Contoh Ajuan Kesehatan Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Kaisabu Gres Kota Baubau
ABSTRAK
ANGGUN. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau. (Dibimbing oleh Ni’ma Meilani dan Wahid Ode).
Pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru ialah pribadi di buang kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) sanggup memperlihatkan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat, serta tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk penampungan sampah rumah tangga.
Jenis penelitian ini memakai rancangan cross sectional study, dengan jumlah sampel 225 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data di analisis dengan memakai uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Tujuan penelitian untuk mengetahui kekerabatan sikap masyarakat ihwal pengelolaan sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil uji Chi Square di dapatkan bahwa kekerabatan antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,009; x2= 1,000), sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p=19,869; x2= 0,000), tindakan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,868; x2= 0,437). Sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan dan tindakan masyarakat tidak bekerjasama dengan pengelolaan sampah rumah tangga, sedangkan sikap masyarakat ada kekerabatan dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
Dari hasil penelitian saran yang diajukan kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan pengelolaan sampah, sehingga masyarakat sanggup ikut serta melaksanakan kebersihan lingkungan disekitarnya semoga terhindar dari dilema penyakit yang disebabkan oleh sampah yang tidak diolah dengan baik oleh masyarakat.
Kata Kunci : Perilaku Masyarakat dan Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga
Daftar Pustaka : 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah pepatah menyampaikan “kebersihan pangkal kesehatan” artinya, lingkungan yang sehat berawal dari lingkungan yang bersih. Salah satu penyebab lingkungan kotor ialah sampah, yang disebabkan adanya kegiatan manusia. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya kegiatan manusia. Setiap kegiatan insan niscaya menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Dengan demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh lantaran itu sampah tidak bisa lepas dari ‘pengelolaan’. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat kuat pada volume sampah.
Kehadiran sampah merupakan hal yang tidak diinginkan dan sanggup menimbulkan pencemaran apabila daya asimilasi alam tidak bisa lagi mendukungnya. Selain itu sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat lantaran dari sampah tersebut sanggup hidup aneka macam organisme penyebab penyakit baik secara pribadi maupun tidak pribadi melalui mediator vektor.
Selain sanggup mengakibatkan penyakit, dari segi estetika sampah akan menjadi hal terburuk yang merusak pemandangan serta menimbulkan anyir tidak sedap yang akan menjadi tolak ukur identitas kota dalam segala aspek. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan ialah penanganan dilema persampahan. Berdasarkan data BPS Nasional tahun 2009, sekitar 80 ribu ton/hari. Sampah tersebut dihasilkan dari 220 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia atau produksi sampah 800 gram/hari/orang dari 384 kota. Dan tahun 2010 sampah yang dihasilkan setiap harinya ialah sekitar 128 ribu ton/hari. Serta tahun 2011 sampah yang dihasilkan setiap harinya ialah sekitar 167 ribu ton/hari. Menurut laporan Dinas Kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Baubau tahun 2012 memperlihatkan bahwa produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Baubau pada tahun 2011 sekitar 323 m3 per hari. Dimana sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 108 m3 per hari.
Penduduk di Kelurahan Kaisabu Baru cukup padat penduduknya yaitu 544 KK atau 2.194 jiwa dari jumlah tersebut terdapat penduduk pria sebanyak 986 jiwa dan wanita sebanyak 1.208 jiwa. Sehingga limbah rumah tangga atau sampah yang dihasilkanpun lebih banyak, kesannya menambah banyaknya jumlah atau volume sampah yang ada di Kota Baubau yaitu pada tahun 2011 jumlah sampah yang di hasilkan sekitar 5,43 m3 per hari, dimana sampah yang di buang di lahan kosong yaitu sekitar 6,72%. Menurut data EHRA (Environmental Health Risk Assesment) kota Baubau tahun 2012 pengolahan sampah dibuang ke lahan kosong tertinggi digunakan kepala keluarga (KK) Kecamatan Sorawolio 26.88% meliputi Kelurahan Kaisabu Baru. Serta tidak adanya kemudahan pengambilan sampah di Kelurahan kaisabu Baru yang menjadi penghambat dari pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi terhadap kebiasaan keluarga mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru, ditemukan sebagian besar keluarga membuang sampah kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) sanggup memperlihatkan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat. Selain itu masyarakat di Kelurahan Kaisabu Baru mempunyai tingkat pendidikan yang baik (pada umumnya lulus SLTA) bahkan ada yang hingga Perguruan Tinggi, dengan status sosial ekonomi menengah keatas.
Uraian tersebut memperlihatkan citra yang terperinci bahwa disatu sisi adanya pertambahan jumlah penduduk yang terus-menerus. Disisi lain ialah perlunya perhatian dari semua pihak baik abdnegara terkait maupun masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah yang ditimbulkan disamping perlunya menekan pembiayaan pengelolaan persampahan melalui aneka macam pendekatan terutama perlunya melibatkan masyarakat, lantaran pengetahuan, sikap dan tindakan sangat menghipnotis sikap masyarakat, dimana pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui, kepandaian.
Pada prinsipnya Perilaku insan sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003), seoarang jago psikologi pendidikan membagi sikap ke dalam tiga domain yaitu sebagai berikut: pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.
Berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio, inilah yang melatarbelakangi ingin melaksanakan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena pengelolaan sampah rumah tangga dengan judul “Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota BauBau”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada kekerabatan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
2. Apakah ada kekerabatan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
3. Apakah ada kekerabatan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kekerabatan sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kekerabatan antara pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
b. Untuk mengetahui kekerabatan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau.
c. Untuk mengetahui kekerabatan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan sanggup mendatangkan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau citra ihwal pengelolaan sampah oleh masyarakat Kelurahan Kaisabu Baru, sehingga diharapkan sanggup menjadi tumpuan dalam membentuk konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan karakteristik lingkungan dan sosial.
