Contoh Askep Ca Serviks

Tugas            : Askep   
Dosen pengampuh    : Ns.Watmawati, S.Kep





ASKEP CA SERVIKS

 Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT pola askep CA SERVIKS

 Disusun Oleh
Kelompok IV
Adnan Rasid           (13010041)
Darnianto                (13010049)
Lilies Stevany          (13010043)
La Tamrin Buton   (13010026)
Sutriani                    (1301003)
Sahaya                     (13010042)
Wa Ode Ernawati  (13010048)

SEKOLAH   TINGGI   ILMU   KESEHATAN
(STIKES)   IST   BUTON
TAHUN   AKADEMIK
2011 / 2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT. Atas  segala karuniaNYA telah memperlihatkan penulis kemampuan untuk  menuntaskan kiprah tepat waktu.
Kepada dosen pembimbing mata kulia “KEPERAWATAN DEWASA III” diucapkan banyak terima kasih lantaran atas dorongan yang tiada perna henti-hentinya sehingga penulis sanggup menuntaskan karya ini.
Makalah askep  yang berjudul “CA CERVIX” ini penulis persembahkan kepada teman-teman STIKES IST BUTON  dan mahasiswa dari instansi lain yang ingin mencari acuan seputar askep Ca Cervix
Dalam pembuatan karya yang tidak tepat ini kami penulis banyak menemukan hambatan terutama dikala pencarian referensi. Olehnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan pada pembuatan karya-karya yang lain…Wasalam!!



  Baubau, 8 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL
KATA PENGANTAR     i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………………………………….  1
B.    Tujuan ………………………………………………………………………….  2
C.    Rumusan Masalah………………………………………………………………  3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi ……………………………………………………………………… .   4
B.    Etiologi…………………………………………………………………………  4
C.    Manifestasi klinis………………………………………………………………  6
D.    Patofisiologi …………………………………………………………………...  6
E.    Insident………………………………………………………………………...   8
F.    Pencegahan…………………………………………………………………….   8
G.    Penatalaksanaan……………………………………………………………….   8
BAB III  ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian ……………………………………………………………………  10
B.    Diagnosa ……………………………………………………………………..  12
C.    Intervevsi ……………………………………………………………………   12
D.    Implementas …………………………………………………………………  14
E.    Evaluasi ……………………………………………………………………..   16
BAB IVPENUJTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………….  17
B.    Saran ………………………………………………………………………...  17
DAFTAR PUSTAKA 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) yaitu tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang melekat pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang perempuan berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga dikala ini kanker serviks merupakan penyebab maut terbanyak akhir penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini sanggup dicegah bila acara skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita gres di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang. Penyakit ini berawal dari jerawat virus yang merangsang perubahan sikap sel epitel serviks. Pada dikala ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain ibarat sikap seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami. Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua sehabis kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab maut akhir kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% masalah berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama maut perempuan dan kasusnya turun secara drastik sejak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Terapi yang lebih fundamental atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi gres harus menurut pada ekspansi penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B.   Tujuan
  1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami ihwal Ca  serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.
2. Tujuan khusus
        1. mengetahui pengertian ca servik
        2. mengetahui etiologi terjadinya ca serviks
        3. mengetahui manifestasi klinis ca serviks
        4. mengetahui patofisiologi ca serviks
5. mengetahui insident ca  serviks
        6. mengetahui pencegahahan ca serviks
7. mengetahui penatalaksanaan ca serviks
        8. mengetahui proses asuhan keperawatan ca serviks

C.   Rumusan masalah
Adapun rumusan duduk kasus yang ada pada penulisan makalah ini, yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan ca cerviks?
2. Bagaimana etiologi ca cerviks?
3. Bagaimana manifestasi klinis ca cerviks?
4. Bagaimana patofisiologi ca cerviks?
5. Bagaimana insident ca cerviks?
6. Bagaiman penccegahan ca cerviks?
7. Bagaimana penatalaksanaan ca serviks?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan ca cerviks?

