Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Metode Amenorhoe Laktasi Di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio Tahun 2013

 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS
BATARAGURU KEC.WOLIO
TAHUN 2013


 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  BATARAGURU KEC.WOLIO TAHUN 2013


OLEH :

A.ST.NIRMAWATI.KASDYAH

NIM.2010.003



AKADEMI KEBIDANAN BUTON RAYA
YAYASAN PENDIDIKAN ALI-ILHAM
KOTA BAUBAU
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ialah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk. Permasalahan ini lantaran minimnya pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan kegiatan keluarga berencana (KB) yang dimulai semenjak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). (Hartanto, 2004).
Paradigma gres kegiatan Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas ialah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mempunyai jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma gres kegiatan Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Saifuddin,2006)
Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai bantuan penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi kegiatan Keluarga Berencana Nasional tersebut sanggup dilihat pada pelaksanaan kegiatan Making Pregnancy Safer. Salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 ialah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin,2006).
 Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan janjkematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, contohnya membebaskan perempuan dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologi jawaban tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat. (Saifuddin,2006).
Dalam mengatur jarak kehamilan , gerakan keluarga berencana Nasional mengatakan banyak sekali macam metode kontrasepsi diantaranya : kondom, pil, IUD, suntik dan kontrasepsi mantap dengan laba dan kerugian serta imbas samping masing – masing. (Saifuddin,2006).
Salah satu kontrasepsi yang sanggup digunakan pasca persalinan yaitu Metode Amenorea Laktasi. Metode Amenorea Laktasi (MAL) merupakan salah satu metode dalam mengatur jarak kehamilan. MAL ialah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa pelengkap kuliner dan minuman apapun lainnya. (Saifuddin,2006).
Menurut World Heald Orfganization (WHO) keefektifan Metode Amenorea Laktasi ini 98 % bagi ibu yang menyusui secara langsung selama 6 bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi sehabis melahirkan. (Saifuddin.2006).
Disamping kontrasepsi, mengatakan Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Seperti kita ketahui, ASI ialah kuliner satu-satunya yang paling tepat untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. (Wulandari, 2009).
Meskipun Metode Amenorea Laktasi ini mempunyai banyak manfaat baik sebagai metode kontrasepsi, maupun sebagai nutrisi yang paling tepat untuk bayi 0-6 bulan. Namun, penggunaan metode kontrasepsi ini belum menyerupai yang kita harapkan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 bahwa dari 4.591.230 jumlah bayi, hanya 7025 atau sekitar 15,3% bayi yang menerima ASI eksklusif. (http://www.persagi.org.id).
Selanjutnya, dari data cakupan ASI langsung Dinas Kesehatan Kota Baubau berturut-turut dari tahun 2010, 2011, dan tahun 2012. Pada tahun 2010 terdapat 848 atau sekitar 24,19% bayi yang menerima ASI langsung dari 3506 jumlah bayi, kemudian meningkat pada tahun 2011 yakni 661 atau sekitar 56% bayi yang menerima ASI langsung dari 1.169 jumlah bayi, dan kembali menurun pada tahun 2012 yaitu hanya 40,77% atau sekitar 1.058 bayi  yang menerima ASI langsung dari 2.595 jumlah bayi. (Profil Dinas Kesehatan Kota Baubau).
Sementara jumlah bayi yang menerima ASI langsung di Puskesmas Bataraguru kecamatan Wolio pada tahun 2010 yaitu 92 bayi atau sekitar 20,96% bayi yang menerima ASI langsung dari 439 jumlah bayi, kemudian kembali terjadi penurunan cakupan pemberian ASI langsung pada tahun 2011 yaitu hanya 68 bayi atau sekitar 20% bayi yang menerima ASI langsung dari 332 jumlah bayi, dan terus menurun pada tahun 2012 yakni hanya 21 bayi atau sekitar 19% bayi yang menerima ASI langsung dari 110 jumlah bayi. (Profil Dinas Kesehatan Kota Baubau).
Dari beberapa data yang tertera di atas, memperlihatkan bahwa cakupan ASI langsung masih sangat rendah dari sasaran pemerintah pada tahun 2010 sebesar 80%. Beberapa faktor yang mensugesti pada ibu menyusui untuk mengikuti MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi diantaranya ialah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, sosial budaya. Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada citra pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea Laktasi berdasarkan umur dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan suatu penelitian mengenai “Gambaran pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea laktasi di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013”.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas sanggup dirumuskan problem penelitian ini ialah “Bagaimanakah citra pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea Laktasi di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013?”.