2. Dari informasi ihwal pengelolaan sampah di Kelurahan Kaisabu Baru menyerupai yang dimaksudkan, maka bagi pemkot Baubau, diharapkan sanggup di pakai sebagai salah satu contoh dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada kiprah masyarakat dalam mengelolah sampah dan semoga bisa mengetahui factor apa yang menjadi penghambat sampah di Kelurahan Kaisabu Baru hingga pada keadaan yang belum terstruktur ihwal pengolahaan sampah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perilaku
Perilaku ialah semua kegiatan atau aktifitas diamati lansung maupun tidak sanggup diamati oleh pihak luar. Menurut Green (2004), faktor-faktor yang menghipnotis sikap ialah Faktor predisposisi, faktor mempermudah dan faktor yang memperkuat, aspek sikap insan dan lingkungan.
Teori yang berorientasi pada lingkungan dalam psikologi lebih banyak dikaji berdasarkan behavioristik, yaitu teori yang memandang sikap insan lebih ditentukan oleh faktor lingkungan dimana insan hidup. Adanya perbedaan lokasi dimana tinggal dan berkembang akan menghasilkan sikap yang berbeda (Helmi, 2005). Dari pernyataan tersebut diatas memperlihatkan citra ihwal keanekaragaman sikap insan yang dilatarbelakangi oleh lingkungan yang akan membentuk karakteristik sikap manusia.
Pengertian Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme dalam hal ini insan terhadap lingkungannya. Perilaku gres terjadi apabila ada sesuatu yang diharapkan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan yang menghasilkan reaksi atau sikap tertentu. (Notoatmojdo, 2005) Perilaku atau aktfitas individu dalam pengertian yang lebih luas meliputi sikap yang nampak (over behavior) dan sikap yang tidak nampak (inert behavior).
Perilaku insan tidak muncul dengan sendirinya tanpa efek stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun demikian, sebagian besar sikap insan ialah akhir respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo, 2004). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling menghipnotis satu dengan yang lain. Sementara (Lewin, 2005) merumuskan satu model kekerabatan sikap yang menyampaikan bahwa sikap (B) ialah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) dengan rumus: B = f(P.E).
Karakteristik individu meliputi aneka macam variabel menyerupai motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan sikap bahkan kadang kala kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu tersebut.
a. Jenis Perilaku
Perilaku insan sanggup dikelompokkan menjadi dua penggalan yaitu:
1. Perilaku alami (innate behavior)
Perilaku alami yang berupa reflek dan insting ialah sikap yang dibawa insan semenjak insan dilahirkan. Sedangkan sikap operan ialah sikap yang dibuat melalui proses belajar, yang selanjutnya disebut sebagai sikap psikologis. (Skinner, 2005)
2. Perilaku operan (operant behavior)
Pada insan sikap operan atau sikap psikologis lebih secara umum dikuasai kuat akhir dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan sanggup dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek merupakan sikap yang intinya tidak sanggup untuk di kendalikan.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa sikap individu sanggup menghipnotis individu itu sendiri, juga kuat terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu ialah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar, 2005). Dalam kekerabatan antara sikap dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme social, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum).
2. Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan sikap insan antara lain ialah tingkat intelegensia, pengalaman pribadi, sifat kepribadian dan motif. (Azwar, 2005)
c. Pembentukan Perilaku
Pembentukan sikap sangat diharapkan untuk mengendalikan sikap insan semoga menyerupai yang diharapkan (Bimo, 2004) antara lain dengan:
1. Pembentukan sikap dengan kondisioning atau kebiasaan, ialah pembentukan sikap yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku menyerupai yang diharapkan.
2. Pembentukan sikap dengan pengertian (insight), ialah pembentukan sikap yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memperlihatkan pengertian.
3. Pembentukan sikap dengan model atau contoh, ialah pembentukan sikap dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk sikap yang telah ada.
2.2 Tinjauan Umum Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut defenisi (WHO) sampah ialah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan insan dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Candra Budiman, 2007)
Menurut Azrul A, (2005) sampah ialah sesuatu yag tidak terpakai, terbuang, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang berasal dari kegiatan insan (termasuk industri) tetapi bukan biologis (karena insan tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).
Sampah ialah sebagai benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang berdasarkan dilema dan cara-cara penanganannya, Wastes sanggup digolong-golongkan yaitu :
1. Solit Wastes atau Refuse, yaitu sampah padat
2. Liquid Wastes atau Wastes Water, yaitu sampah cair atau air buangan Atmospherric Wastes, yaitu sampah gas.
3. Human Wastes atau Excreta diposal, kotoran manusia.
4. Manure, yaitu kotoran hewan.
5. Special Wastes, yaitu sampah berbahaya.
b. Pengertian sampah rumah tangga
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 ihwal pengelolaan sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung materi beracun).
Selanjutnya Widyadmoko (2002), mengelompokan sampah rumah tangga yaitu sampah yang bersal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah yaitu sebagai berikut:
1. Sampah lembap atau sampah yang terdiri dari materi organik yang gampang membusuk yang sebagian besar ialah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah kering yaitu sampah yang tediri dari logam menyerupai besi tua, kaleng bekas, dan sampah nonlogam, misalnya, kertas, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
3. Sampah lembut, contohnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar, menyerupai meja, kulkas,kursi, radio dan peralatan dapur.