BAB II
    PEMBAHASAN

A.  Definisi
Kanker serviks yaitu penyakit akhir tumor ganas pada kawasan lisan rahim sebagai akhir dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker ini hanya menyerang perempuan yang pernah atau kini dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan perempuan yang belum pernah melaksanakan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Kanker serviks yaitu kondisi yang jarang terjadi di banding sebelumnya akhir deteksi dini dengan pap smer. Selama 40 tahun terakhir, kanker servikal invasif telah menurun dari 45 masalah /100 ribu hingga 15 kasus/100 ribu wanita. Meskipun demikian, kondisi ini masih merupakan kanker reproduktif perempuan ke tiga yang paling umum, tidak termaksud kanker payudara kondisi ini paling sering pada usia 30-45 tahun, tetapi sanggup terjadi diusia dini 18 tahun acara seksual berafiliasi dengan angka bencana kanker servikal pada perempuan dibawah usia 25 tahun, dengan riwayat pasangan seksual lebih dari 1 orang dan beberapa kehamilan dini, angka bencana ini lebih prefalen. Penelitian membuktikan bahwa tipe kanker ini kemungkinan ditularkan secara seksual.
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Penyebab pertama kanker serviks yaitu HPV. Sementara seseorang yang terkena jerawat ini mempunyai kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat. Infeksi HPV kebanyakan di derita oleh perempuan, terutama pada kelompok muda.
B.  Etiologi
Penyebab kanker serviks belum terperinci diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melaksanakan hubungan seksual.
Penelitian memperlihatkan bahwa semakin muda perempuan melaksanakan hubungan seksual semakin besar menerima kanker serviks.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada perempuan yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko menerima karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melaksanakan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah faktor sosial ekonomi dekat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mensugesti imunitas tubuh.
f.  Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya dampak gampang terjadinya kankers serviks pada perempuan yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini lantaran pada laki-laki non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan kuat terhadap serviks yaitu bermula dari adanya pengikisan diserviks yang kemudian menjadi jerawat yang berupa radang yang terus menerus, hal ini sanggup sebagai aktivis terbentuknya kanker serviks.
C.  Manifestasi Klinis
a.    Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), tanda-tanda kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan tanda-tanda yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin usang akan berbau busuk akhir jerawat dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
b. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan, kadang kala perdarahan gres terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
c.    Nyeri
Dirasakan sanggup menjalar ke ekstermitas belahan bawah dari kawasan lumbal. Pada tahap lanjut, tanda-tanda yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut mencakup nyeri yang menjalar hingga kaki, hematuria dan gagal ginjal sanggup terjadi lantaran obstruksi ureter.
 D.  Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini sanggup muncul bila ada acara regenerasi epitel yang meningkat contohnya akhir trauma mekanik atau kimiawi, jerawat virus atau kuman dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif menjelma invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks sanggup menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau sanggup berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi sanggup meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan jadinya sanggup menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain menjadikan perubahan gen pada molekul vital yang tidak sanggup diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
Klasifikasi  Kanker serviks
a.    stage 0 : membrane basalis masi utuh
b.    stage I : proses terbatas pada serviks waluapun ada ekspansi ke korpus uteri
c.    stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d.    stage Ib : Semua masalah lainnya dari stage I
e.    stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum hingga kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi 2/3 proksimale
f.    stage IIa : penyebaran  hanya ke vagina, pramaterium
g.    stage IIb : penyebaran ke paramaterium  tetapi belum hingga ke dinding panggul
h.    stage IIIa : Sudah hingga dinding panggula dan 1/3 belahan bawah vagina
i.    stage IIIB : sudah hingga dinding panggul
j.    stage IV  : proses keganasasn usdah keluar dari panggul kecil
k.    stage IVa : proses keganasan sudah hingga ke mukosa rectum, vesika urinaria atau sudah keluar dari penggul kecil.
l.    stage IVb : telah terjadi metastasi.

E. insident
Biasanya kanker ini menyerang perempuan yang telah berumur, terutama paling banyak pada perempuan yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak tidak mungkin perempuan yang mudapun sanggup menderita penyakit ini, asalkan mempunyai faktor risikonya.l
F.  Pencegahan
1. Melakukan Hubungan Seks dengan Aman
2. Tidak Berganti-Ganti Pasangan
3. Melakukan Pemeriksaan Kanker Serviks Secara TeratuR
4. Tidak Merokok
5. Imunisasi HPV
G. Penatalaksanaan
a. Irradiasi
• Dapat digunakan untuk semua stadium
• Dapat digunakan untuk perempuan gemuk bau tanah dan pada medical risk
• Tidak mengakibatkan maut ibarat operasi.
b. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis
d. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, lantaran radiasi mengakibatkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya sanggup mengalami kesukaran dan sering mengakibatkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f.  Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.      5% dari karsinoma serviks yaitu resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 ahad post terapi keadaan masih tetap sama.

BAB III
    ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkaijan
1. Anamnesa
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
 Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien tiba dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga ihwal tindakan yang dilakukan untuk mengurangi tanda-tanda dan hal yang sanggup memperberat, contohnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit ibarat ini atau penyakit menular lain.

f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji ihwal pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga ihwal penyakit kanker serviks.
2. Pemeriksaan Fisik
    Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
    palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
3. Pemeriksaan Dignostik
a. Sitologi
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Servikografi
e. Gineskopi
f. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif).


