Contoh Skripsi Dampak Pemijatan Bayi (4 – 6 Bulan) Terhadap Peningkatan Berat Tubuh Di Desa Baruharjo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek

PENGARUH PEMIJATAN BAYI (4 – 6 bulan) TERHADAP
PENINGKATAN BERAT BADAN DI  DESA BARUHARJO  KECAMATAN DURENAN  KABUPATEN  TRENGGALEK


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
          Anak merupakan anugrah dan amanah dari Tuhan untuk kita didik dan sudah menjadi kewajiban kita untuk memperlihatkan bekal terbaik bagi anak semenjak dari kandungan hingga mereka cukup umur (Widyani,2003). Undang – Undang RI no.23 tahun 1992 pecahan V pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan diselenggarakan untuk mewujutkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk memilih apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Manifestasi pertumbuhan salah satunya yaitu berat badan. Pada usia 4-6 bulan merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga perlu menjaga berat tubuh bayi sesuai umur. Salah satu faktor yang mempengaruhi berat tubuh yaitu nutrisi (Soetjiningsih,1998). Pada usia ini bayi mulai ditinggalkan untuk bekerja atau kesibukan yang lain. Kondisi tersebut akan menjadikan trauma kejiwaan sebagai akhir perpisahan dengan ibu, sehingga selera makan anak akan turun (Ebrahim,1994). Keadaan ini tidak didukung oleh sikap ibu untuk melaksanakan pemijatan bayi guna merangsang peningkatan nafsu makan bayi sehingga masukan nutrisi meningkat dengan ditandai berat tubuh bayi meningkat sesuai usia. Namun ketika ini belum ada penelitian wacana imbas pijat bayi (4-6 bulan) terhadap peningkatan berat badan.
Berat tubuh ini sangat dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, tingkat kesehatan, status gizi dan latihan fisik (Widyani,2003). Begitu banyak faktor yang mempengaruhi sehingga perlu diupayakan untuk menjaga semoga berat tubuh normal sesuai dengan umur, dengan cara : memenuhi kebutuhan gizi bayi baik secara kuantitas maupun kualitas, menjaga lingkungan yang aman yaitu membuat suasana tempat tinggal yang nyaman dan sanitasi yang baik, menjaga kesehatan bayi dengan memberi imunisasi dan kontrol ke pelayanan kesehatan, dan yang terakhir memberi stimulus. Stimulus yang diberikan berupa stimulasi taktil. Stimulus taktil yang sanggup diberikan yaitu pemijatan, alasannya yaitu dengan pijat tersebut sanggup merangsang otot – otot, tulang dan sistem organ untuk berfungsi secara maksimal (Soetjiningsih,1998).
Berat tubuh merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain. Berat tubuh digunakan sebagai indikator yang terbaik pada ketika ini untuk mengetahui keadaan gizi dan pertumbuhan bayi (Soetjiningsih,1998). Kenaikan berat tubuh bayi sesuai umur sangat diharuskan. Bila berat tubuh tidak naik akan berdampak pada tumbuh kembang anak dan menurunnya daya tahan tubuhnya sehingga gampang terkena penyakit bisul (Harahap,2001). Penyakit bisul pada masa pertumbuhan bayi sangat berbahaya alasannya yaitu penyakit tersebut dalam tubuh bayi akan menjadikan penurunan nafsu makan sehingga pemasukan gizi kurang akhirnya gizi bayi buruk. Sebaliknya bila bayi mengalami gizi buruk, kemampuan bayi untuk melawan bisul menurun. Keadaan ini bila berlanjut sanggup membawa akhir yang fatal berupa kematian (Moehji,1992). Irianto dan Haflinda (1999) survei di Jawa Timur menemukan bayi dengan gizi jelek sebanyak 11,6% dan dari jumlah tersebut 0,7% bayi meninggal dunia. Di desa Baruharjo ketika posyandu bulan Oktober 2004, didapatkan 2 bayi yang mengalami gizi jelek dari 15 bayi yang berusia 4 – 6 bulan dan tidak ditemukan bayi yang meninggal dunia akhir gizi buruk.
Pada bayi usia 4 – 6 bulan merupakan peningkatan berat tubuh yang cepat, yaitu sekitar 2 kali dari berat tubuh lahir pada usia 5 bulan dan 3 kali pada selesai tahun pertama, sehingga sangat perlu untuk menjaga berat tubuh bayi sesuai usia (Cunningham,1995). Peningkatan berat tubuh pada bayi tersebut, 41,9-47,7% dipengaruhi oleh konsumsi masakan (Harahap,2003). Konsumsi masakan ini sanggup ditingkatkan dengan meningkatkan nafsu makan dengan cara melaksanakan pemijatan secara rutin pada bayi (Sutini,2004). Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus, dimana saraf ini akan meningkatkan peristaltik usus sehingga pengosongan lambung meningkat dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap dalam jumlah yang cukup. Selain itu nervus vagus juga memacu produksi enzim pencernaan sehingga peresapan masakan maksimal. Disisi lain dengan pijat juga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan metabolisme sel, dari rangkaian tersebut berat tubuh bayi akan meningkat (Guyton,1997). Roesli mengutip penelitian Field and Scafidi yaitu pada bayi prematur yang dilakukan pemijatan 3 X 10 menit selama 10 hari, kenaikan berat badannya tiap hari 20% – 47% dan pada bayi cukup bulan umur 1 – 3 bulan dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu, kenaikan berat badannya lebih baik dari pada yang tidak dipijat. Manfaat yang lain dari pijat bayi juga meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi tidak gampang terkena penyakit, dari sini nutrisi yang dimasukkan akan dimaksimalkan untuk pertumbuhan tidak untuk penyembuhan (Roesli,1998).
    Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna mempelajari imbas pijat terhadap peningkatan berat tubuh bayi usia 4 – 6 bulan di desa Baruharjo kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek, sehingga hasil penelitian ini sanggup memperlihatkan masukan kepada ibu dan  perawat khususnya dalam memperlihatkan asuhan keperawatan ibu dan anak.