1) Berdasarkan jenis dan sumbernya sampah sanggup dibedakan atas sampah domestik, sampah komersial, sampah industri dan limbah. Secara rician uraiannya ialah sebagai berikut:
a. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah ini bermacam-macam tetapi pada umumnya berupa sampah dapur.
b. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari perdagangan atau jasa komersial baik warung, toko, ataupun pasar.
c. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari buangan proses industri. Oleh lantaran itu, jenis, jumlah, dan komposisi limbah tergantung pada jenis industrinya.
2) Berdasarkan bentuknya sampah ialah materi baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah sanggup dibagi sebagai:
a. Sampah Padat
Sampah padat ialah segala materi buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, menyerupai sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pencucian kebun dan sebagainya.
b. Sampah Cair
Sampah cair ialah materi cairan yang telah digunakan dan tidak diharapkan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
c. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
d. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah sanggup berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah sanggup dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. untuk mencegah sampah cair ialah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan contohnya membuang ke selokan.
c. Dampak Sampah
Sampah yang dihasilkan mempunyai dampak bagi semua aspek kehidupan. Menurut Nur (2008), dampak dari adanya sampah sanggup mengganggu kesehatan. Sampah yang ditempatkan di suatu tempat atau tempat yang tidak memadai sanggup dijadikan tempat berkembangnya beberapa organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), menyerupai contoh timbulnya penyakit jamur, diare, kolera, demam berdarah (haemorhagic fever). Selain itu juga sanggup menimbulkan penyakit taenia serta keracunan akhir adanya sampah B3. Selain berbahanya bagi kesehatan, ternyata sampah juga sanggup mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan. Sebagai contoh adanya tumpukan sampah akan menghasilkan lindi (leachete) sehingga sanggup memcemari air dan tanah yang berada disekitarnya. Selain itu sampah yang dibuang ke dalam akses air entah itu got, selokan ataupun sungai sanggup menimbulkan penyumbatan aliran air, sehingga sanggup menimbulkan pendangkalan bahkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan tempat jika sudah mengering akan gampang terbakar, sehingga sanggup memicu kebakaran. Adanya sampah yang kuat dalam sektor kesehatan dan lingkungan, akan berdampak juga pada aspek sosial dan ekonomi.
Lingkungan yang kotor sanggup menimbulkan keadaan yang kurang nyaman, entah dari anyir yang menyengat atau pandangan yang tidak enak. Jika hal tersebut terjadi menyerupai di tempat pariwisata, maka akan mengurangi jumlah pengunjung yang datang. Tidak hanya itu, lantaran sampah juga sanggup berdampak pada kesehatan, maka jikalau dalam suatu tempat terjangkit penyakit secara luas, maka akan ada peningkatan biaya hidup secara tidak pribadi (Basriyanta, 2007).
2.3 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Pengertian Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah ialah membuang atau memusnakan sampah semoga tidak menumpuk atau berceceran di aneka macam tempat yang akan menimbulkan pencemaran. Pola pengelolaan sampah di banyak daerah di Indonesia masih terbagi atas 2 (dua) kelompok pengeloalaan yaitu antara pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan tamat atau pemusnahan atau hingga ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang melayani pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pembuangan sampah tamat (TPA).
Dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengolahan Persampahan yang terkait dengan tema sikap pengelolaan sampah disebutkan antara lain, kebijakan pengurangan sampah semaksiamal mungkin dimulai dari sumbernya dengan pola meningkatkan pemahaman kepada masyarakat ihwal upaya 3R (reduce, reuse, recycle) dan membuatkan sistem insentif dan disinsentif. Dalam hal partisipasi masyarakat kebijakan yang dituangkan ialah meningkatkan pemahaman semenjak dini, menyebarluaskan pemahaman ihwal sampah kepada masyarakat ihwal pengelolaan sampah, meningkatkan pelatihan pengeloaan sampah khususnya kepada kaum perempuan.
b. Konsep Pengelolaan Sampah 3R
Pengelolaan sampah ialah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan aneka macam macam cara. Teknik pengelolaan sampah yang pada awalnya memakai pendekatan kumpul-angkut-buang, sekarang telah mulai mengarah pada pengelolaan sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah.
Teknik pengelolaan sampah dengan pola 3R, secara umum ialah sebagai berikut:
1. Reduce (pengurangan volume)
Ada beberapa cara untuk melaksanakan pengurangan volume sampah, antara lain:
a. Incenerator (pembakaran), Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.
b. Balling (pemadatan), Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume dan efisiensi transportasi sampah.
c. Composting (pengomposan), Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan kegiatan bakteri.
d. Pulverization (penghalusan), Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi.
2. Reuse
Reuse ialah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi materi yang sanggup di pergunakan kembali. Misalnya sampah konstruksi bangunan.
3. Recycle
Recycle ialah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi materi baku atau barang yang lebih berguna.
Dalam konteks pengelolaan sampah rumah tangga yang merupakan penggalan dari pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang bersifat pendukung dan bersifat penghambat. Faktor yang bersifat pendukung antara lain: kebijakan dan strategi, industri daur ulang, teknologi dan program-program pelatihan kebersihan. Sedangkan faktor yang bersifat penghambat antara lain, implementasi kebijakan yang belum sepenuhnya terealisasi, keterbatarasan sarana prasarana persampahan dan sikap masyarakat yang belum mengarah kepada sikap positif dalam mengelola sampah yang telah dihasilkannya.