B. Diagnosa Keperawatan
a.  Perubahan perfusi jaringan berafiliasi dengan anemia trombositopenia.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan anoreksia.
c. Nyeri b/d pengutamaan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta mukosa vulva.
d.  Risiko tinggi terhadap jerawat berafiliasi dengan imunosupresi.
e. Kurang pengetahuan ihwal penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
C. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan berafiliasi dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
•    Berikan cairan secara cepat.
•    Pantau dan atur kecepatan infus.
•    Kolaborasi dalam dukungan infuse
•    Kolaborasi dalam investigasi hematokrit dan Hb serta jumlah trombost
b.    Nutrisi kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan anoreksia.
 Tujuan:
Masukan nutrisi yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Intervensi:
•    Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
•    Pantau masukan makanan oleh klien.
•    Anjurkan semoga membawa makanan dari rumah bila dipelukan dan sesuai dengan diet.
•    Lakukan perawatan lisan sebelum makan sesuai ketentuan.
•    Kolaborasi dengan jago gizi dalam dukungan sajian yang sesuai dengan diet   yang ditentukan

c.    Nyeri b/d pengutamaan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta
 mukosa vulva.
Tujuan :
sehabis dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.

Intervensi :
•    Kaji lokasi, tipe, durasi, dan frekuensi nyeri – PQRS
•    Kaji intensitas nyeri dengan memakai skala 0-5; 0 berarti tidak ada nyeri dan 5 nyeri berat.
•    Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
•    Libatkan keluarga dalam melaksanakan intervensi
•    Kolaborasi dukungan analgetik

d.     Risiko tinggi terhadap jerawat berafiliasi dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial jerawat menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
•    Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
•    Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
•    Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
•    Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
•    Kolaborasi dalam investigasi kultur dan dukungan antibiotika.

e.    Kurang pengetahuan ihwal penatalaksanaan pengobatan berafiliasi dengan  terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien sanggup mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari dukungan terapi.
Intervensi:
•    Baringkan pasien diatas tempat tidur.
•    Kaji kepatenan kateter abdomen.
•    Observasi ihwal reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
•    Jelaskan pada pasien imbas yang mungkin sanggup terjadi.


D. implementasi
a. Perubahan perfusi jaringan berafiliasi dengan anemia trombositopenia
•    memperlihatkan cairan secara cepat.
•    memantau dan atur kecepatan infus.
•    mengkolaborasi dalam dukungan infuse
•    mengkolaborasi dalam investigasi hematokrit dan Hb serta jumlah trombost
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan anoreksia
•    mengkaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
•    memantau masukan makanan oleh klien.
•    menganjurkan semoga membawa makanan dari rumah bila dipelukan dan sesuai dengan diet.
•    melaksanakan perawatan lisan sebelum makan sesuai ketentuan.
•    mengkolaborasi dengan jago gizi dalam dukungan sajian yang sesuai dengan diet   yang ditentukan

c.    Nyeri b/d pengutamaan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta mukosa vulva.
•    mengkaji lokasi, tipe, durasi, dan frekuensi nyeri – PQRS
•    mengkaji intensitas nyeri dengan memakai skala 0-5; 0 berarti tidak ada nyeri dan 5 nyeri berat.
•    menganjarkan teknik relaksasi dan distraksi
•    melibatkan keluarga dalam melaksanakan intervensi
•    mengkolaborasi dukungan analgetik

d.    Risiko tinggi terhadap jerawat berafiliasi dengan imunosupresi
•    memantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
•    menempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
•    membantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
•    menganjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
•    mengkolaborasi dalam investigasi kultur dan dukungan antibiotika.

e.    Kurang pengetahuan ihwal penatalaksanaan pengobatan berafiliasi dengan  terbatasnya informasi.
•    mebaringkan pasien diatas tempat tidur.
•    mengkaji kepatenan kateter abdomen.
•    mengobservasi ihwal reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
•    menjelaskan pada pasien imbas yang mungkin sanggup terjadi.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yaitu :
a. Mampu mengenali dan menanganni anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi pendarahan.
b.  Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
c.  sehabis dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi
e.  Pasein sanggup mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari dukungan terapi
  
BAB IV
         PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kanker serviks yaitu penyakit akhir tumor ganas pada kawasan lisan rahim sebagai akhir dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum terperinci diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

a. Umur pertama kali melaksanakan hubungan seksual
b. Jumlah kehamilan dan partus
c. Jumlah perkawinan
d. Infeksi virus
e. Sosial Ekonomi
f. Hygiene dan sirkumsisi
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan sanggup mengerti konsep Ca serviks serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan mekanisme yang ada.
  
DAFTAR PUSTAKA

Ghofar Abdul.2005. Cara Praktis Mengenal Dan Mengobati Kanker. Jakarta:
      Flamingo
Brenda dan Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah II. Jakarta. EGC
dr. Ova Emilia, M.Med, Ph.D, Sp. OG(K), dkk. 2010. Bebas Ancaman Kanker
      Serviks. Yogyakarta: Media Presindo
http://referensikesehatan.blogspot.com/2012/02/askep-maternitas-kanker-ca-serviks.html ( di jalan masuk 19 maret 2012)
Susan Martin Tucker, dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC, 1998.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Askep Ca Serviks"

Post a Comment