dan kebutuhan cairan sanggup terpenuhi
Intervensi

•    Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan
•    Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sedikitnya 1500 mL per oral/ 24 jam
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan
•    Berikan klarifikasi wacana pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga
R/ untuk mempermudah dukungan cairan (minum) pada pasien
•    Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan ( oral/ parenteral)
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral)
3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksia
Tujuan : Klien bisa mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Intervensi
•    Jelaskan kepada klien dan keluarga wacana manfaat makanan/ nutrisi
R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien wacana nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat
•    Timbang berat tubuh klien setiap 2 hari
R/ untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan
•    Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, dan dihidangkan ketika masih hangat
R/ untuk meningkatkan asupan masakan lantaran gampang ditelan
•    Kolaborasi dengan dokter untuk dukungan antasida dan
R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah
4.    Intoleransi kegiatan b/d kelemahan
Tujuan : klien bisa melaksanakan kegiatan sehari- hari (AKS) optimal
Intervensi
•    Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi
•    Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya
R/ untuk mempermudah pasien dalam melaksanakan aktivitas
•    Berikan latihan mobilisasi secara sedikit demi sedikit setelah demam hilang
R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus
•    Beri motivasi pada klien dan keluarga untuk melaksanakan mobilisasi sebatas kemampuan (masal, miring kanan atau miring kiri )
R/ semoga pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Askep Typhoid"

Post a Comment