Faktor sikap masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga merupakan pondasi awal dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang sanggup memperlihatkan dampak yang cukup signifikan. Perilaku positif dalam memanajemen sampah semenjak dari sumbernya akan mempermudah dalam tata kelola persampahan yang kesannya memperlihatkan dampak kepada kualitas kebersihan lingkungan permukiman khususnya dan perkotaan pada umumnya.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Perilaku dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Tinjauan Tentang Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah
Manusia sesuai kodratnya diberikan kelebihan ilmu pengetahuan yang secara alami (instinctive) sanggup muncul dengan sendirinya tergantung kepada kepekaan dalam menanggapi ataupun membaca fenomena alam dan kemudian menerjemahkan kedalam dunia aktual sebagai tindakan manusia. Manusia selalu diuji kepekaannya dalam menanggapi gejala alam, untuk itu insan selalu meningkatkan kemampuan budaya, mulai dari budaya yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup hingga budaya untuk membuat rekayasa membuat lingkungan hidup yang nyaman, sejahtera dan berkelanjutan.
Sampah (refuse) ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh insan (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 2006). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya ialah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia memperlihatkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut sanggup digunakan kembali (Azwar, 2006).
Pengelolaan sampah ialah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah semenjak ditimbulkan hingga dengan pembuangan di TPS. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengolahan, pengangkutan dan pembuangan di TPS, sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya sanggup disimpulkan bahwa intinya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh lantaran itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya ialah SK SNI S-04- 1993-03 ihwal Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang ialah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya ialah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih mempunyai nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, sanggup memperlihatkan efek yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi berdasarkan jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini ialah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan memakai gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan
Adalah kegiatan pemindahan sampah dari wadah sampah menuju lokasi pembuangan sementara (TPS).
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah sanggup diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya ialah :
a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya ialah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b) Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang sanggup mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya sanggup berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan lantaran teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c) Pembuatan kompos (composting), Kompos ialah pupuk alami (organik) yang terbuat dari materi - materi hijauan dan materi organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, contohnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, menyerupai urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik materi baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan sanggup dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
6. Pembuangan di TPS
Pada prinsipnya, pembuangan sampah di TPS harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Dewasa ini dilema sampah merupakan fenomena sosial yang perlu menerima perhatian dari semua pihak, lantaran setiap insan niscaya memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan aneka macam dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan.
b. Tinjauan Tentang Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah
Reaksi perasaan terhadap suatu obyek yaitu kegiatan pengelolaan persampahan, baik perasaan yang mendukung atau tidak mendukung obyek tersebut yang kemudian terwujud di dalam sikap tertentu yang terjadi di dalam masing-masing individu masyarakat.
Dengan adanya sikap dan tingkat pendidikan, akan semakin terperinci bahwa keduanya sangat kuat terhadap proses pelaksanaan partisipasi terutama dalam rangka pengelolaan sampah. Adanya sikap yang positif (merespon) terhadap kegiatan pengeloloaan sampah namun tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai.
Pengelolaan sampah dipengaruhi oleh interaksi sosial pula. Disini berlaku perkiraan bahwa antara sikap masyarakat yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi, artinya sebetulnya ada sebagian masyarakat mempunyai pengetahuan ihwal pengelolaan sampah dan melaksanakan pemilahan sampah, tetapi lantaran lingkungan tempat masyarakat tinggal tersebut tidak mendukung maka sikap pemilahan sampah tidak lagi dilakukan. Beberapa faktor yang menghipnotis pembentukan sikap ialah pengalaman pribadi, media masa, institusi atau forum pendidikan atau forum agama serta faktor emosi individu tersebut.
Menurut Handayani (2010) sikap atau attitude ialah pernyataan evaluatif positif atau negatif ihwal objek, orang ataupun peristiwa. Sikap terdiri atas tiga komponen yaitu:
a) Komponen kognitif yang berisi persepsi, pendapat/ide kepercayaan terhadap seseorang/objek,
b) Komponen afektif yaitu emosi atau perasaan, dan
c) Kecenderungan untuk bertindak.
c. Tinjauan Tentang Tindakan Terhadap Pengelolaan Sampah
Perilaku dimana seseorang atau sekelompok masyarakat yang ikut berpartisipasi dengan buah pikirannya (saran dan pendapat), terlibat dalam kegiatan fisik (seperti bergotong royong dalam kegiatan pengolahan sampah) dan atau terlibat dalam proteksi sumbngan material (uang, barang dan keahlian).
Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan kiprah serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yag meliputi upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek ilegal dalam pengelolaan sampah.
Sistem administrasi persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem administrasi yang berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga (Hadiwiardjo, 2007). Para pemulung sanggup ditingkatkan harkat dan martabatnya menjadi kawan pada industry kecil pengolah baha sampah menjadi materi baku. Dana untuk membayar imbalan dari para pegawai/petugas yang terlibat dalam kebersihan Kota.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan aktual diharapkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ialah fasilitas.
Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :
1. Persepsi (perseption)
Mengenal dan menentukan aneka macam objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil ialah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided respons)
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh ialah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanisme)
Apabila seseorang telah sanggup otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi ialah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa.
Derajat kesehatan insan paling besar di pengaruhi oleh lingkungan dan sikap insan sendiri, sehingga jikalau sikap insan misalanya dalam persampahan tidak terkendali, lingkungan akan terancam dan akan terjadi gangguan kesehatan.
Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam pengelolaan sampah di masyarakat bertujuan untuk membuat lingkungan yang baik, higienis dan sehat khususnya bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan sampah di dimasyarakat meliputi tahap penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
TIPS DOWNLOAD : TUNGGU 5 Detik DAN SKIP ADD
ABSTRAK
DAFTAR TABEL
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
KUISIONER
HASIL ANALISA DATA
Semoga Berhasil..