C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui citra pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea Laktasi di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui citra pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea Laktasi berdasarkan umur di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013.
b.    Untuk mengetahui citra pengetahuan ibu mengenai Metode Amenorea Laktasi berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013.
D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi tenaga kesehatan terutama bagi para bidan dalam upaya meningkatkan penyuluhan mengenai Metode kontrasepsi MAL.
2.    Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai materi contoh sekaligus sebagai materi bacaan bagi peneliti berikutnya. Khususnya mengenai Metode kontrasepsi MAL.
3.    Manfaat Institusi
Sebagai materi masukan atau pertimbangan bagi pengelola institusi terutama dalam membuatkan ilmu kebidanan.
4.    Manfaat Peneliti
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga dan sanggup meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan terutama penelitian wacana metode kontrasepsi MAL.

E.    Keaslian Penelitian
Penelitian wacana citra pengetahuan ibu mengenai metode amenorea laktasi belum pernah dilakukan akan tetapi sudah ada penelitian yang dilakukan yang terkait kontrasepsi metode amenorea laktasi, yaitu :
1.    Eka Kristiana. H (2010) melaksanakan penelitian wacana analisis faktor-faktor yang bekerjasama dengan penggunaan Metode Amenorea Laktasi (MAL) pada ibu menyusui di Desa Karang duwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang bekerjasama dengan rendahnya penggunaan metode amenorea laktasi pada ibu menyusui yaitu faktor pengetahuan, siklus menstruasi, dan status gizi ibu. (www.menulisproposalpenelitian,com).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian sebelumnya meneliti mengenai faktor yang bekerjasama dengan penggunaan MAL sedangkan pada penelitian ini meneliti wacana citra pengetahuan MAL. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti MAL.
2.    Dilla Milaza (2010) melaksanakan penelitian wacana kekerabatan pemberian ASI langsung dengan tragedi amenorea di Wilayah Puskesmas Lubuk Kilangan Padang. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat kekerabatan bermakna antara pemberian ASI langsung dengan amenorea laktasi. (Dilamilaza.blogspot.com).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian sebelumnya meneliti mengenai kekerabatan pemberian ASI langsung dengan tragedi amenorea sedangkan  pada penelitian ini meneliti wacana citra pengetahuan MAL. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti MAL.
3.    Izzatul Mustholihah (2010) melaksanakan penelitian wacana kekerabatan antara pengetahuan ibu hamil trimester III wacana MAL dengan sikap terhadap MAL. Hasil penelitian memperlihatkan ada kekerabatan antara pengetahuan ibu hamil trimester III wacana MAL dengan sikap terhadap MAL. (http://digilib.unimus.ac.id).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian  sebelumnya meneliti kekerabatan pengetahaun dengan sikap terhadap MAL sedangkan pada penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan ibu wacana MAL. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti MAL.
4.    Devi Usydiana Rosidah (2011) melaksanakan penelitian wacana kekerabatan antara usang pemberian ASI langsung dengan awal menstruasi pada ibu menyusui. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat kekerabatan antara usang pemberian ASI langsung dengan awal menstruasi pada ibu menyusui. (www.devi.rosyidah@gmail.com).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian sebelumnya meneliti kekerabatan usang pemberian ASI langsung dengan awal menstruasi  pada ibu menyusui sedangkan pada penelitian ini menggambarkan pengetahuan wacana MAL. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti MAL.
5.    Afroh Fauziah (2011) melaksanakan penelitian wacana Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan metode MAL. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat kekerabatan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan metode MAL. (http://www.wikipedia.go.id/kontrasepsiMAL.html).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian sebelumnya meneliti kekerabatan pendidikan ibu dengan penggunaan MAL sedangkan pada penelitian ini menggambarkan pengetahuan ibu wacana MAL. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti MAL.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.    Kontrasepsi
a.    Pengertian
1)    Kontrasepsi ialah suatu perjuangan untuk menjarangkan kehamilan atau merencanakan jumlah dan jarak waktu kelahiran dengan cara mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai alat atau obat-obatan.
(Hartanto Hanafi, 2004).
2)    Kontrasepsi ialah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu sanggup bersifat sementara, sanggup pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mensugesti fertilitas. (Sarwono, 2007).
b.    Tujuan Kontrasepsi
1)    Tujuan Umum
Pemberian santunan dan pemantapan penerimaan gagasan KB.