1.2 Rumusan Masalah
      Pertanyaan problem dalam penelitian ini yaitu :
1.Bagaimanakah berat tubuh awal bayi ?
2.Bagaimanakah berat tubuh bayi sesudah ahad ke empat ?
3.Bagaimanakah imbas pemijatan bayi terhadap peningkatan berat tubuh pada bayi ?

1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
      Menganalisa imbas pemijatan pada bayi terhadap kenaikan berat tubuh bayi sesuai umur di Desa Baruharjo
1.3.2 Tujuan Khusus
1)Mengidentifikasi berat tubuh awal bayi.
2)Mengidentifikasi berat tubuh bayi sesudah ahad ke empat.
3)Membuktikan imbas pemijatan bayi terhadap peningkatan berat tubuh pada bayi.

1.4Manfaat Penelitian
1.4.1Teoritis.
1)Dapat digunakan sebagai materi masukan dalam upaya membina dan membuatkan perawat anak dan keluarga dalam pemijatan bayi.
2)Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan untuk lebih mengenalkan pijat bayi kepada penerima didiknya.
3)Memberikan pengetahuan keluarga / orang renta wacana pijat bayi.
4)Sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan khususnya yang berkaitan dengan pijat bayi.
1.4.2Praktis.
1)Menumbuhkan motivasi bagi tenaga pelaksana, terutama perawat anak untuk menambah pengetahuan, keahlian dan tugas dalam pemijatan anak.
2)Sebagai wacana untuk masukan/ pertimbangan dalam membuat standar mekanisme pemijatan bayi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3)Sebagai masukan dalam menyusun protap perawatan bayi tiap hari guna meningkatkan derajat kesehatan bayi.
4)Sebagai wacana untuk masyarakat guna menambah pengetahuan dan sikap sehat dalam merawat bayinya dengan pemijatan.

BAB 2
                                               TINJAUAN PUSTAKA
Pada pecahan ini yang pertama akan dibahas teori wacana konsep pemijatan wacana mekanisme pemijatan, manfaat pemijatan, waktu pemijatan yang tepat, anutan pemijatan, teknik pemijatan dan gerakan pemijatan. Kedua akan membicarakan konsep pertumbuhan anak yang meliputi definisi pertumbuhan faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, kebutuhan dasar anak dan evaluasi pertumbuhan. Terakhir teori evaluasi pertumbuhan fisik bayi dengan kartu menuju sehat (KMS).

2.1 Konsep pemijatan
Pijat yaitu terapi sentuh tertua yang dikenal insan dan yang paling popular yang merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan semenjak berabad-abad tahun silam sehingga tidak ada tehnik atau cara pemijatan yang baku (Roesli,2001). Pijat memberi kesempatan pada orang renta untuk mengenal tubuh bayinya, membantu bayi untuk rileks, serta menciptakan  hubungan yang erat antara orang renta dan anak (Hogg dan Blau,2002).