ANGGUN. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau. (Dibimbing oleh Ni’ma Meilani dan Wahid Ode).
Pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru ialah pribadi di buang kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) sanggup memperlihatkan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat, serta tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk penampungan sampah rumah tangga.
Jenis penelitian ini memakai rancangan cross sectional study, dengan jumlah sampel 225 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data di analisis dengan memakai uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Tujuan penelitian untuk mengetahui kekerabatan sikap masyarakat ihwal pengelolaan sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil uji Chi Square di dapatkan bahwa kekerabatan antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,009; x2= 1,000), sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p=19,869; x2= 0,000), tindakan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,868; x2= 0,437). Sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan dan tindakan masyarakat tidak bekerjasama dengan pengelolaan sampah rumah tangga, sedangkan sikap masyarakat ada kekerabatan dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
Dari hasil penelitian saran yang diajukan kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan pengelolaan sampah, sehingga masyarakat sanggup ikut serta melaksanakan kebersihan lingkungan disekitarnya semoga terhindar dari dilema penyakit yang disebabkan oleh sampah yang tidak diolah dengan baik oleh masyarakat.
Kata Kunci : Perilaku Masyarakat dan Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga
Daftar Pustaka : 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah pepatah menyampaikan “kebersihan pangkal kesehatan” artinya, lingkungan yang sehat berawal dari lingkungan yang bersih. Salah satu penyebab lingkungan kotor ialah sampah, yang disebabkan adanya kegiatan manusia. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya kegiatan manusia. Setiap kegiatan insan niscaya menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Dengan demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh lantaran itu sampah tidak bisa lepas dari ‘pengelolaan’. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat kuat pada volume sampah.
Kehadiran sampah merupakan hal yang tidak diinginkan dan sanggup menimbulkan pencemaran apabila daya asimilasi alam tidak bisa lagi mendukungnya. Selain itu sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat lantaran dari sampah tersebut sanggup hidup aneka macam organisme penyebab penyakit baik secara pribadi maupun tidak pribadi melalui mediator vektor.
Selain sanggup mengakibatkan penyakit, dari segi estetika sampah akan menjadi hal terburuk yang merusak pemandangan serta menimbulkan anyir tidak sedap yang akan menjadi tolak ukur identitas kota dalam segala aspek. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan ialah penanganan dilema persampahan. Berdasarkan data BPS Nasional tahun 2009, sekitar 80 ribu ton/hari. Sampah tersebut dihasilkan dari 220 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia atau produksi sampah 800 gram/hari/orang dari 384 kota. Dan tahun 2010 sampah yang dihasilkan setiap harinya ialah sekitar 128 ribu ton/hari. Serta tahun 2011 sampah yang dihasilkan setiap harinya ialah sekitar 167 ribu ton/hari. Menurut laporan Dinas Kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Baubau tahun 2012 memperlihatkan bahwa produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Baubau pada tahun 2011 sekitar 323 m3 per hari. Dimana sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 108 m3 per hari.
Penduduk di Kelurahan Kaisabu Baru cukup padat penduduknya yaitu 544 KK atau 2.194 jiwa dari jumlah tersebut terdapat penduduk pria sebanyak 986 jiwa dan wanita sebanyak 1.208 jiwa. Sehingga limbah rumah tangga atau sampah yang dihasilkanpun lebih banyak, kesannya menambah banyaknya jumlah atau volume sampah yang ada di Kota Baubau yaitu pada tahun 2011 jumlah sampah yang di hasilkan sekitar 5,43 m3 per hari, dimana sampah yang di buang di lahan kosong yaitu sekitar 6,72%. Menurut data EHRA (Environmental Health Risk Assesment) kota Baubau tahun 2012 pengolahan sampah dibuang ke lahan kosong tertinggi digunakan kepala keluarga (KK) Kecamatan Sorawolio 26.88% meliputi Kelurahan Kaisabu Baru. Serta tidak adanya kemudahan pengambilan sampah di Kelurahan kaisabu Baru yang menjadi penghambat dari pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi terhadap kebiasaan keluarga mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru, ditemukan sebagian besar keluarga membuang sampah kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) sanggup memperlihatkan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat. Selain itu masyarakat di Kelurahan Kaisabu Baru mempunyai tingkat pendidikan yang baik (pada umumnya lulus SLTA) bahkan ada yang hingga Perguruan Tinggi, dengan status sosial ekonomi menengah keatas.
Uraian tersebut memperlihatkan citra yang terperinci bahwa disatu sisi adanya pertambahan jumlah penduduk yang terus-menerus. Disisi lain ialah perlunya perhatian dari semua pihak baik abdnegara terkait maupun masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah yang ditimbulkan disamping perlunya menekan pembiayaan pengelolaan persampahan melalui aneka macam pendekatan terutama perlunya melibatkan masyarakat, lantaran pengetahuan, sikap dan tindakan sangat menghipnotis sikap masyarakat, dimana pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui, kepandaian.
Pada prinsipnya Perilaku insan sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003), seoarang jago psikologi pendidikan membagi sikap ke dalam tiga domain yaitu sebagai berikut: pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.
Berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio, inilah yang melatarbelakangi ingin melaksanakan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena pengelolaan sampah rumah tangga dengan judul “Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota BauBau”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada kekerabatan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
2. Apakah ada kekerabatan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
3. Apakah ada kekerabatan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kekerabatan sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kekerabatan antara pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
b. Untuk mengetahui kekerabatan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau.
c. Untuk mengetahui kekerabatan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan sanggup mendatangkan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau citra ihwal pengelolaan sampah oleh masyarakat Kelurahan Kaisabu Baru, sehingga diharapkan sanggup menjadi tumpuan dalam membentuk konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan karakteristik lingkungan dan sosial.
