Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Power Syndrome

CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST POWER SYNDROME CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST POWER SYNDROME
A.    PENDAHULUAN
Belum ada komitmen yang terang wacana memasuki usia tua, ini sanggup dipahami lantaran faktor ketuaan sangat dipengaruhi perkembangan suatu daerah/ negara, kebudayaan, profesi, pekerjaan dan lain-lain. WHO membatasi ujmur usia bau tanah yaitu 65 tahun, Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1965 yaitu 55 tahun dan dikembangkan pada tahun 1998 dengan, Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 menjadi 60 tahun.
Perkembangan insan ditinjau dari kemampuan dibagi menjadi 3 fase:
1.    Fase progresif (0-25 tahun) perkembangan fisik, psikis (Intelegensi), sosial (peyesuaian diri, tanggung jawab).
2.    Fase statis (26-50 tahun) yang telah dicapai pada fase progresif, dipertahankan, disempurnakan, dimantapkan.
3.    Fase regresif (51-75 tahun)
Bagaimanapun kuatnya kemauan, keinginan dan usaha dalam pengembangan karir yang dilakukan kesannya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan mengalami kemunduran baik kegiatan fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun kegiatan sosial.

B.    PATOFISIOLOGI DAN TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG PROSES MENUA
1.    Proses Individu
a.    Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b.    Masing-masing lansia mempunyai kebiasaan berbeda
c.    Tdak ada faktor yang ditemukan untuk mencegah porses menua
2.    Proses Biologi
a.    Proses menua yaitu satu fenomena yang memperlihatkan kemunduran struktur dan fungsi organ yang mengakibatkan organ tidak sanggup mempertahankan diri terhadap bisul dan mengakibatkan kematian
b.    Proses menua (aging) terjadi pada setiap sel dan organ tanpa sanggup dielakkan.
c.    Penurunan vitalitas, contohnya kulit keriput, rambut memutih, gigi cepat tanggal, menurunnya fungsi organ.
d.    Interaksi faktor dari dalam (genetik) dan faktor dari luar mirip nutrisi, kesehatan lingkungan, pola hidup memegang peranan penting.
e.    Dan dari aneka macam teori wacana terjadinya proses menua sanggup disimpulkan penyebab dari proses menua ini yaitu :
1)    Akibat kesalahan replikasi DNA, kemudian diikuti oleh kesalahan trankripsi dari DNA, sintesa protein yang salah, dan kesalahan tersebut tidak sanggup diperbaiki lagi.
2)    Akibat tertimbunnya sisa metabolisme yang beracun mirip pigmen, kalogen yang mengandung Cross Lingkage dan jaringan ikat.
3)    Akibat terpakainya habis pemanis dari suatu organ sehingga mengakibatkan kerusakan (wear san tear theory).
f.    Radiasi

C.    MITOS-MITOS LANJUT USIA
Beberapa pandangan dan mitos yang diungkapkan Siera Saul (1974) yaitu :
1.    Bahwa usia lanjut (aging) merupakan masa kedamaian, ketenangan dimana orang bisa menikmati hasil kerja dan jerih payah dimasa muda dan dewasa. Badai dan goncangan hidup sudah berhasil dilalui. Kenyataan sering kita lihat usia lanjut penuh dengan stres lantaran kemiskinan, keluhan beberapa penyakit yang meyebabkan depresi, kekhawatiran, paranoida atau psychotic.
2.    Mitos konservatisme dan kemunduran pandangan bahwa usia lanjut pada umumnya konsevatio, tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi kemasa silam, ketinggalan zaman, merindukan masa lalu, kembali kemasa kanak-kanak, susah berubah, keras kepala dan bawel. Kenyataannya, tidak semua yang berusia lanjut bersifat, bersikap dan berperilaku demikiab. Sebagian tetap tegar, berpandangan kedepan, inovatif dan energik. Sebagian lagi memang mirip tersebut diatas, tetapi hal it pada umumnya oleh lantaran penyakit yang disandang yang menyertai proses ketuaannya.
3.    Mitos Berpenyakit
Usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh penderitaan aneka macam macam penyakit yang menyertai proses ketuaan. Seakan usia lanjut sinonim dengan masa penyakitan dan keudzuran. Kenyataannya memang proses ketuaan dibarengi dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehingga menjadi rawan terhadap penyakit, tetapi banyak penyakit yang menyertai proses ketuaan cukup umur ini sanggup dikontrol dan diobati
4.    Mitos Senilitas
Usia lanjut sering di.pandang sebagai masa pil:.un yang di.sebabkan oleh kerusakan serpihan tertentu yaitu di tempat otak. proses ketuaan memang adak:alanya diikuti nteh kerusakan serpihan tertentu di.otak tetapi tidak selalu dan tidak setiap orang dalam proses ketuaannya diringi. dengan proses kerusakan serpihan otak. Sebagian besar dalam usianya yang lanjut masih tetap sehat dan segar. Senilitas lebih bersifat patologik, bisa juga terjadi pada usia muda.
5.    Mitos problem psikologik dan psikiatris usia lanjut dipandang sebagai masa menurunnya daya ingatan, kemandirian, k.emampuan pemecahan masalah, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat. Sebenarnya problem psikologis tersebut diatas tidak selalu terjadi dan mesti terjadi pada setiap orang, Masalah tersebut lebih berafiliasi dengan lingkungan kehidupan (sosial dan keluarga) serta problem menurunnya kesehatan fisik. Gangguan mental dan emosional yang terjadi pada orang orang berusia lanjut sanggup diobati, mirip halnya juga gangguan fisik.
6.    Mitos Asexmalitas
Ada pandangan bahwa usia lanjut berafiliasi dengan menurunnya dan hilangnya minat, darongan, gai.rah, kebutuhan dan daya sex. Kenyataannya memperlihatkan bahwa kehidupan sex pada orang-orang berusia lanjut normal saja.