2)    Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh budi mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu :
a)    Fase menunda perkawinan/kesuburan
b)    Fase menjarangkan kehamilan
c)    Fase menghentikan kesuburan.
c.    Jenis Kontrasepsi
1)    Metode Sederhana
a)    Metode Sederhana Tanpa alat
(1)    Pantangan berkala
Pantangan terpola ialah tidak melaksanakan persetubuhan pada masa subur isteri. Untuk memilih masa subur isteri digunakan 3 patokan yaitu  :
(a)     Ovulasi terjadi ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.
(b)     Sperma sanggup hidup dan membuahi dalam 48 jam sehabis ejakulasi
(c)     Ovum sanggup hidup 24 jam sehabis ovulasi. (Sarwono,2003).


(2)    Senggama terputus (coitus interruptus)
Sengama terputus (coitus interruptus) ialah metode keluarga berencana tradisional, dimana laki-laki mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum laki-laki mencapai ejakulasi. Cara kerjanya yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, sehingga kehamilan sanggup dicegah. (Saifuddin,2006).
(3)    Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi ialah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian kuliner pelengkap atau minuman apa pun. (Saifuddin,2006)
b)    Metode Sederhana Dengan Alat
(1)    Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang sanggup terbuat dari banyak sekali materi diantaranya lateks (karet), vinil (plastik), atau materi alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis dikala kekerabatan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bisa digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk menyerupai puting susu. Cara kerjanya menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Selain itu untuk mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/ AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain. (Arum dan Sujiatini,2009).
(2)    Diafragma
Diafragma ialah kap berbentuk bundar cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinersikan ke dalam vagina sebelum bekerjasama seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma semoga tidak mendapatkan terusan mencapai saluran alat reproduksi belahan atas (uterus dan tuba fallopii) dan sebagai alat daerah spermizida. (Arum dan Sujiatini,2009).