2. Dari informasi ihwal pengelolaan sampah di Kelurahan Kaisabu Baru menyerupai yang dimaksudkan, maka bagi pemkot Baubau, diharapkan sanggup di pakai sebagai salah satu contoh dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada kiprah masyarakat dalam mengelolah sampah dan semoga bisa mengetahui factor apa yang menjadi penghambat sampah di Kelurahan Kaisabu Baru hingga pada keadaan yang belum terstruktur ihwal pengolahaan sampah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perilaku
Perilaku ialah semua kegiatan atau aktifitas diamati lansung maupun tidak sanggup diamati oleh pihak luar. Menurut Green (2004), faktor-faktor yang menghipnotis sikap ialah Faktor predisposisi, faktor mempermudah dan faktor yang memperkuat, aspek sikap insan dan lingkungan.
Teori yang berorientasi pada lingkungan dalam psikologi lebih banyak dikaji berdasarkan behavioristik, yaitu teori yang memandang sikap insan lebih ditentukan oleh faktor lingkungan dimana insan hidup. Adanya perbedaan lokasi dimana tinggal dan berkembang akan menghasilkan sikap yang berbeda (Helmi, 2005). Dari pernyataan tersebut diatas memperlihatkan citra ihwal keanekaragaman sikap insan yang dilatarbelakangi oleh lingkungan yang akan membentuk karakteristik sikap manusia.
Pengertian Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme dalam hal ini insan terhadap lingkungannya. Perilaku gres terjadi apabila ada sesuatu yang diharapkan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan yang menghasilkan reaksi atau sikap tertentu. (Notoatmojdo, 2005) Perilaku atau aktfitas individu dalam pengertian yang lebih luas meliputi sikap yang nampak (over behavior) dan sikap yang tidak nampak (inert behavior).
Perilaku insan tidak muncul dengan sendirinya tanpa efek stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun demikian, sebagian besar sikap insan ialah akhir respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo, 2004). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling menghipnotis satu dengan yang lain. Sementara (Lewin, 2005) merumuskan satu model kekerabatan sikap yang menyampaikan bahwa sikap (B) ialah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) dengan rumus: B = f(P.E).
Karakteristik individu meliputi aneka macam variabel menyerupai motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan sikap bahkan kadang kala kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu tersebut.
a. Jenis Perilaku
Perilaku insan sanggup dikelompokkan menjadi dua penggalan yaitu:
1. Perilaku alami (innate behavior)
Perilaku alami yang berupa reflek dan insting ialah sikap yang dibawa insan semenjak insan dilahirkan. Sedangkan sikap operan ialah sikap yang dibuat melalui proses belajar, yang selanjutnya disebut sebagai sikap psikologis. (Skinner, 2005)
2. Perilaku operan (operant behavior)
Pada insan sikap operan atau sikap psikologis lebih secara umum dikuasai kuat akhir dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan sanggup dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek merupakan sikap yang intinya tidak sanggup untuk di kendalikan.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa sikap individu sanggup menghipnotis individu itu sendiri, juga kuat terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu ialah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar, 2005). Dalam kekerabatan antara sikap dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme social, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum).
2. Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan sikap insan antara lain ialah tingkat intelegensia, pengalaman pribadi, sifat kepribadian dan motif. (Azwar, 2005)
c. Pembentukan Perilaku
Pembentukan sikap sangat diharapkan untuk mengendalikan sikap insan semoga menyerupai yang diharapkan (Bimo, 2004) antara lain dengan:
1. Pembentukan sikap dengan kondisioning atau kebiasaan, ialah pembentukan sikap yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku menyerupai yang diharapkan.
2. Pembentukan sikap dengan pengertian (insight), ialah pembentukan sikap yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memperlihatkan pengertian.
3. Pembentukan sikap dengan model atau contoh, ialah pembentukan sikap dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk sikap yang telah ada.
2.2 Tinjauan Umum Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut defenisi (WHO) sampah ialah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan insan dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Candra Budiman, 2007)
Menurut Azrul A, (2005) sampah ialah sesuatu yag tidak terpakai, terbuang, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang berasal dari kegiatan insan (termasuk industri) tetapi bukan biologis (karena insan tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).
Sampah ialah sebagai benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang berdasarkan dilema dan cara-cara penanganannya, Wastes sanggup digolong-golongkan yaitu :
1. Solit Wastes atau Refuse, yaitu sampah padat
2. Liquid Wastes atau Wastes Water, yaitu sampah cair atau air buangan Atmospherric Wastes, yaitu sampah gas.
3. Human Wastes atau Excreta diposal, kotoran manusia.
4. Manure, yaitu kotoran hewan.
5. Special Wastes, yaitu sampah berbahaya.
b. Pengertian sampah rumah tangga
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 ihwal pengelolaan sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung materi beracun).
Selanjutnya Widyadmoko (2002), mengelompokan sampah rumah tangga yaitu sampah yang bersal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah yaitu sebagai berikut:
1. Sampah lembap atau sampah yang terdiri dari materi organik yang gampang membusuk yang sebagian besar ialah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah kering yaitu sampah yang tediri dari logam menyerupai besi tua, kaleng bekas, dan sampah nonlogam, misalnya, kertas, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
3. Sampah lembut, contohnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar, menyerupai meja, kulkas,kursi, radio dan peralatan dapur.