7.    Mitos Ketidakproduktifan
Usia lanjut sering dipandang sebagai usia tidak: produktif, tetapi kenyataannya dan bergotong-royong banyak: diantara yang berusia lanjut yang tidak produktif bukan lantaran kondisi dirinya (fisik dan psikis), melainkan dipaksa oleh keadaan atau aturan, contohnya pegawai negeri dipaksa menjadi tidak. produktif lagi lantaran dipensiun. Sebenarnya seringkali orang mencapai kematangan, kemantapan dan produktivitas mental dan meterial pada usia diatas lima puluhan.
Sebenarnya keadaan para lanjut usia tidak, separah mirip berdasarkan pandangan dan mitos-mitos diatas, lantaran mereka masih mempunyai potensi dan bergotong-royong usia lanjut sanggup menjadi usia keemasan (golden age) dan para lanjut usia menjadi senior citizen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan mencakup :
1.    Hereditas
2.    Nutrisi
3.    Status kesehatan
4.    Pengalaman hidup
5.    Lingkungan
6.    Stress
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada sel :
-    Lebih sedikit jumlahnya
-    Lebih besar ukurannya
-    Berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intra celulair.
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST POWER SYNDROME CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST POWER SYNDROME
D.    LINGKARAN TERTUTUP PADA LANSIA MENIMBULKAN PERMASALAHAN
Rasa sepi :
-    Hal ini sanggup disebabkan lantaran ketidak berdayaan, mirip sakit yang kronis, cacat tubuh sukar berjalan / keluar rumah.
-    Banyak teman seumur / sepermainan, seperjuangan meninggal dunia / pindah tempat yang jauh (pergaulan terbatas hanya pada orang-orang tertentu)
-    Dikucilkan dari keluarga dan pergaulan
Hal ini sering terjadi pada orang lansia yang sebelumnya mempunyai sifat licik, sombong, suka memerintah, mau menang sendiri yang terbawa hingga umur  tua.
-    Sifat gampang prasangka / curiga dan gampang tersinggung Timbulnya sifat-sifat ini mengakibatkan lansia menarik diri dari pergaulan. Apabila sifat berprasangka berlebihan perlu diwaspadai dengan gangguan penyakit jiwa.
-    Berhenti kerja
Kehilangan peranan, prestise, dari kiprah kewajiban, melepaskan peranan lama:
-    Beban keluarga
-    Kesulitan keuangan