(3)    Spermisida
Spermisida ialah materi kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Cara kerjanya mengakibatkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. (Arum dan Sujiatini,2009).
2)    Metode Modern
a)    Hormonal
(1)    Pil KB (Saifuddin,2006)
(a)    Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron.
(b)    Pil mini atau pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis progesteron.
(2)    Suntikan KB
Kontrasepsi suntikan merupakan kontrasepsi yang sangat efektif dan kondusif oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Ada beberapa macam kontrasepsi suntikan yang kini banyak digunakan yaitu kontrasepsi suntikan progestin dan suntikan kombinasi. (Glasier, 2005) :
(a)    Suntikan Progestin
(b)    Suntikan kombinasi
(3)    Implan  
Implan ialah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon yang berisi hormon golongan progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas belahan dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
(Glasier, 2005)
b)    IUD (Intra Uteri Devices)
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD menciptakan sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin,2006).
c)    Metode Mantap
(1)     Tubektomi ialah mekanisme bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. Cara kerjanya yaitu dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak sanggup bertemu dengan ovum (Saifuddin,2006).
(2)     Vasektomy ialah mekanisme klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi laki-laki dengan jalan melaksanakan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin,2006).
2.    Metode Amenorea Laktasi
a.    Pengertian
Metode Amenore Laktasi (MAL)  adalah  kontrasepsi  yang  mengandalkan  pemberian  Air  Susu  Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa pelengkap kuliner atau minuman apapun lainnya. Cara kerja MAL yaitu penundaan/ pementingan ovulasi. (Saifuddin,2006).
MAL sanggup digunakan sebagai kontrasepsi bila:
1)    Menyusui secara penuh; lebih efektif bila pemberian = 8 x Sehari
2)    Belum haid
3)    Umur bayi kurang dari 6 bulan.
b.    Keuntungan dan Keterbatasan :
1)    Keuntungan
a)    Keuntungan Kontrasepsi (Saifuddin,2006) :
(1)    Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).
(2)    Segera efektif.
(3)    Tidak mengganggu senggama.
(4)    Tidak ada imbas samping secara sistematik
(5)    Tidak perlu pengawasan medis.
(6)    Tidak perlu obat atau alat.
(7)    Tanpa biaya.
b)    Keuntungan bagi bayi (Saifuddin,2006) :
(1)    Mendapat kekebalan pasif
(2)    Sumber asupan gizi yang terbaik dan tepat untuk tumbuh kembang
(3)    Bayi yang optimal.
(4)    Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
c)    Keuntungan untuk ibu (Saifuddin,2006) :
(1)    Mengurangi perdarahan persalinan.
(2)    Mengurangi resiko anemia.
(3)    Meningkatkan kekerabatan psikologik ibu dan bayi.
2)    Keterbatasan metode amenore laktasi (Saifuddin 2006):
a)    Perlu persiapan semenjak perawatan kehamilan semoga segera menyusui  dalam 30 menit pasca persalinan.
b)    Mungkin sulit dilaksanakan lantaran kondisi sosial
c)    Efektivitasnya tinggi hanya hingga kembalinya haid atau hingga 6 bulan
d)    Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
c.    Indikasi dan Kontraindikasi MAL (Arum dan Sujiyatini,2009)
1)    Indikasi  MAL  yaitu  ibu  yang  menyusui  secara  eksklusif,  bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum menerima haid sehabis melahirkan.
2)    Kontraindikasi kontrasepsi  MAL yaitu:
a)    Sudah menerima haid sehabis bersalin.
b)    Tidak menyusui secara ekslusif.
c)    Bayinya sudah berumur > 6 bulan.
d)    Bekerja dan terpisah dari bayi lebih usang dari 6 jam.
d.    Hal yang disampaikan kepada klien/pasien ( Saiffudin, 2006) :
1)    Seberapa sering harus menyusui.
Bayi yang disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menuntaskan menghisap dari satu payudara sebelum mengatakan payudara lain, supaya bayi menerima cukup banyak susu tamat ( hind milk ). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi.
2)    Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3)    Biarkan bayi menghisap hingga beliau sendiri yang melepaskan hisapannya.
4)    Susui bayi juga pada malam hari lantaran menyusui waktu malam membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
5)    Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
6)    ASI sanggup disimpan dalam lemari pendingin.
e.    Kapan Mulai mengatakan kuliner padat sebagai kuliner pendamping ASI. (Saifuddin,2006)
1)    Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat  badan  cukup,  bayi  tidak  memerlukan  makanan  selain  ASI hingga dengan umur 6 bulan. ( Berat tubuh naik sesuai umur, sebulan berat tubuh naik minimal 0,5 kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari ).
2)    Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau kuliner lain, bayi akan menghisap kurang sering dan   kesudahannya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
3)    Ketika ibu mulai sanggup haid lagi, itu mengambarkan ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai memakai metode KB lainnya.


3.    Pengetahuan
a.    Pengertian
Pengetahuan ialah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan hingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian   dan   persepsi   terhadap   objek. (Notoatmodjo, 2005).
Sebagian   besar   pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan  itu  sendiri  dipengaruhi  oleh  faktor  pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang wacana suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan memilih sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan mengakibatkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
b. Proses Perilaku Tahu
Perilaku ialah semua kegiatan atau aktifitas insan baik yang sanggup diamati langsung maupun tidak sanggup diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan,2010).
Sedangkan   sebelum   mengadopsi   perilaku  gres didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1)    Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2)    Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
3)    Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan  mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.
4)    Trial, dimana individu mulai mencoba sikap baru.
5)    Adoption, subjek telah berperilaku gres sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian sikap yang melalui proses menyerupai diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka sikap tersebut akan berlangsung langgeng (ling lasting). Namun sebaliknya kalau sikap tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka sikap tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung  lama. 
Perilaku  manusia  dapat  dilihat  dari  tiga  aspek,  yaitu : Aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai  gejolak kejiwaan menyerupai pengetahuan,  motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya. (Wawan & Dewi, 2010).
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2005) :
1)    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh lantaran itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu wacana apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.