1) Berdasarkan jenis dan sumbernya sampah sanggup dibedakan atas sampah domestik, sampah komersial, sampah industri dan limbah. Secara rician uraiannya ialah sebagai berikut:
a. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah ini bermacam-macam tetapi pada umumnya berupa sampah dapur.
b. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari perdagangan atau jasa komersial baik warung, toko, ataupun pasar.
c. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari buangan proses industri. Oleh lantaran itu, jenis, jumlah, dan komposisi limbah tergantung pada jenis industrinya.
2) Berdasarkan bentuknya sampah ialah materi baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah sanggup dibagi sebagai:
a. Sampah Padat
Sampah padat ialah segala materi buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, menyerupai sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pencucian kebun dan sebagainya.
b. Sampah Cair
Sampah cair ialah materi cairan yang telah digunakan dan tidak diharapkan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
c. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
d. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah sanggup berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah sanggup dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. untuk mencegah sampah cair ialah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan contohnya membuang ke selokan.
c. Dampak Sampah
Sampah yang dihasilkan mempunyai dampak bagi semua aspek kehidupan. Menurut Nur (2008), dampak dari adanya sampah sanggup mengganggu kesehatan. Sampah yang ditempatkan di suatu tempat atau tempat yang tidak memadai sanggup dijadikan tempat berkembangnya beberapa organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), menyerupai contoh timbulnya penyakit jamur, diare, kolera, demam berdarah (haemorhagic fever). Selain itu juga sanggup menimbulkan penyakit taenia serta keracunan akhir adanya sampah B3. Selain berbahanya bagi kesehatan, ternyata sampah juga sanggup mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan. Sebagai contoh adanya tumpukan sampah akan menghasilkan lindi (leachete) sehingga sanggup memcemari air dan tanah yang berada disekitarnya. Selain itu sampah yang dibuang ke dalam akses air entah itu got, selokan ataupun sungai sanggup menimbulkan penyumbatan aliran air, sehingga sanggup menimbulkan pendangkalan bahkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan tempat jika sudah mengering akan gampang terbakar, sehingga sanggup memicu kebakaran. Adanya sampah yang kuat dalam sektor kesehatan dan lingkungan, akan berdampak juga pada aspek sosial dan ekonomi.
Lingkungan yang kotor sanggup menimbulkan keadaan yang kurang nyaman, entah dari anyir yang menyengat atau pandangan yang tidak enak. Jika hal tersebut terjadi menyerupai di tempat pariwisata, maka akan mengurangi jumlah pengunjung yang datang. Tidak hanya itu, lantaran sampah juga sanggup berdampak pada kesehatan, maka jikalau dalam suatu tempat terjangkit penyakit secara luas, maka akan ada peningkatan biaya hidup secara tidak pribadi (Basriyanta, 2007).
2.3 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Pengertian Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah ialah membuang atau memusnakan sampah semoga tidak menumpuk atau berceceran di aneka macam tempat yang akan menimbulkan pencemaran. Pola pengelolaan sampah di banyak daerah di Indonesia masih terbagi atas 2 (dua) kelompok pengeloalaan yaitu antara pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan tamat atau pemusnahan atau hingga ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang melayani pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pembuangan sampah tamat (TPA).
Dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengolahan Persampahan yang terkait dengan tema sikap pengelolaan sampah disebutkan antara lain, kebijakan pengurangan sampah semaksiamal mungkin dimulai dari sumbernya dengan pola meningkatkan pemahaman kepada masyarakat ihwal upaya 3R (reduce, reuse, recycle) dan membuatkan sistem insentif dan disinsentif. Dalam hal partisipasi masyarakat kebijakan yang dituangkan ialah meningkatkan pemahaman semenjak dini, menyebarluaskan pemahaman ihwal sampah kepada masyarakat ihwal pengelolaan sampah, meningkatkan pelatihan pengeloaan sampah khususnya kepada kaum perempuan.
b. Konsep Pengelolaan Sampah 3R
Pengelolaan sampah ialah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan aneka macam macam cara. Teknik pengelolaan sampah yang pada awalnya memakai pendekatan kumpul-angkut-buang, sekarang telah mulai mengarah pada pengelolaan sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah.
Teknik pengelolaan sampah dengan pola 3R, secara umum ialah sebagai berikut:
1. Reduce (pengurangan volume)
Ada beberapa cara untuk melaksanakan pengurangan volume sampah, antara lain:
a. Incenerator (pembakaran), Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.
b. Balling (pemadatan), Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume dan efisiensi transportasi sampah.
c. Composting (pengomposan), Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan kegiatan bakteri.
d. Pulverization (penghalusan), Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi.
2. Reuse
Reuse ialah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi materi yang sanggup di pergunakan kembali. Misalnya sampah konstruksi bangunan.
3. Recycle
Recycle ialah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi materi baku atau barang yang lebih berguna.
Dalam konteks pengelolaan sampah rumah tangga yang merupakan penggalan dari pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang bersifat pendukung dan bersifat penghambat. Faktor yang bersifat pendukung antara lain: kebijakan dan strategi, industri daur ulang, teknologi dan program-program pelatihan kebersihan. Sedangkan faktor yang bersifat penghambat antara lain, implementasi kebijakan yang belum sepenuhnya terealisasi, keterbatarasan sarana prasarana persampahan dan sikap masyarakat yang belum mengarah kepada sikap positif dalam mengelola sampah yang telah dihasilkannya.