Kematian pasangan hidup / menjadi duda / janda / kehilangan segala-galanya mengakibatkan rasa kesepian. Bagi lansia yang tidak mempunyai ketahanan mental yang berpengaruh (rapuh) gampang kena penyakit atau bisa terjadi Post Power Syndrome.  Apa yang sanggup dibentuk oleh lansia untuk memerangi hal tersebut diatas ?.
Kalau lansia memahami akan dirinya sendiri dan harapan-¬harapan yang ingin dicapai banyak yang bisa diperbuat, asa1 beliau mau membuka diri semoga sehat mental, fisik, sosial, spiritual dan mandiri.
Otak jangan diistirahatkan, cari hal-hal yang gres dan tetap bekerja, jangan mempertahankan gengsi antisipasi adanya perubahan-perubahan nilai-nilai sosial jangan meminta sikap generasi muda sama dengan diri termasuk lingkungan pahamilah perubahan-perubahan yang terjadi dan libatkan diri walaupun secara pasif. Hindari uluran tangan yang mencegah kemandirian, jangan menghindar dari pergaulan. Bentuklah kelompok sesama lansia (terbentuk sama rasa dan tidak sendiri). Dengan rasa tolong menolong sesama lansia rasa percaya diri, rasa harga diri akan kembali dan rasa sepi akan teratasi.
Menerima, mencintai, terbuka, dan ratifikasi dihargai secara timbal balik antara yang bau tanah dengan yang muda (hubungan interpersonal) dan lingkungan ibaratkan membangun keluarga sejahtera dari awal hingga simpulan sanggup dilukiskan mirip “TERBITNYA DAN TERBENAMNYA MATAHARI” sama-sama dikagumi : “MENUJU USIA LANJUT, SEHAT, PRODUKTIF, MANDIRI, BAHAGIA, SEJAHTERA”.
Kiat menuju hari bau tanah yang Berguna, Sejahtera dan Bahagia berdasarkan Prof. Dr. Budi Darmojo yang telah disebarluaskan pada Unit Geriatri RSUP Dr. Kariadi, sebagai berikut :

B-erat tubuh berlebih supaya dikurangi
A-turlah masakan dan perbanyak makan buah-buahan dan sayuran
H-indari faktor-faktor resiko penyakit degeneratif
A-gar terus mempunyai kegunaan dengan tetap mempertahankan dan mempunyai hobbi yang bermanfaat
G-erak tubuh teratur dan wajib, terus dilakukan
I-man dan taqwa ditingkatkan, hindari tingkat situasi yang menegangkan
A-wasi kesehatan dengan mengusut tubuh secara priodik dan mintalah nasehat sebanyak dan sejelas mungkin