2)    Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu    kemampuan untuk menjelaskan secara benar wacana objek yang diketahui, dan sanggup menginterpretasikan materi  tersebut  secara  benar.  Orang  yang  telah paham terhadap objek atau materi harus sanggup menjelaskan, menyebutkan contoh,  menyimpulkan,  meramalkan,  dan  sebagainya  terhadap  objek yang dipelajari.
3)    Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk memakai materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini sanggup diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum,  rumus,  metode,  prinsip  dan  sebagainya  dalam  konteks  atau situasi yang lain.
4)    Analisis (Analysis)
Analisis ialah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini sanggup dilihat dari penggunaan kata kerja, menyerupai sanggup menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5)    Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ialah suatu kemampuan  untuk menyusun formulasi gres dari formulasi-formulasi yang ada.
6)    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi  atau evaluasi terhadap  suatu  materi  atau objek. Penilaian - evaluasi itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau memakai kriteria -kriteria yang telah ada.
d.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Notoatmojo, 2005).
1)    Faktor Internal
a)    Pendidikan
Pendidikan diharapkan untuk menerima informasi contohnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga sanggup meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003).
Pendidikan sanggup mensugesti seseorang termasuk juga sikap seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin gampang mendapatkan informasi. (Notoatmojo,2003)
b)    Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan ialah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
c)    Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia ialah umur  individu  yang  terhitung mulai  saat  dilahirkan  hingga berulang tahun. Sedangkan berdasarkan Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
2)    Faktor Eksternal
a)    Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar insan dan pengaruhnya yang sanggup mensugesti perkembangan dan sikap orang atau kelompok.

b)    Sosial Budaya
Sosial budaya yang ada pada masyarakat sanggup mensugesti dari sikap dalam mendapatkan informasi.
e.    Kriteria Tingkat Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010)
Pengetahuan seseorang sanggup diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu  :
1)    Baik : Hasil presentase 76%-100%.
2)    Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
3)    Kurang : Hasil presentase >56%.

B.    Kerangka Pemikiran
Menurut Saiffudin (2006) Metode Amenore Laktasi (MAL)  adalah  kontrasepsi  yang  mengandalkan  pemberian  Air  Susu  Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa pelengkap kuliner atau minuman apapun lainnya.
Pengetahuan ialah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  BATARAGURU KEC.WOLIO TAHUN 2013
 BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Penelitian ini memakai metode penelitian survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian ini hanya melaksanakan observasi dan pengukuran variabel pada satu dikala tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono,2010). Penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi, mendapatkan citra pengetahuan ibu mengenai metode amenorea laktasi di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio tahun 2013.

B.    Waktu dan Lokasi Penelitian
1.    Waktu
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli hingga dengan bulan Agustus 2013
2.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio Kota Baubau.

C.    Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi dari penelitian ini ialah semua ibu nifas yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio Kota Baubau tahun 2013 yang berjumlah 119 orang.
2.    Sampel
        Menurut Arikounto (2006), menyatakan bahwa sampel ialah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannay merupakan penelitian populasi. Tetapi kalau jumlah subjeknya besar sanggup diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%. Subjek dari penelitian ini ialah ibu nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bataraguru yang berjumlah 119 orang, lantaran jumlah populasi lebih dari 100, maka peneliti menetapkan untuk pengambilan sampel tersebut sebesar 20% dari populasi (P) > 100 (119), yaitu :
20% x P = 20% x 119 = 23,8
                   = 24
        Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 orang.

D.    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk mengukurnya. Definisi operasional variabel ialah rumusan pengertian variabel-variabel yang diamati, diteliti dan diberi batasan. (Saryono, 2010).
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  BATARAGURU KEC.WOLIO TAHUN 2013
E.    Instrumen Penelitian
Pada belahan teknik pengumpulan data, komponen yang ada berupa alat pengumpul data / instrumen penelitian. (Notoatmodjo, 2003). Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuisioner (daftar pertanyaan) yang merupakan lembar pertanyaan. Kuisioner tersebut untuk mendapatkan informasi dari responden.

F.    Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan melaksanakan penyeleksian data sesuai dengan kriteria yang ada. Langkah-langkah yang dilakukan ialah (Hidayat,2007) :
1.    Editing
Yang dimaksud dengan editing ialah untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan segera dipersiapkan untuk keperluan proses selanjutnya.
Tahapan ini merupakan tahap menyeleksi data yang ada pada register Kohort Ibu dan Bayi di Puskesmas Lowulowu, Kecamatan Lealea, Kota Baubau.
2.    Skoring
Skoring yaitu mengatakan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI METODE AMENORHOE LAKTASI DI PUSKESMAS  BATARAGURU KEC.WOLIO TAHUN 2013

    Tabulasi
Tabulasi (dalam arti menyusun data kedalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses analisa data. Pada tahap ini, data sanggup dianggap telah selesai diproses, dan oleh lantaran harus segera disusun kedalam suatu pola formal yang telah terancang. 

    Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah :
Data-data yang telah dikumpulkan, dianalisa dengan memakai rumus persentase sebagai berikut (Hidayat,2007):      
                 P=F/nx 100%
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
n = Jawaban Responden

    Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan penjelasan.

    Etika Penelitian
Penelitian ini memakai objek menusia yang mempunyai kebebasan dalam memilih dirinya maka peneliti harus memahami hak dasar insan (Saryono, 2010).
Pada penelitian ini menjunjung tinggi prinsip sopan santun penelitian yang merupakan standar sopan santun dalam melaksanakan penelitian sebagaimana dikemukakan oleh (Saryono, 2010) sebagai berikut :
    Prinsip manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap insan diharapkan sanggup mengatakan manfaat untuk kepentingan insan secara individu atau masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini mencakup hak untuk menerima proteksi dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk menerima proteksi dari eksploitasi.
    Prinsip mengormati hak martabat manusia
Prinsip ini mencakup :
    Untuk memilih pilihan
Yaitu hak untuk menetapkan dengan sukarela apakah ikut ambil belahan dalam suatu penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini mencakup hak untuk menerima pertanyaan, mengungkapkan keberatan, dan menarik diri.
    Hak untuk mendapatkan data yang lengkap
Menghormati martabat insan mencakup hak-hak masyarakat untuk memberi informasi, keputusan sukarela wacana keikutsertaan penelitian yang memerlukan ungkapan data yang lengkap.
    Prinsip keadilan prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan insan dengan menghargai hak-hak mengatakan perawatan secara adil, dan hak-hak untuk menjaga privasi manusia.
Masalah sopan santun yang harus diperhatikan dalam penelitian ini antara lain :
    Dalam mengambil karya orang lain selalu mencantumkan nama dan sumbernya.
    Mengaplikasikan informed consent. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan mengatakan lembar persetujuan untuk menjadi responden .
    Tidak mencantumkan nama responden pada lembar observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan.
    Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

DAFTAR PUSTAKA


Arum dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medika. Jogjakarta.

Alimul Hidayat,A.Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakrik. Rnieka Cipta. Jakarta.

Dewi, M dan Wawan, A. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Kota Baubau. 2010. Profil Dinas Kesehatan. Kota Baubau.
                   
    . 2011. Profil Dinas Kesehatan. Kota Baubau.

                          . 2012. Profil Dinas Kesehatan. Kota Baubau.
       
Glasier, A. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Harapan. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

         .Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Mudah Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

   . 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Mudah Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Saryono, A. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV,S1 dan S2. Nuha Medika. Yogyakarta.

Wulandari, Diah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta.

Afroh Fauziah, 2011, kontrasepsi MAL, diakses tanggal 24 Juli 2013, pukul 15.00 wita, http://www.wikipedia.go.id/kontrasepsiMAL.html.

Devi Usydiana Rosidah, 2011, Hubungan ASI langsung dengan Amenorea, diakses tanggal 24 Juli 2013, pukul 15.00 wita, http://www. devi.rosyidah@gmail.com.

Dilla Milaza, hubungan-pemberian-ASI-eksklusif, diakses tanggal 24 Juli 2013, pukul 15.00 wita, http://www.blogspot.com.

Eka Kristiana. H, 2010, analisi-faktor-kator yang berhubungan-denga-MAL
diakses tanggal 24 Juli 2013, pukul 15.00 wita,http://www.
menulisproposalpenelitian.com.

Izzatul Mustholihah, 2010, Penelitian ASI Eksklusif, diakses tanggal 24 Juli 2013, pukul 15.00 wita, http://www.digilib.unimus.ac.id.

Yekti widodo, 2011, Cakupan pemberian ASI eksklusif, diakses tanggal 1 agustus 2013 pukul 11.00 wita, http://www.Persagi.org.id.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Metode Amenorhoe Laktasi Di Puskesmas Bataraguru Kec.Wolio Tahun 2013"

Post a Comment