Faktor sikap masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga merupakan pondasi awal dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang sanggup memperlihatkan dampak yang cukup signifikan. Perilaku positif dalam memanajemen sampah semenjak dari sumbernya akan mempermudah dalam tata kelola persampahan yang kesannya memperlihatkan dampak kepada kualitas kebersihan lingkungan permukiman khususnya dan perkotaan pada umumnya.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Perilaku dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Tinjauan Tentang Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah
Manusia sesuai kodratnya diberikan kelebihan ilmu pengetahuan yang secara alami (instinctive) sanggup muncul dengan sendirinya tergantung kepada kepekaan dalam menanggapi ataupun membaca fenomena alam dan kemudian menerjemahkan kedalam dunia aktual sebagai tindakan manusia. Manusia selalu diuji kepekaannya dalam menanggapi gejala alam, untuk itu insan selalu meningkatkan kemampuan budaya, mulai dari budaya yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup hingga budaya untuk membuat rekayasa membuat lingkungan hidup yang nyaman, sejahtera dan berkelanjutan.
Sampah (refuse) ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh insan (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 2006). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya ialah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia memperlihatkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut sanggup digunakan kembali (Azwar, 2006).
Pengelolaan sampah ialah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah semenjak ditimbulkan hingga dengan pembuangan di TPS. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengolahan, pengangkutan dan pembuangan di TPS, sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya sanggup disimpulkan bahwa intinya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh lantaran itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya ialah SK SNI S-04- 1993-03 ihwal Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang ialah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya ialah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih mempunyai nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, sanggup memperlihatkan efek yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi berdasarkan jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini ialah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan memakai gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan
Adalah kegiatan pemindahan sampah dari wadah sampah menuju lokasi pembuangan sementara (TPS).
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah sanggup diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya ialah :
a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya ialah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b) Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang sanggup mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya sanggup berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan lantaran teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c) Pembuatan kompos (composting), Kompos ialah pupuk alami (organik) yang terbuat dari materi - materi hijauan dan materi organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, contohnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, menyerupai urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik materi baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan sanggup dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
6. Pembuangan di TPS
Pada prinsipnya, pembuangan sampah di TPS harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Dewasa ini dilema sampah merupakan fenomena sosial yang perlu menerima perhatian dari semua pihak, lantaran setiap insan niscaya memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan aneka macam dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan.
b. Tinjauan Tentang Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah
Reaksi perasaan terhadap suatu obyek yaitu kegiatan pengelolaan persampahan, baik perasaan yang mendukung atau tidak mendukung obyek tersebut yang kemudian terwujud di dalam sikap tertentu yang terjadi di dalam masing-masing individu masyarakat.
Dengan adanya sikap dan tingkat pendidikan, akan semakin terperinci bahwa keduanya sangat kuat terhadap proses pelaksanaan partisipasi terutama dalam rangka pengelolaan sampah. Adanya sikap yang positif (merespon) terhadap kegiatan pengeloloaan sampah namun tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai.
Pengelolaan sampah dipengaruhi oleh interaksi sosial pula. Disini berlaku perkiraan bahwa antara sikap masyarakat yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi, artinya sebetulnya ada sebagian masyarakat mempunyai pengetahuan ihwal pengelolaan sampah dan melaksanakan pemilahan sampah, tetapi lantaran lingkungan tempat masyarakat tinggal tersebut tidak mendukung maka sikap pemilahan sampah tidak lagi dilakukan. Beberapa faktor yang menghipnotis pembentukan sikap ialah pengalaman pribadi, media masa, institusi atau forum pendidikan atau forum agama serta faktor emosi individu tersebut.
Menurut Handayani (2010) sikap atau attitude ialah pernyataan evaluatif positif atau negatif ihwal objek, orang ataupun peristiwa. Sikap terdiri atas tiga komponen yaitu:
a) Komponen kognitif yang berisi persepsi, pendapat/ide kepercayaan terhadap seseorang/objek,
b) Komponen afektif yaitu emosi atau perasaan, dan
c) Kecenderungan untuk bertindak.
c. Tinjauan Tentang Tindakan Terhadap Pengelolaan Sampah
Perilaku dimana seseorang atau sekelompok masyarakat yang ikut berpartisipasi dengan buah pikirannya (saran dan pendapat), terlibat dalam kegiatan fisik (seperti bergotong royong dalam kegiatan pengolahan sampah) dan atau terlibat dalam proteksi sumbngan material (uang, barang dan keahlian).
Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan kiprah serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yag meliputi upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek ilegal dalam pengelolaan sampah.
Sistem administrasi persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem administrasi yang berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga (Hadiwiardjo, 2007). Para pemulung sanggup ditingkatkan harkat dan martabatnya menjadi kawan pada industry kecil pengolah baha sampah menjadi materi baku. Dana untuk membayar imbalan dari para pegawai/petugas yang terlibat dalam kebersihan Kota.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan aktual diharapkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ialah fasilitas.
Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :
1. Persepsi (perseption)
Mengenal dan menentukan aneka macam objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil ialah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided respons)
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh ialah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanisme)
Apabila seseorang telah sanggup otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi ialah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa.
Derajat kesehatan insan paling besar di pengaruhi oleh lingkungan dan sikap insan sendiri, sehingga jikalau sikap insan misalanya dalam persampahan tidak terkendali, lingkungan akan terancam dan akan terjadi gangguan kesehatan.
Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam pengelolaan sampah di masyarakat bertujuan untuk membuat lingkungan yang baik, higienis dan sehat khususnya bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan sampah di dimasyarakat meliputi tahap penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
TIPS DOWNLOAD : TUNGGU 5 Detik DAN SKIP ADD
ABSTRAK
DAFTAR TABEL
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
KUISIONER
HASIL ANALISA DATA
Semoga Berhasil..

0 Response to "Contoh Ajuan Kesehatan Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Kaisabu Gres Kota Baubau"
Post a Comment