E.    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN USIA LANJUT DI TATANAN KLINIS (CLINICAL AREA)
Memberikan asuhan keperawatan pada usia lanjut di tatanan klinis mirip rumah sakit merupakan salah satu kiprah perawat dalam upaya memperlihatkan derma bagi usia lanjut yang mengatami problem kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk me¬mecahkan problem kesehatan klien dengan memakai pendekatan proses keperawatan (Saunders, 1997) yang meliputi:
1.    Pengkajian
Akibat terjadi perubahan fungsi yang sangat fundamental pada klien usia lanjut yang mencakup seluruh organ tubuh maka dalam melaksanakan pengkajian dibutuhkan pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus tersebut dibutuhkan mengingat klien usia lanjut biasanya mempunyai multipatologi atau mempunyai aneka macam penyakit kronis maupun akut sehingga memerlukan suatu penapisan (screening) terhadap fungsi : penglihatan, pendengaran, kondisi ekstremitas atas dan bawah, fungsi sistem  perkemihan dan status nutrisi klien serta keadaan psikososial dan lingkungannya.
Hal-hal lain yang perlu dikaji mencakup permasalahan pada :
a.    Mulut dan gigi geligi
Gigi menjadi ompong yang sanggup mengakibatkan timbulnya aneka macam penyakit periodontal sehingga gusi menjadi alrofi secara progresif;  ekspresi kering sehingga air liur gampang mengental. Disamping itu mengakibatkan risiko mukosa ekspresi gampang pecah sehingga timbul stomatitis dan perasaan tidak nyaman.
b.    Kulit
Masalah yang sering muncul yaitu gatal-gatal, kulit kering dan gampang terluka.
c.    Ekstremitas atas dan bawah
Kulit kaki dan tangan kering, terjadi penebalan pada tempat yang tertekan, beberapa serpihan kulit bahkan menipis, kulit terkelupas, pecah-pecah dan gampang tergores. Selain itu terjadi aneka macam kelainan pada kuku mirip lapisan tanduk yang semakin mengeras, hipertropi kuku atau kuku yang merusak jaringan lunak dibawahnya.
d.    Mobilitas
Masalah mobilitas pada usia lanjut biasanya terjadi akhir faktor sekunder contohnya keterbatasan pergerakan klien yang terjadi akhir beratnya penyakit atau kompleksitas dari gangguan fungsi tubuhnya. Untuk itu perlu dikaji kemampuan usang dan jenis kegiatan yang sanggup dilakukan serta waktu yang dipakai untuk beristirahat sehabis menjalani kegiatan tertentu.
e.    Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan atau fekal, diare merupakan keluhan utama klien usia lanjut yang paling menonjol. Maka hal yang perlu dikaji adalah: frekuensi dan pola defekasi, peng¬gunaan laxative atau enema, pola diet, masukan dan keluaran cairan, kegiatan klien, integritas kulit sekitar anus serta mengidentifikasi faktor penyebab munculnya problem eliminasi.
f.    Penglihatan
Ketidakmampuan melihat secara terang merupakan problem yang selalu muncul bahkan klien sanggup mengalami kehilangan fungsi penglihatan, glaukoma dan katarak. Hal yang perlu dikaji yaitu jenis alat bantu penglihatan yang dipakai serta investigasi fisik pada mata sesuai dengan problem yang muncul.
g.    Pendengaran
Penurunan atau menghilangnya fungsi mendengar juga kerap muncul seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga perlu diketahui adakah alat bantu indera pendengaran yang dipakai klien, keterbatasan melaksanakan kegiatan sehari-hari atau terjadi gangguan hubungan sosial akhir gangguan pendengaran.
h.    Jantung dan pembuluh darah
Peningkatan tekanan darah (hipertensi), hipotensi orthostatis, penyakit jantung koroner atau bahkan gagal jantung merupakan penyakit yang lazim terjadi pada klien usia lanjut. Perubahan hemodinamik, pola diet, nyeri dada, kembung, bingung, sesak nafas, palpitasi, vertigo bahkan sinkop merupakan data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat.
i.    Pernafasan
Pneumonia dan Obstruksi Paru Menahun juga merupakan problem kesehatan pada sistem respirasi yang menonjol bagi usia lanjut. Untuk itu perlu diketahui adanya batuk, kesulitan mengeluarkan dahak, gampang lelah, lemah, berat tubuh menurun, tidak nafsu makan, dll.
j.    Endokrin
Diabetes melitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan problem kesehatan yang banyak ditemui pada usia lanjut. Maka perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda dan tanda-tanda terhadap kehilangan atau meningkatnya berat badan, hilangnya atau meningkatnya nafsu makan, sesak nafas, palpitasi, tremor, kelemahan atau adanya intoleransi terhadap perubahan cuaca hirau taacuh atau panas.
k.    Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman subjektif bagi setiap individu. Nyeri pada usia lanjut dirasakan dua kali lebih berat dibandingkan usia muda (Luckmann, 1997). Data yang perlu dikumpulkan yaitu skala nyeri, pernyataan rasa nyeri, menangis, mengerang kesakitan, agitasi, lemah dan tampak tertekan disamping adanya perubahan tanda-tanda vital.