2.1.1 Mekanisme Pemijatan
Guyton (1997) menyebutkan bahwa rangsangan yang berlebihan pada ujung saraf-saraf yang terdapat pada permukaan kulit (pemijatan) akan menjadikan permeabilitas membran sel menipis sehingga akan memudahkan pertukaran ion natrium (Na) dan kalium (K) yang akan merangsang terjadinya potensial pada otot dan saraf. Potensial agresi yang terjadi pada saraf simpatis dan saraf parasimpatis akan mempengaruhi kerja organ antara lain: perangsangan nervus vagus akan mempengaruhi sistem gastrointestinal yaitu meningkatnya peristaltik sehingga pengosongan lambung meningkat akhirnya cepat lapar (nafsu makan meningkat) dan makannya menjadi lahap. Selain itu juga akan terjadi peningkatan produksi enzim pencernaan yang akan membantu peresapan zat-zat nutrisi. Nutrisi yang diserap akan masuk kedalam peredaran darah yang juga meningkat alasannya yaitu rangsangan dari saraf simpatis. Peningkatan ini akan melancarkan suplai mikro dan makro nutrien keseluruh tubuh untuk menyokong peningkatan metabolisme organ dan sel yang digunakan untuk pembentukan sel gres dan penyimpanan bawah kulit sehingga akan meningkatkan berat badan.   
2.1.2 Manfaat Pijat Bayi
Hog dan Blau (2002) menyebutkan banyak manfaat yang didapat dari pijat antara lain : Peningkatan pertumbuhan, Peningkatan daya tahan tubuh, Membina ikatan kasih sayang orang renta dan anak, Mengurangi stress dan keadaan tersinggung, Kebugaran otot, Mempercepat perkembangan otak dan sistem saraf.
Roesli (2001) menambahkan manfaat pijat yaitu: meningkatkan produksi air susu ibu, meningkatkan berat badan, dan Membuat bayi tidur lebih lelap sehingga ketika bangkit konsentrasi bayi meningkat.
2.1.3 Waktu Pemijatan Yang Tepat
Pemijatan bayi sanggup dimulai segera sesudah lahir, meskipun bayi lahir dengan keadaan premature (Roesli,2001). Menurut Hog dan Blau (2002) ketika yang optimal untuk memijat bayi yaitu umur 3 bulan, dimana waktu yang ibu miliki yaitu ketika yang sempurna untuk melaksanakan pemijatan dengan cara menyediakan waktu khusus semoga tidak terganggu oleh kesibukan lain kurang lebih selama 15- 30 menit. Pemijatan lebih baik dilakukan pagi hari dan malam sebelum bayi tidur dan pijat diberikan tiap hari pada ketika bayi umur 0-7 bulan, sesudah itu gres diadaptasi dengan kebutuhan atau keadaan bayi (Roesli,2001).
2.1.4 Pedoman Pemijatan
Pedoman yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pemijatan berdasarkan Roesli (2001) yaitu :
1)Awali pemijatan dengan sentuhan ringan lalu secara sedikit demi sedikit tambah tekanannya.
2)Tekanan pemijatan diadaptasi umur:
(1) 0 -1 bulan : Gerakan atau tekanan mendekati usapan dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan tempat perut.
(2)1-3 bulan : Tekanan lebih besar lengan berkuasa dan gerakan lebih variatif.
(3)3 bulan- 3 tahun : Dilakukan seluruh gerakan pemijatan sesuai teknik pasda seluruh tubuh.
3)Pada bayi premature sebelum bayi sehat betul, hanya dipegangi.
4)Pemijatan dimulai dari ujung kaki lalu keatas serta pertahankan kontak mata selama pemijatan.
5)Tanggap terhadap bayi, menyerupai bila bayi menangis tenangkan dulu gres sesudah membisu pemijatan dilanjutkan.
6)Tidak membangunkan bayi hanya untuk melaksanakan pemijatan
7)Tidak melaksanakan pemijatan bila :
(1)Segera sesudah selesai makan.
(2)Bayi dalam keadaan tidak sehat.
(3)Bayi tidak mau dipijat atau memaksakan posisi pijat tertentu.
8)Saat pemijatan gunakan baby oil dan jangan hingga mengenai mata gres sesudah selesai dimandikan. 
2.1.5 Teknik Pemijatan
      Pemijatan yang benar kalau seluruh gerakan pada tubuh menuju kejantung (Juniarti,2004). Roesli (2001) menyatakan bahwa setiap gerakan diulang kurang lebih 6 kali, teknik gerakan pemijatannya menyerupai di bawah:


Skip Add

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Skripsi Dampak Pemijatan Bayi (4 – 6 Bulan) Terhadap Peningkatan Berat Tubuh Di Desa Baruharjo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek"

Post a Comment