l.    Depresi
Perasaan tidak berdaya muncul akhir hilangnya aneka macam fungsi organ tubuh oleh lantaran bertambahnya usia. Sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, kesulitan atau terlalu banyak tidur, kelebihan atau kehilangan berat badan, hilangnya minat melaksanakan aktivitas, berfikir untuk mati atau bunuh diri dan menurunnya motivasi serta energi merupakan tanda-tanda bagi klien yang mengalami depresi.
m.    Demensia
Demensia ditandai dengan adanya gangguan berbahasa, kehilangan daya ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan dalam memperlihatkan alasan yang abstrak, sangat tergantung dengan derma orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta tidak bisa untuk berkomu¬nikasi dengan terang secara lengkap dan ekspresif.
2.    Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sanggup muncul pada klien usia lanjut (Wells, 1980) yaitu:
a.    Perubahan mobilitas fisik
b.    Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari: toileting, makan, minum, kebersihan diri, rekreasi, dll
c.    Gangguan eliminasi urin dan atau fekal
d.    Gangguan persepsi-sensori
e.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f.    Intoleransi aktivitas
g.    Tidak efektifnya pola nafas
h.    Nyeri: kronis atau akut
i.    Gangguan proses berfikir
j.    Gangguan pola tidur
3.    Perencanaan Tindakan Keperawatan
Kompleksnya problem kesehatan yang dihadapi oleh usia lanjut memerlukan perencanaan tindakan keperawatan yang matang. Pada prinsipnya, tindakan keperawatan yang perlu dirancang  (Tinkler, 1997) yaitu meliputi:
a.    Continuum of Care
Perencanaan tindakan keperawatan yang berkelanjutan memerlukan kerjasama antar disiplin mirip dokter, apoteker,  hebat gizi dan sebagainya. Untuk keperluan tersebut perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan klien secara individual dan perawatan apa saja yang dibutuhkan.
b.    Rehabilitasi Perlu diketahui kriteria klien yang telah sanggup mengikuti agenda rehabilitasi apakah sudah sesuai dengan agenda perencanaan klien pulang ke rumah (discharge planning).
c.    Kemandirian
Memberikan akomodasi pada klien untuk sanggup menolong dirinya sendiri melalui agenda pengontrolan persepsi dan motivasi merupakan salah satu tindakan keperawatan yang sanggup diajarkan kepada klien usia lanjut. Disamping itu perlu ada derma untuk mengikuti keadaan dalam memakai aneka macam alat bantu.
d.    Long-Term Care
Pemilihan merawat klien usia lanjut untukjangka panjang perlu pertimbangan yang matang mirip : keinginan individu, dana, lingkungan yang dirancang khusus sesuai kelemahan klien, keterlibatan keluarga terdekat, tersedianya para hebat di bidang kesehatan, dll.
e.    Home - Based Care
Merupakan pelayanan keperawatan di rumah yang juga memerlukan persiapan yang lebih rinci. Terutama kesiapan keluarga dalam merawat klien usia lanjut sehabis pulang dari rumah sakit, disamping persiapan alat-alat bantu yang dibutuhkan oleh klien. Perawatan di rumah merupakan kelanjutan dari perencanaan klien pulang (discharge plan¬ning) yang telah di rencanakan dari rumah sakit, sehingga perawat perlu mengidentifikasi problem kesehatan apa saja yang masih diderita klien dan perencanaan tindakan yang bagaimana yang harus dilanjutkan selama klien masih membutuhkan bantuan, termasuk tersedianya para hebat yang dibutuhkan dalam kondisi gawat darurat.
4.    Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Merupakan tindak lanjut operasional dari planning tindakan yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan tindakan keperawatan berfokus untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada diri pasien mirip derma dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pemberian oksigenasi, perawatan kebersihan diri, melaksanakan mobilisasi, mengorientasikan klien terhadap tempat, waktu dan orang serta hal lain yang diubahsuaikan dengan keadaan klien.
5.    Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Dalam tahap ini perawat sanggup menemukan alasan mengapa planning keperawatannya berhasil atau gagal. Tindakan ini merupakan indepth and comprehensive judgement terhadap tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1994). Sebagai contoh: problem gangguan oksigenasi teratasi, tidak terjadi perubahan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, d11.

DAFTAR BACAAN

1.    Prof. R. Budi Darmojo, Universitas Diponegoro atau RSUD Dr. Kariadi, Semarang; Pelayanan Kesehatan Kaum Werda.
2.    Wr. Marlino Soemaryanto; beberapa gangguan Usia Lanjut Beserta Penanggulangannya.
3.    Charlotte Eliopoulos Secoma Edition; Geroutological Nurting.
4.    H. trimarjono SH. Ketua Yayasan Gerontologi Jawa Timur Abiyoso; Masalah Lansia di Jawa Timur (Seminar Agustus 1999).
5.    Direktorat Kesehatan Jiwa Direktorat Jendral Pelayanan Mudik Departemen Kesehatan RI. 1991; Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut.
6.    Biro Ketahanan Fisik Keluarga Sejahtera 1996; Bina Keluarga Lansia.
7.    M. Djauhari Wiraharta Kusumah, Hirak Sirail, Zainal Hidayat, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Pelibtan Penduduk usia Lanjut Dalam Keluarga.
8.    Hardywinoto, Tony Setia Budi 1999; Panduan Gerontologi Persada Utama Tirta Lestari, Jakarta.
9.    Harvindo 1999, Hadi Dikupun Setia Tunggal SH.; Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
10.    Pusat Informasi dan Penerbitan Bagi Ilmu Penyakit Dalam FKUI; Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Power Syndrome"

Post a Comment